Salah satu penyebab perilaku hiperaktif pada anak autis adalah karena kurang mendapatkan hal yang menyenangkan saat pembelajaran dan tingkat mood yang berubah-ubah sehingga ia belum mampu mengekspresikan perasaan nya melalui aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Maka dari itu art therapy dipilih sebagai program yang akan diberikan kepada anak autis karena didalam nya xander akan di fasilitasi untuk menyampaikan perasaan nya melalui karya seni.
Art therapy merupakan suatu bentuk psikoterapi dengan menggunakan media seni, material seni, dengan pembuatan karya seni untuk berkomunikasi. Berdasarkan penelitian sebelum nya yang dilakukan oleh Gunawan & Tjandradipura (2017), art therapy dapat dikatakan efektif digunakan untuk memodifikasi perilaku anak berkebutuhan khusus.
Menurut C. Schweizer et al. (2014), art therapy berpeluang untuk mendukung perubahan perilaku pada anak autis, Karena perhatian anak autis akan diarahkan pada pembuatan karya seni. Art therapy tidak hanya dapat mengurangi perilaku hiperaktif namun juga berdampak positif terhadap perkembangan pada aspek lainnya, yakni perkembangan self esteem pada anak, tanggung jawab, kemampuan berdiskusi, keinginan bersosialisasi dengan lingkungan dan memiliki keberanian untuk tampil (Riska Wijaya,et al., 2018).
Dampak positive dari intervensi art therapy tidak hanya terjadi pada perilaku hiperaktif anak autis, melainkan pada penurunan perilaku agresif dan peningkatan self esteem anak middle childhood. Art therapy dapat meningkatkan kesadaran diri dan mendorong anak untuk mengekspresikan apa yang dirasa melalui ekspresi nonverbal melalui pengalaman membuat karya seni. Art therapy untuk anak autis dapat menjadi intervensi yang penting untuk mendorong perkembangan anak autis, baik dalam perilaku, bahasa dan interaksi social (Emery, 2004).
Menghasilkan bentuk-bentuk yang artistic bukanlah tujuan art therapy, melainkan melalui media seni tersebut individu dapat berekspresi dan berkomunikasi, serta media untuk mengatasi masalah emosional yang mungkin terjadi. Oleh sebab itu, art therapy lebih menekanan pada proses yang dilakukan dalam membuat karya seni. Art Therapy mencangkup kemampuan motoric, sensori, okupasi, imajinasi dan melatih kemampuan konsentrasi anak dalam durasi waktu tertentu saat pembuatan seni tersebut (Gunawan & Tjandradipura, 2017).
Perilaku hiperaktif anak autis yang dirasa sangat mengganggu harus dikurangi agar anak dapat bersosialisasi dengan baik dan meningkatkan kulaitas belajarnya, agar tercapai harapan tersebut maka langkah- langkah art therapy yang dilakukan pada anak autis adalah sebelum melakukan terapi, terapis harus melakukan beberapa kali kunjungan agar anak terbiasa dengan terapis dengan setting ruangan harus sama dengan yang digunakan saat pelaksanaan intervensi. intervensi. Langkah-langkah penerapan art therapy yakni:
- Perkenalan dan warm up
Kegiatan penyesuaian diri dan saling mengenal lebih dalam antara satu dengan yang lain nya dengan kondisi lingkungan baru dan orang-orang baru, membuat karya seni bebas dapat dilakukan pada kegiatan ini.
- Recalling Event
Membuka kejadian-kejadian yang pernah dialamai, setelah itu mengungkapkan dan menuangkan perasaan yang telah dialami
- Â Emotional Expression and Issues
Mencoba mengungkapkan emosi yang selama ini terpendam dalam diri anak dengan mengungkapnya melalui media melukis. Anak diberi ruang untuk menyampaikan perasaan nya melalui melukis bebas
- Restitution
Menyadari kejadian yang pernah dialami oleh anak dengan mencari jalan keluar terhadap kejadian tersebut
- Termination
Pada proses ini adalah penghentian terapi atau pemberian intervensi, pada termination ini dilakukan evaluasi pada intervensi yang telah diberikan kepada anak
Secara umum teknik, saran dan rekomendasi penggunaan dan penerapan art therapy untuk anak autis adalah dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan anak autis sendiri yang mungkin berbeda antara individu satu dengan yang lainnya. Pemilihan media dan bentuk seni yang akan digunakan serta setting ruangan yang digunakan untuk intervensi penting dilakukan agar anak nyaman melakukan intervensi dan berdampak positive pada perkembangan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H