Mohon tunggu...
Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan Mohon Tunggu... Pemerhati Pendidikan -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setahun Bersama Pemimpin di Negeri Abu Nawas Jilid 2

20 Oktober 2015   18:40 Diperbarui: 20 Oktober 2015   18:40 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti pembuka kalimat di atas, Setahun yang lalu kita diberi harapan indah yang tidak kalah menariknya dengan kalimat "ingin" terbang. Namun uniknya bahkan menggerakkan tanganpun belum terlihat sama sekali. Mungkin ada dua hal yang mebuat cerita ini menarik, seperti kata-kata di atas.

  1. Kalimat "ingin terbang" yang digantikan dengan kata "ingin Mensejahterakan" diucapkan oleh yang apakah cerdas entahlah, paling tidak berhasil menarik perhatian seluruh negeri. Buktinya mereka terpilih.
  2. Rakyat yang terlalu bodoh karena terpesona oleh "nama besar blusukan" yang mengucapkan kalimat tersebut sehingga rakyat melupakan akal sehatnya ataukah memang rakyatnya yang tidak punya "akal sehat". Mungkin korupsi dari tingkat RT, nyontek mulai dari SD hingga kerja adalah sah satu gambaran kalau negeri ini yang memang sulit untuk di tepis.

La kok cuma dua? kan diatas ada tiga. Kalimat ketiga tentunya belum muncul karena cerita belum menjadi legenda seperti kisah Abu Nawas, namun harusnya kita sebagai bangsa Indonesia yang menetukan apakah kalimat ketiga tetap dipertahankan paling tidka hingga 4 tahun kedepan atau ada kalimat lain yang membuat cerita lebih menarik dari cerita Abu Nawas Ingin terbang.

Kalian sudah sejahtera.

Kehawatiran saya selanjutnya pencitraan tetap berjalan dengan tegak bahkan telah muncul dari suara-suara kecil yang mengatakan kita telah sejahtera. Termakan oleh orang yang berbicara di Media. Saya bukanlah pengamat politik atau ahli ekonomi, yang saya tau Dollar membumbung tinggi, harga bensin naik, TDL juga ikutan naik. Pekerjaan semakin susah, pemutusan hubungan tenaga kerja terjadi hampir dimana-mana. Mungkin Menteri kita sukses menenggelamkan kapal penyamun yang masuk ke Negeri ini namun cerita masih berlanjut, sama halnya dengan kelanjutan Emas kita di Papua ataukah memang negeri kita sedang di pinpin oleh seorang sales. Paling tidak mereka adalah sales yang berhasil, menghabiskan produk entah dengan istilah diskon atau rabat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun