Mohon tunggu...
Dzaky Rahman
Dzaky Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik | Automobile Enthusiast |

Kebiasaan menulis akan membuat saya menjadi lebih baik dalam berkomunikasi, tidak hanya dalam tulisan tetapi juga dalam lisan. Membiasakan diri untuk terus bepikir runut dalam mengutarakan pendapat sangat membantu saya dalam berkomunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Rumah Hibrida AC dan DC: Akankah Menjadi Solusi Energi Masa Depan?

20 Juni 2024   20:05 Diperbarui: 20 Juni 2024   20:20 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), konsumsi listrik per orang di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 1.173 kWh. Ini berarti terjadi peningkatan sekitar 4% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan merupakan rekor tertinggi dalam 50 tahun terakhir. Konsumsi listrik per kapita mengacu pada total pemakaian listrik di suatu daerah, dibagi dengan jumlah penduduk selama satu tahun, yang menggambarkan rata-rata penggunaan listrik per individu.

Selama periode 1971-2022, rata-rata konsumsi listrik penduduk Indonesia hampir selalu meningkat setiap tahun, kecuali pada tahun 1973, 1976, dan 1998 di mana terjadi penurunan konsumsi. Kementerian ESDM menargetkan konsumsi listrik akan terus meningkat tahun ini, hingga mencapai 1.336 kWh/kapita pada akhir 2023.

Dari tahun 1971 hingga 2022, penggunaan listrik per kapita di Indonesia hampir selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya, kecuali pada 1973, 1976, dan 1998, di mana terjadi penurunan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan bahwa konsumsi listrik per kapita akan terus meningkat, dengan target mencapai 1.336 kWh per kapita pada akhir tahun 2023.

Kementerian ESDM telah merancang berbagai strategi inovatif untuk meningkatkan konsumsi listrik di Indonesia. Salah satu langkah utamanya adalah memastikan aliran listrik menyala 24 jam sehari di seluruh pelosok negeri. "Hingga 31 Desember 2022, masih ada 236 lokasi yang belum menikmati listrik 24 jam penuh," ungkap Plt. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, dalam siaran persnya pada Selasa (31/1/2023).

Di samping itu ada bahaya yang sangat mengintai kita, energi listrik yang menjadi nadi kehidupan kita, yang mendorong segala aktivitas kita, ternyata masih sangat bergantung pada sumber daya yang tidak berkelanjutan. Menurut laporan Climate Transparency Report 2022, Indonesia masih berjuang untuk memanfaatkan energi terbarukan dalam pembangkitan listriknya.

Pada tahun 2021, hanya 19% dari total energi listrik di Indonesia yang berasal dari sumber energi terbarukan. Dari persentase tersebut, tenaga air atau hidro menjadi kontributor terbesar dengan 8%, diikuti oleh biomassa dan limbah dengan 5,3%, panas bumi atau geothermal dengan 5,1%, dan energi angin serta surya masing-masing hanya 0,1%.

Sementara itu, bahan bakar fosil masih mendominasi pembangkitan listrik di Indonesia dengan 81%. Batu bara menjadi sumber utama dengan 62%, disusul gas bumi dengan 18% dan minyak bumi dengan 2%. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa rata-rata pangsa energi terbarukan untuk pembangkit listrik di Indonesia hanya mencapai 18,7% sepanjang 2016 hingga 2021. Angka ini masih jauh di bawah rata-rata negara G20 yang mencapai 28,6% selama periode yang sama.

Mari kita soroti dampak yang kurang terlihat dari PLTU, yang ironisnya menjadi tulang punggung pasokan listrik di Indonesia. Salah satu dampak yang sering terabaikan adalah gangguan sistem pernapasan yang dialami oleh komunitas di sekitar PLTU batu bara.

Menurut laporan yang diterbitkan oleh Greenpeace dan Universitas Harvard pada Agustus 2015, gangguan pernapasan ini bukanlah masalah kecil. Bahkan, dampak ini dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, seperti kematian dini. Sebagai ilustrasi, Greenpeace memperkirakan bahwa emisi dari PLTU Jepara saja telah menyebabkan lebih dari 1.020 kematian dini setiap tahun hingga 2012. PLTU Jepara, yang telah beroperasi sejak 2006, memiliki kapasitas produksi energi listrik sebesar 2640 MW.

Meski PLTU batu bara memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan energi masyarakat, dampaknya terhadap kesehatan masyarakat sekitar tidak bisa diabaikan. Data dari Greenpeace menunjukkan bahwa tidak kurang dari 20 anak di bawah lima tahun meninggal akibat infeksi saluran pernapasan akut. Selain itu, terdapat 90 kematian lainnya akibat penyakit pernapasan kronis, 60 kematian akibat kanker paru-paru obstruktif kronis, 450 kematian akibat stroke, dan 400 kematian akibat penyakit jantung iskemik.

Rumah Hibrida AC/DC adalah solusi inovatif dan berkelanjutan untuk kebutuhan listrik perumahan. Dengan kemampuan untuk mengandalkan sumber energi terbarukan, rumah ini secara signifikan mengurangi ketergantungan pada utilitas listrik konvensional.

Rumah dengan sumber listrik AC (Alternating Current) dan DC (Direct Current) memanfaatkan kedua jenis arus listrik ini untuk memenuhi kebutuhan energi dengan cara yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing jenis arus listrik dan penggunaannya dalam rumah:

Arus Listrik AC (Alternating Current): Arus listrik AC adalah arus yang arah alirannya berubah-ubah secara periodik. Di Indonesia, listrik rumah tangga umumnya menggunakan arus AC dengan tegangan 220 volt dan frekuensi 50 Hz. Arus AC digunakan untuk sebagian besar peralatan rumah tangga seperti lampu, kulkas, mesin cuci, dan alat-alat elektronik lainnya. Keunggulan arus AC adalah efisiensinya dalam transmisi listrik jarak jauh karena dapat ditransformasikan ke tegangan yang lebih tinggi atau lebih rendah dengan mudah.

Arus Listrik DC (Direct Current): Arus listrik DC adalah arus yang mengalir dalam satu arah saja, dari kutub negatif ke positif. Sumber arus DC umumnya berasal dari baterai, aki, atau panel surya. Arus DC digunakan untuk perangkat yang membutuhkan listrik stabil dan tidak fluktuatif seperti laptop, ponsel, lampu LED, dan perangkat elektronik lainnya. Arus DC juga digunakan dalam sistem energi terbarukan seperti panel surya yang menghasilkan listrik DC.

Dokpri
Dokpri

Rumah Hibrida dengan AC dan DC: Rumah hibrida menggunakan kombinasi arus AC dan DC untuk meningkatkan efisiensi energi. Misalnya, panel surya menghasilkan listrik DC yang kemudian dapat disimpan dalam baterai dan digunakan untuk perangkat DC. Sementara itu, listrik dari jaringan PLN yang berupa arus AC digunakan untuk peralatan rumah tangga lainnya. Dengan memanfaatkan kedua jenis arus listrik ini, rumah hibrida tidak hanya lebih efisien dalam penggunaan energi, tetapi juga lebih ramah lingkungan dan hemat biaya.

Dengan menggabungkan arus AC dan DC, rumah hibrida mampu memanfaatkan keunggulan masing-masing jenis arus listrik untuk menciptakan lingkungan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Keuntungan menggunakan kedua jenis arus listrik ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada satu sumber energi, tetapi juga meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi biaya listrik. Selain itu, rumah hibrida lebih ramah lingkungan karena dapat memanfaatkan energi terbarukan, sehingga menciptakan masa depan yang lebih hijau dan hemat energi. Rumah hibrida adalah langkah inovatif menuju keberlanjutan dan efisiensi yang lebih baik

Tujuan utama dari rumah hibrida AC/DC adalah untuk mengurangi ketergantungan pada jaringan listrik konvensional dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Proyek ini tidak hanya membuktikan bahwa pengurangan biaya energi adalah pilihan yang layak, tetapi juga membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan rumah hibrida AC/DC, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan hemat energi, sekaligus menginspirasi perubahan positif bagi generasi mendatang

Peralihan ke energi terbarukan tidak hanya berarti pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, tetapi juga memberikan dampak positif yang signifikan bagi lingkungan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, energi terbarukan adalah pilihan yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, ketergantungan pada jaringan listrik dari PLN akan berkurang sekitar 40-60%, yang secara langsung akan mengurangi biaya listrik. Dengan beralih ke energi terbarukan, kita tidak hanya membantu melestarikan lingkungan, tetapi juga menghemat biaya energi secara signifikan.

Secara keseluruhan, teknologi ini memberikan proyek-proyek senior di masa depan sebuah batu loncatan yang signifikan. Dengan adanya teknologi ini, para pengembang perumahan dapat lebih mudah meningkatkan solusi yang sudah ada. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengoptimalkan efisiensi dan efektivitas proyek-proyek yang sedang berjalan, serta memastikan bahwa setiap inovasi yang diterapkan dapat memberikan manfaat yang maksimal.

Selain itu, teknologi ini juga menjadikan rumah hibrida sebagai model yang ideal untuk mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan. Rumah hibrida menggabungkan berbagai teknologi dan metode yang ramah lingkungan, seperti penggunaan energi terbarukan dan sistem pengelolaan limbah yang efisien. Dengan demikian, rumah hibrida tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan kenyamanan dan efisiensi bagi penghuninya.

Dengan mengadopsi teknologi ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Teknologi ini mendorong penggunaan sumber daya secara bijaksana dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Selain itu, desain ini juga menginspirasi inovasi dan kreativitas dalam menciptakan solusi-solusi baru yang lebih ramah lingkungan. Dengan demikian, kita dapat mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Untuk aplikasi terhadap rumah : Hybrid AC/DC House: The Road to a Sustainable Future

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun