Mohon tunggu...
Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan Mohon Tunggu... Pemerhati Pendidikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hancurnya Islam di Indonesia karena Umat yang memilih-milih

22 November 2015   12:44 Diperbarui: 22 November 2015   15:33 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hancurnya Islam di Indonesia karena Umat yang memilih-milih.

Baru-baru ini, sekitar satu pekan yang lalu dunia dakwah islam di Indonesia lagi-lagi dihebohkan dengan berita kontroversi. Berita kalimat yang di ucakpakn oleh seorang pendakwa dari Agama Islam yang bahkan menentang ajaran Agama Islam. Seorang dai inisial NM menjelaskan bahwa kempemimpinan tidak harus berasal dari seorang muslim yang baik agamanya. Sontak para ustad yang berpegang teguh pada AL-Qur'an dan Hadist kebakaran jenggot dengan pernyataan tersebut.

Dalam Al-Qur'an sendiri pada surah Al-Anbiya (21): 73 menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus mengajarkan perbuatan baik, menegakkan sholat dan menunaikan zakat. Penafsiran sederhana dari Penggalan ayat ini jelas bahwa seorang pemimpin yang dipilih haruslah orang menenggakkan Sholat dan menunaikan Zakat. sungguh sebuah kecerobahan jikalau sampai seorang yang baik agamanya.

Ustad yang lebih mirip Penghibur dibandingkan muballigh
Fenomena dakwah yang terkadang isi dari pada dakwahnya sendiri terkadang tidak berbarti apa-apa dan bahkan menjurus pada kesalahan disebabkan adanya asumsi bahwa seorang ustad yang baik adalah mereka yang menghibur di waktu ceramah. Fenomena ini kian diperburuk dengan dukungan dari stasiun swasta yang lebih memimilih menampilkan penceramah yang menghibur dibandingkan mereka yang konservatis dan berpegang teguh bahwa menyampaikan kebenaran lebih diutamakan dibanding hiburan yang dibawakan bersamanya.

Sebut saja Ustad Arifin Ilham yang semakin jarang terlihat padahal semasa di layar kaca, ustad Arifin Ilham tidak pernah mengeluarkan pernytaan yang kontroversi bahkan saat ini Ustad Arifin Ilham sangat jarang. Penampilan dan gaya sang ustad yang di nilai konservatif dan tidak memiliki nilai jual membuat stasiun televisi lebih memilih ustad dengan penampilan "ngejreng" dan mengundang konstroversi.

Sekitar 3 tahun yang lalu seorang ustad dari Bandung, yang juga sama menyampaikan dakwah dengan cara yang baik, tidak konstroversi tapi kemudian masyarakat mulai meninggalkannya, hanya karena menegakkan Sunnah Rasul. Poligami yang dianggap sebagaian warga Indonesia, bahkan bagi kaum muslimah di Indonesia, tidak layak dan untuk dilaksanakan. Padahal perintah poligami tidak hanya datang dari sunnah yang diconothkan nabi tapi juga dari Firman Allah yang bahkan menganjurkan untuk menikahi hingga 4 wanita atau hamba sahaya. Setidaknya Vidio wanita yang mengungkapkan mengenai ketidak setujuannya pada poligami lebih banyak iddengar dibandingkan Kata-kata Dewi Sandra yang lebih masuk di akal. Dewi Sandra sendiri yang seorang muallaf bahkan beranggapan bahwa "Jika Saya Mencerca Poligami, maka Saya Mencerca Keputusan Allah.SWT.

Umat Islam yang memilih-milih
Poligami dianggap tidak layak seolah-olah menpertanyakan kekuasan dan pengetahuan dari sang Penciptka Hukum yakni Allah SWT, padahal tidaklah Alllah menurunkan suatu tanda tanpa ada maksud bagi manusia. Tidak satupun ayat yang ada pada Al-Qur'an yangterdapat keraguan didalamnya. Kalimat bahkan di Ulangi berkali-kali namun manusia seperti meragukan Penciptanya.

"Hilangnya" sang Utsad menunjukkan bahwa masayarakat lebih memilih kepada siapa mereka mendengar bukan kepada apa yang didengar. Parahnya lagi adalah jika saja tingkah laku yang di lakukan oleh sang Ustad tidak sesuai dengan keinginan mereka seberapun benanrnya sang ustad tetap salah di mata mereka. Padahal Pengertian Dakwah sendiri adalah mengajak kepada kebenaran bukan mengajak pada sebuah hiburan atau bahkan memilih sunnah yang dianggap baik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun