Gemercik embun pagi masih membasahi rumput yang di pijak, saat Kakinya melangkah di fajar yang menanti. Meyryhna Sitaloky, Hamba yang sangat mengagungkan kasih dan sayangnya Sang Maha Kasih, ketika hatinya tak berpaut pada sosok siapapun, maka ia selalu bersandar dalam tiang keyakinan atas kebesaran tuhannya.
Tak tahu arah dan tujuan, kemana ia harus melangkah, pikiran yang selalu terbesit dalam hatinya, seakan semuanya tenggelam dalam lautan yang tak tahu menahu arti suatu keabadian.
Ia terlahir dalam sosok hina diantara bangsawan pemilik Tanah adat di Bumi Para Raja-raja, yang sangat mengagungkan marga dan nasab, seakan marga dan nasab adalah keabadian yang nyata. Namun, bagaimana pun hamba harus tunduk dan patuh pada titah tuhannya.
“Mey…. Teriak sosok yang hadir dari kabutnya malam. Sosok yang sangat menginspirasi baginya, tak ada kasta, tak ada perbedaan yang terbesar antara seorang anak laki-laki dan seorang wanita. Semua terlahir dari Rahim yang penuh kehangatan dan suci, hanya orang tuanyalah yang membawanya kepada Kesuraman, kekekalan hanya milik tuhan..
“wajahmu terlihat suram nak… Betapa banyak kefanaan dunia yang kau pikul dalam pundakmu, lepaslah bebanmu itu, pundakmu tampak lemah untuk merangkul dunia dengan kekuatanmu bagi seorang wanita, Untuk membangkitkan negeri para raja-raja dari rezim yang tak mengerti akan adat istiadat negerimu. Ungkap Christina, nenek dari sosok Mamanya yang telah menemukan Istana surga di taman-taman milik tuhannya.
Nek.. apakah wanita itu salah, ketika ia turun dengan menyingsingkan baju untuk merubah dunia dengan tulang rusuk yang bengkok dalam membentuk garis khalutistiwa di negeri ini ?
Apakah wanitaitu salah ketika ia mencekam tuhannya, karena menjadikan dirinya baaikan dewa yang disanjung. kadang pula di junjung dan pada akhirnya terkekang dari kehormtannya yang telah sekian lama di injak-injak ?
Tak ada yang salah nak, semuanya berjalan dengan kehendak tuhannya, kita semua sama, terkadang terpenjara dalam kesendirian, hanya saja ada yang yang terkurung di ruang gelap tanpa cahaya sementara yang lain menghuni kamar yang berjendela. Jawab Christina.
Pembicaraan itu terhenti, namun ada keganjalan dalam hatinya masih membentuk formasi bagaikan benteng yang kokoh yang tak kan pernah di tembus oleh musuh yang sekuat apapun.
Ia terlelap dalam tidurnya untuk menggapai kebahagian di esok hari. Dan dia akan memelihara apa yang akan harus di peliharah……
By: z9
Ambon, November 2014 di kampus hijau
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H