Dua bulan belakangan ini aktivitas di rumahku tidak seperti biasanya. Ada kesibukan baru yang mewarnai kehidupan rumah. Pagi hari biasanya sepi, tetehku ke sekolah; ibuku jualan di pasar; adikku kuliah, paling hanya keponakanku yang kecil di rumah. Tapi sekarang agak berbeda. Orang-orang rumah kini disibukan dengan orderan keripik singkong.
Awalnya hanya sekedar iseng, kebetulan ibuku memang pinter masak. Tadinya hanya untuk konsumsi di rumah, baru sisanya dibawa sama ibu untuk dijual di pasar. Modelnya tidak seperti yang aku promosikan ke teman-teman saat ini, melainkan hanya untuk eceran di warung-warung, bahasa rakyatnya model ganting.
Respon pasar ternyata baik, pedagang-pedagang eceran menyambutnya dengan meminta orderan kembali, katanya laris manis. Teteh ku yang termasuk dalam generasi milenial melihat semua itu sebagai peluang bisnis. Dengan bermodalkan status Whatsaap tetehku mulai menawarkan keripik singkong balado kepada rekan-rekanya. Responya cukup positif juga.
Untuk mengikuti perkembangan zaman, kemasan pun mulai diupgrade. Tadinya hanya menggunakan plastik kiloan biasa, kini sudah menggunakan standing pouch, agar terlihat lebih menarik dan elegan.Â
Orang-orang zaman sekarang yang dilihat pertama memang kemasan, karena itu bagian daripada gaya hidup. Sehingga perlu kiranya aku mendisain kemasan brand untuk ditempelkam di standing pouch.
Bermodalkan Corel Draw aku buat design semenarik mungkin. Aku namai brand tersebut dengan nama Kripik Singkong Ummi. Kata Ummi sendiri aku ambil dari Bahasa Arab, yang berarti ibu. Sudah sepantasnya nama Ummi tercantum disana, karena semua sumbernya ada di Beliau, sang juru racik.
Alhamdulillah, semua berjalan begitu baik. Permintaan terus meningkat. Luas pemasaran terus berkembang. Tadinya hanya untuk wilayah Labuan saja, tetapi sekarang sudah terbang ke luar kota. Layanan jasa pengiriman sangat membantu pemasaran kita.Â
Dari awal produksi hingga saat tulisan ini dibuat, kurang lebih 800 pouch habisa terjual, hampir mendekati angka seribu. Ini betul-betul diluar dari apa yang aku duga sebelumnya. Harapanya tentu aktivitas ini terus berjalan, bahkan meningkat.
Aktivitas ini merupakan potensi yang sangat baik untuk beberapa kalangan yang terikat dengan rantai ekonomi keripik, terlebih kondisi pandemi saat ini yang tidak tahu kapan akhirnya.Â
Yang ketiban untung bukan hanya tukang keripik, tetapi juga pedagang singkong di pasar. 20-30 kg/hari sudah tentu habis dibeli ibuku. Betapa senangnya petani di kebun menanam jika setiap hari permintaan sebanyak itu.
Ditengah kondisi ekonomi bangsa yang saat ini goyah diterpa berbagai masalah, corona terutama, sektor ekonomi terkecil harus terus didukung keberadaanya. Dimulai dari sektor rumah tangga, menjalar ke ketangga, dan sekitarnya.Â