Mohon tunggu...
Dzikri Amrullah
Dzikri Amrullah Mohon Tunggu... Administrasi - Selamat Datang

Membaca | Menulis | Olahraga Menulis adalah bekerja untuk keabadian - Pram amrullahdzikri7@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meninjau Korupsi di Banten dari Kacamata Buku Minhaj Karya Dr Hamid Fahmy Zarkasyi

29 Mei 2021   06:42 Diperbarui: 29 Mei 2021   06:46 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar hasil screenshoot dari PC

Beberapa pekan lalu, warga Banten di hebohkan dengan tindak pidana korupsi dengaan nilai yang fantastis. Tidak tanggung-tanggung, 117 Miliar disunat dari dana hibah yang diperuntukan untuk pondok pesantren yang ada di Banten. Waw... ratusan miliar. Bukan kaleng-kaleng. Sumpah serapah uang ratusan miliar digunakan untuk apa?

Sulit dibayangkan sebarapa banyaknya uang itu. Kalau uangnya dimasukan ke dalam karung dalam bentuk seratus ribuan kira-kira ada berapa karung ya? Dimana kira-kira ditaruhnya?

Sejauh ini, Kejati baru mennetapkan 5 orang tersangka. Kalau hasilnya itu di bagi rata, maka masing-masing mendapatkan 23,4 M. Yakin digunakan untuk kebutuhan pribadi? Kalau hanya untuk kebutuhan beli mobil dan rumah, cukuplah 1 M, itu juga pasti sudah mewah banget.  Atau masih ada terduga-terduga lainya? Apakah ada yang cuci tangan? Kalau pun ada mesti pake sabun, biar bersih.

Mereka (tersangka) ini jelas terang-terangan dalam menjalankan aksinya. Tanpa rasa malu mereka bilang belah semangka kepada para korban di bawah. Apa itu belah semangka? Istilahnya menggelikan. Enakan belah duren. Kalau cair katanya harus dibagi 2. Jadi kalau cairnya 30 juta, dipotong 15 juta. Beuh... Kan mantap. Kalau begini jelas lebih manis dan legit daripada belah duren.

Bagi yang membutuhkan mungkin tidak jadi soal, walaupun dalam hatinya pasti terasa berat. Lumayan saja katanya, toh di kasih ini, daripada tidak dapat sama sekali. Lumayan buat bantu-bantu. Doktrin yang sangat mujarab.  Karena semua tanggung jawab akan dibebankan kepada yang menawarkan. begitulah cara meyakinkanya.

Sebagai orang Banten asli, tentu sangat miris melihat kasus ini. Terlebih dana yang di sunat adalah untuk pondok pesantren, tempat dimana ilmu agama di cari; tempat dimana firman-firman Allah Swt dikaji; tempat dimana calon ulama mengaji; tempat dimana calon pemimpin dipersiapkan untuk menjadi pengganti.

Benar kata Prof. Salim Said, Orang Indonesia tidak maju karena Tuhan pun tidak ditakuti.

Gambar hasil screenshoot dari PC
Gambar hasil screenshoot dari PC

Belum juga selesai kasus dana hibah, tiba-tiba muncul lagi kasus baru. Menghela nafas panjang. Ngelus dada. Sekarang giliran Dinkes yang kebongkar. Yang tadi terang-terangan, sekarang gelap-gelapan. Ya, segelap-gelapnya malam pasti berlalu juga.

1.68 Miliar uang negara dikantongin. Mark up harga, alias nambahin harga dari yang semestinya. Modus yang sudah biasa, sering digunakan oleh terdakwa-terdakwa lainya. Kurang lebih sama dengan eks gubernurnya, Ratu Atut Chosiyah, soal pengadaan alat kesehatan. Masker yang harusnya harga 70 ribu disulap menjadi 220 ribu. Tiga kali lipat dari harga sebenarnya. Luar biasa, benar-benar republik sulap. Bim salabim abrakadaba.

Di masa pandemi ini seharusnya saling memahami dan mengerti, semua sedang dalam kesulitan. Apa-apa serba susah. Tapi kesusahan-kesusahan itu justru dijadikan peluang untuk memperkaya diri. Kejam sekali dikau! Rakyat selalu dijadikan objek untuk mencari keuntungan oleh segelintir orang penyelenggara negara. Masih ingat kan kasus Mentri Sosial? Alih-alih membantu rakyat, nyatanya dimakan juga uang rakyat.

Kasus korupsi seperti membudaya. Rasanya sangat sulit menghilangkan itu semua. Padahal penyelenggara negara bukan orang sembarangan, mereka orang-orang pintar, berwawasan, mengerti agama, berpendidikan tinggi, dan lain-lainya. Terlebih Provinsi Banten, yang merupakan provinsi yang terkenal religius. 95% beragama Islam. Maka tidak heran jika motonya adalah Iman dan Taqwa.

Namun, Apakah ini juga yang menyebabkan kesenjangan sosial Banten kian melebar? bisa jadi. Bisa banget. Miris.

Kalau kita memegang teguh pada motonya, saya yakin Banten akan menjadi mercusuar Indonesia. Sejarah menjadi cermin bahwa itu bukan hal yang tidak mungkin jika penyelenggaranya benar-benar beriman dan bertaqa.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Saya teringat dengan buku yang di baca beberapa hari yang lalu. Ada beberapa point yang masih teringat hingga saat ini. Saya kira memang ada kaitanya juga dengan beberapa kasus korupsi yang ada di Banten, bahkan Indonesia dan beberapa fenomena amoral yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah di Indonesia.

Sebuah buku yang berjudul Minhaj: Berislam, dari ritual hingga Intelektual karya Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi merupakan sebuah buku yang mencoba menjawab segala tantangan dan permasalahan yang dialami oleh umat Islam dewasa ini secara sederhana. Mulai dari pengertian Islam, Iman dan rukun-rukunya.

Sederhana saja. Seorang muslim yang melakukan tindakan korupsi, meletakan rukun Islam hanya semata ibadah ritual saja, tanpa didasari oleh keimanan yang kuat. Maka apa yang ia jalankan tidak memiliki makna nilai yang mampu menjaga dirinya dari tindakan-tindakan yang tercela.

Dijelaskan pula bahwa ukuran iman dalam islam diukur dengan bahasa cinta.

"Tingkat keimanan tertinggi adalah mencintai. Ukuran iman dan cinta adalah sama yaitu perbuatan." Hal. 118.

Jika seseorang beriman, maka segala perbuatan yang ia lakukan tentu mesti sesuai dengan yang Allah Swt tentukan. Kecenderunganya akan lebih kepada kebaikan. Segala sesuatu yang ia kerjakan pasti mengharapkan keridhoan-Nya. Segala perbuatan yang tercela pasti ia hindari dan  tinggalkan. Iman dan nafsu ditempatkan di tempat yang sama. Diantara keduanya akan hilang jika yang satu menempati tempat tersebut. Jika disitu ada iman, maka nafsu akan hilang. Begitupun sebaliknya. Sebagaimana sabda Nabi Saw dibawah ini:

"Tidaklah beriman seorang pezina itu ketika berzina. Tidaklah beriman seorang pencuri itu ketika mencuri. Tidaklah beriman seorang yang menenggak arak itu ketika ia menenggaknya."

Itulah sedikit pandangan saya dalam memandang korupsi yang terjadi belakangan ini di Banten melalui kacamata Minhaj. Ini murni bukan pemikiran penulis buku, melainkan hasil pemikiran saya setelah membaca buku tersebut. Jika terdapat kekeliruan mohon kiranya untuk bisa memberikan masukan.

Semoga  ayat  dibawah ini bisa menjadi pengingat untuk kita semua dan menjadi penutup pada cerita kali ini.

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampurkan adukkan keimanan mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk." (Qs. Al-An'am : 82)

Sumber:

CNN 1, 2

Kompas

Fahmy Zarkasyi, Hamid. Minhaj: Berislam, dari Ritual Hingga Intelektual. Jakarta. Insists. 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun