Global South adalah bentuk pembagian wilayah dunia yang kerap digunakan untuk mengidentifikasi kesenjangan ekonomi dan sosial-politik. Global South mencakup beberapa benua seperti Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Kendati menggunakan frasa selatan, Australia tak masuk dalam kategori tersebut. Itu karena Australia termasuk negara maju. Global South, sebagai bentuk solidaritas negara berkembang, sejalan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia. Sebab, Global South merupakan kumpulan negara terjajah di masa lampau. Di samping itu, Global South juga mengilhami lahirnya Gerakan Non-Blok (GNB) yang membawa semangat anti-kolonialisme. Simpul solidaritas Global South kembali menjadi wacana setelah kunjungan Jokowi ke Afrika.
Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke benua Afrika pada 8 Agustus 2023. Disana, Jokowi mengunjungi Kenya, Tanzania, Mozambik, dan Afrika Selatan selama empat hari. Jokowi bertolak dari Indonesia bersama Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, serta Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi.
Lawatan tersebut merupakan yang pertama selama masa pemerintahan Jokowi. Pada periode sebelumnya, Jokowi tidak sempat mengunjungi Afrika. Jokowi menegaskan bahwa kunjungannya akan membawa Spirit Bandung yang mengilhami negara-negara di Afrika untuk membangun Gerakan Non-Blok pada 1961. Selain itu, Jokowi juga berharap dalam kunjungan perdananya dapat memperkuat posisi Indonesia dan Afrika sebagai negara Global South.
Secara historis, Indonesia memiliki kedekatan dengan Afrika. Sebagai sesama wilayah jajahan, kedekatan antara Indonesia dan Afrika menandakan kebangkitan bangsa yang tertindas. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika telah menjadi monumen hidup bagi setiap gerakan pembebasan pada era kolonial. Inisiasi Indonesia dalam menyelenggarakan forum tersebut pada akhirnya mendorong kesadaran untuk lepas dari belenggu penjajahan dan membakar semangat dalam merebut kemerdekaan. Pesan yang Jokowi sampaikan dalam kunjungannya ke Afrika merupakan simbol komitmen Indonesia untuk terus mengupayakan pertumbuhan di segala sektor bagi negara Global South.
Jokowi dalam hal ini menyadari betul benua Afrika telah berkembang pesat. Ada kesan politis dalam kunjungan perdananya. Jokowi menyadari bahwa Afrika dapat menjadi mitra yang sejajar apabila Indonesia mengalami krisis di sektor tertentu. Namun, itu pula yang dilihat Afrika dari Indonesia. Afrika berharap bahwa Spirit Bandung akan terus dirawat dan diperjuangkan bersama.Â
Disamping itu, Jokowi juga paham bahwa Afrika memiliki potensi di masa mendatang. Sebagaimana yang sering diucapkan dalam forum PBB, Afrika adalah benua masa depan. Selain sumber daya melimpah, Afrika juga diprediksi akan menerima bonus demografi pada tahun 2050. Persis seperti yang akan Indonesia terima tak lama lagi. Sehingga, dapat dipahami bahwa menjajaki Afrika saat ini merupakan langkah taktis yang mampu memperkokoh posisi Indonesia menjelang datangnya potensi tersebut.
Saat ini, penduduk Afrika berjumlah 1,2 miliar jiwa. Jumlah tersebut setara dengan 17% populasi dunia. PBB memperkirakan populasi Afrika akan naik dua kali lipat menjadi 2,4 miliar pada tahun 2050 dan 4,2 miliar di tahun 2100. Peningkatan angkatan muda di Afrika secara langsung akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi kawasan. Oleh karena itu, Afrika akan menjadi medan pertempuran antarpengaruh. Jokowi dalam kunjungannya juga mengingat hal ini. Ia mengatakan bahwa total populasi negara Global South jika digabungkan mencapai 85% penduduk dunia. Sehingga, Jokowi melanjutkan, suara dan kepentingan negara-negara tersebut dapat lebih didengarkan oleh dunia.
Potensi tersebut jelas akan mendongkrak posisi Indonesia. Kepemimpinan Indonesia di ASEAN telah membuka kesempatan bagi negara lain untuk dapat berperan aktif dalam menentukan arah gerak Global South. Sehingga, itu merupakan sesuatu yang patut di apresiasi dalam kunjungan Jokowi ke Afrika.Â
Selain itu, Jokowi secara tersirat juga menunjukkan bagaimana Indonesia dapat berdiri sejajar dengan negara-negara Global North. Upaya tersebut nampak dalam banyak agenda internasional yang telah dan sedang dihelat di Indonesia, seperti KTT G20 dan Piala Dunia U-17. Itu menandakan bahwa Indonesia mampu memimpin negara di kawasan Global South untuk bangkit dan turut terlibat dalam setiap agenda internasional.
Meskipun tak lagi berbicara dalam konteks sejarah, Indonesia masih memiliki kesempatan untuk menggandeng Afrika di berbagai sektor. Kunjungan Jokowi ke Afrika dapat menjadi permulaan bagi perkembangan kerja sama di masa mendatang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden Tanzania, Samia Suhulu Hassan, bahwa kendati hubungan diplomatik telah terjalin, masih ada sektor yang perlu dibenahi. Samia melihat bahwa ada peluang diantara kedua negara di sektor sosial, ekonomi, bisnis (perdagangan), serta investasi yang melibatkan publik dan swasta.
Hari pertama kunjungannya ke Afrika, Jokowi menyambangi Kenya. Bersama Kenya, Indonesia berfokus pada sektor perdagangan. Jokowi mengatakan akan meningkatkan peluang kerja sama dengan Kenya. Tercatat, pada tahun 2022 kerja sama perdagangan antara dua negara telah mencapai 507 juta dollar AS. Jumlah tersebut akan meningkat seiring dengan komitmen kerja sama perdagangan Indonesia-Kenya. Jokowi menegaskan bahwa masing-masing negara dapat menjadi gerbang regional. Indonesia dapat menjadi pintu masuk bagi Kenya di ASEAN dan Kenya dapat menjadi pintu masuk bagi Indonesia di kawasan Afrika Sub-Sahara.
Setelah dari Kenya, Jokowi lanjut bertolak ke Tanzania. Dalam lawatannya ke Tanzania, Jokowi menyampaikan potensi kerja sama dua negara. Jokowi mengatakan bahwa Indonesia dapat menjadi mitra strategis Tanzania di bidang energi. Indonesia berminat untuk mengelola Blok Mnazi Bay bersama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia. Disamping itu, Indonesia juga ingin bekerja sama dalam pengelolaan sektor gas alam menjadi pupuk dan bahan kimia.
Selain di sektor energi, Jokowi ingin agar sektor kesehatan Indonesia dapat merambah pasar Tanzania. Kerja sama tersebut dibuat dalam bentuk ekspor obat oleh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan farmasi di Tanzania.Â
Untuk memperkokoh predikat negara agraris, Indonesia turut bekerja sama dalam bidang pertanian. Keterlibatan Indonesia tersebut merupakan bagian dalam pembentukan desain besar Afrika lima tahun kedepan. Jokowi mengatakan rencana revitalisasi Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Petani (FARTC) di Morogoro Tanzania sebagai proyek kerja sama antarnegara perlu segera direalisasikan. Keterlibatan Indonesia tersebut merupakan bagian dalam pembentukan desain besar Afrika lima tahun kedepan.
Jokowi melanjutkan kunjungannya ke Mozambik di hari ketiga. Bersama Mozambik, Indonesia telah melakukan kerja sama di berbagai bidang. Itu dibuktikan dengan kepemilikan Mozambik atas  PTA, sekaligus menjadi negara di Afrika pertama yang memilikinya. Jokowi juga berencana agar kerja sama dengan Mozambik dapat berlangsung melalui skema Bilateral Investment Treaty (BIT).
Di hari terakhir, Jokowi mengunjungi Afrika Selatan. Di Afrika Selatan, Jokowi hadir untuk memenuhi undangan KTT BRICS. Undangan tersebut diberikan pada Jokowi bukan dalam kapasitas sebagai negara anggota BRICS, melainkan Indonesia merupakan sahabat Afrika Selatan. Selain itu, undangan tersebut juga merupakan bentuk undangan balasan, lantaran Indonesia juga mengirimkan undangan kepada Afrika Selatan pada gelaran KTT G20.
Pola hubungan Indonesia dengan Afrika tak lagi sebatas hubungan antarwilayah tertindas. Keberadaan duta besar Kenya dan Tanzania di Indonesia menandai hubungan dengan masing-masing negara telah memasuki babak baru. Sementara, bagi Mozambik, adanya kemitraan di sektor dagang bersama Indonesia telah menjadi tonggak kebangkitan ekonomi dua kawasan. Begitu pula dengan manuver Afrika Selatan yang secara progresif bermain di tatanan teratas ekonomi global.
Perlu ditegaskan bahwa agenda Jokowi melawat ke Afrika, selain untuk meningkatkan kerja sama, juga merekatkan kembali simpul solidaritas Global South. Jokowi ingin agar negara-negara berkembang mampu berbicara banyak di forum-forum global. Sehingga, kesenjangan antarwilayah dapat ditekan melalui penguatan lintas sektor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H