Mohon tunggu...
Dzaky Nabil Al Hakim
Dzaky Nabil Al Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ketua Bahsul Masail Ponpes Raudlatul Muhibbin al-Mustainiyah, Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghidupkan Pendidikan Memulihkan Manusia

12 Juni 2024   19:45 Diperbarui: 12 Juni 2024   20:15 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan bukan hanya sarana untuk mencari pekerjaan saja, tetapi berperan untuk mengaktualkan potensi manusia sehingga menjadi manusia sejati. Yakni, mengaktualkan berbagai potensinya untuk menjadi sejahtera, berbahagia, memiliki kehidupan yang penuh makna bagi diri sendiri dan orang lain. Mutunya menentukan arah sebuah bangsa, dan mengantarkan rakyatnya menuju kejayaan atau malah kemunduran. Di era yang serba modern ini, dimana perubahan terjadi dengan kecepatan yang begitu luar biasa, pendidikanpun juga dituntut untuk beradaptasi dan bertransformasi agar mampu menghasilkan insan-insan yang unggul, tidak hanya dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam karakter dan budi pekerti.

Sayangnya akhir-akhir ini, pendidikan telah mengalami beberapa masalah seperti biaya ukt yang melambung tinggi, kuliah yang menjadi kebutuhan tersier bagi warganya, cara didik guru yang monoton dan membosankan, gagal dalam mengembangkan kecerdasan sosial-emosional pada peserta didiknya, serta gagal dalam mengembangkan kecerdasan ruhaniyah peserta didik. Hal tersebut merupakan masalah yang sesegera mungkin untuk di atasi, jikalau tidak, maka dapat menimbulkan krusial yang fatal sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup manusia atau SDM. Lingkungan Pendidikan juga terbagi menjadi 3 wilayah, yaitu rumah, sekolah, dan lingkungan. Oleh karena itu, upaya untuk memulihkan pendidikan menjadi sebuah keniscayaan yang harus kita wujudkan. Kita perlu membongkar paradigma lama dan membangun sistem pendidikan yang baru, yang dimana rumah, sekolah, dan lingkungan memiliki peran yang penting sehingga dapat memulihan manusia secara utuh dan berperadaban. Pendidikan yang Memulihkan Manusia haruslah:

1. Pendidik harus bisa menyeimbangkan antara IQ, EQ, dan SQ dalam pribadi peserta didik. Pendidikan harus dapat menyeimbangkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosial, dan kecerdasan ruhaniyah. IQ (Intelligence Quotient) adalah kemampuan memori verbal, penalaran verbal, penalaran numerik, dan apresiasi terhadap urut-urutan logis. IQ menurut penemuan Mutaakhir dapat ditingkatkan dengan pelatihan yang tepat. Kemudian ada EQ (Emotional Quotient) adalah kecerdasan emosional, Mengutip Buku Emotional Intelligent master piece Daniel Goleman menyatakan "kecerdasan emosional kita, dapat menentukan potensi kita untuk belajar ketrampilan praktis.", serta banyak penelitian menunjukan bahwa "Orang-orang sukses umumnya bukanlah orang yang semata-mata memili IQ tinggi, melainkan orang yang memiliki EQ yang tinggi.", penyakit pada EQ jika tidak di sembuhkan akan merugikan kita dan orang lain, menurut buku "Healing the Emptiness." manusia sering kali mencari obat sedatif pada penyakit EQ ini, sehingga berujung kepada pelampiasan kepada Seks bebas, narkoba, alkohol, materialisme, dan konsumenlisme. SQ (Spritual Quotient) atau di sebut dengan kecerdasan spiritual, Sementara kecerdasan spiritual, Zohar dan Marshall mengklaim bahwa SQ (Spritual Quotient) merupakan landasan yang diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan EQ.

2. Dapat menanamkan pondasi Curiosity, Imagination, Creativity, Innovative pada jiwa peserta didik. Sifat ingin tahu yang toinggi merupakan kunci sukses dari imajinasi, Imajinasi adalah kemampuan membayangkan sesuatu tanpa melalui prosedur presepsi atas sesuatu itu dalam keadaan konkretnya. Maka ketika seseorang semakin imajinatif maka makin kreatiflah seseorang itu. Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan gagasan baru yang orisinal dan approptiate (cocok untuk mencapai hasil yang diinginkan) dengan sebaik baiknya. Menurut ahli kreativitas muncul melalui otak kanan pada keadaan sedang flow (ketika seorang betul-betul terserap dan menikmati apa yang sedang ia lakukan, kehilangan sesnse waktu, pikiran terpusat pada momen sekarang dan dalam keadaan terkontrol penuh atas segala sesuatu, dan merasa benar-benar bebas.). dan produk dari Kreatif ialah Inovatif. Menurut Study dari Graham Wallas, kreativitas melibatkan 5 tahap, berupa persiapan, inkubasi, intimasi, iluminasi, dan verifikasi.

3. Memiliki kurikulum yang berbasis kompentesi, memiliki life skills, memiliki metode pembelajaran terbaik, memiliki metode penilaian yang baik. Kurikulum merupakan penjabaran secara luas dan lengkap tujuan tujuan yang hendak di capainya, jika kurikulum menyimpang dari tujuan UU Sidiknas 2003 Pasal 33 Ayat 3, maka hasilnya juga menyimpang. Life skills (keterampilan-ketrampilan hidup) adalah semua kompentensi dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh setiap orang agar bisa hidup bahagia dunia dan akhirat. Ada 5 kompentensi yang tercakup dalam life skills, berupa akhlak, kepercayaan diri, kegigihan, kesabaran, dan sebagainya. Penilaian yang benar, masalnya siswa siswa biasanya dinilai dari segi penguasaan teori saja, bukan dari segi berkreasi, mencipta, dan menganalisis. Metode pembelajaran merupakan salah satu elemen yang menopang tercapainya tujuan pembelajaran, Menurut George Bernard Shaw, yang terjadi pada realita sekarang adalah pengertahuan mengejar anak, bukan anak yang mengejar pengetahuan, maka oleh sebab itu guru harus memiliki metode pembelajaran yang baik agar anak seakan akan berada di rumah yang nyaman. Oleh sebab itu kurikulum,life skills, metode pembelajaran dan penilaian sangat erat ber-interkoneksi satu sama lain tidak dapat di pisahkan.

4. Memperluas akses dan meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas harus dapat diakses oleh semua anak bangsa, tanpa terkecuali.Kesenjangan kualitas pendidikan di berbagai daerah perlu dipersempit, agar semua anak didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang.

Memulihkan pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Orang tua, guru, komunitas, dan dunia usaha perlu bersinergi untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif. Dengan memulihkan pendidikan, kita memulihkan manusia seutuhnya. Kita melahirkan generasi penerus bangsa yang tangguh, cerdas, berkarakter mulia, dan siap membawa Indonesia menuju masa depan yang gemilang. Memulihkan pendidikan adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pihak. Namun, dengan tekad yang bulat dan langkah yang tepat, kita yakin bahwa pendidikan di Indonesia dapat pulih dan mengantarkan bangsa ini menuju masa depan yang lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun