Alhamdulillah, saya sempat melihat beberapa potret dari 161 pejuang alam asal masyarakat adat suku Mausuane Dusun Siahari, Desa Morokay, Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, Kabupaten Maluku Tengah.
Mereka berjuang, ada Yanatotu seorang Ayah yang harus menerima takdir bahwa dua anak balitanya meninggal dunia akibat malnutrisi yang dialami sejak dalam kandungan. Si Sepuh Loaki Boiratan mengalami dehidrasi dan penurunan tensi hingga tak bisa berjalan dan harus dibopong dari gunung, diduga memakan umbut nibong (pucuk nibong) selama satu bulan.Â
Ada Melka yang berjuang untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang guru meski ibu dan bapaknya tak mengenal hari, huruf maupun angka, berjalan tak kenal lelah tuk menuntut ilmu di kampung sebelah dan banyak kisah-kisah lain dari mereka jika pembaca mendengarkannya maka berjilid-jilid buku tak  muat untuk mengisahkan betapa keras dan berat perjuangan yang mereka lalui .
Kasihan, sedih, bangga dan memilukan rasa, mereka kini menjadi objek kebaikan, Nusantara menatapnya dengan berjuta-juta niat terbaik dari anak-anak bangsa, baik LSM, masyarakat biasa, instansi pemerintahan hingga masyarakat setempat berbondong-bondong bahu membahu untuk kesejahteraan masyarakat adat suku Mausuane, semoga niat baik kelak akan menjadi timbangan amal di akhirat sana.
Makanan, obat, serta perlengkapan yang lain menggunung layaknya gunung dan perbukitan Murkele yang mereka tempati hasil terus mengalir dari berbagai elemen masyarakat, perjalanan mencapai hati mereka pun penuh dengan berbatuan cadas dan bantaran sungai yang mulai mengering, jalan menuju pegunungan tersebut terdapat hamparan ratusan hektar perkebunan sawit milik perusahaan besar, tak ayal kakak saya mengatakan bahwa ini adalah Nusa Sawit bukan Nusa Ina.
" Kezaliman nyata jika ada rakyat Indonesia mati kelaparan di tengah kayanya alam negeri ini." Ungkap temanku,Â
hal ini pun kusadari bahwa bentangan dari Sabang hingga Merauke terdapat kekayaan alam baik darat maupun laut, jadi apakah ada alasan kenapa diujung negeri ini ada yang mati karena tak memiliki pangan. Hal ini perlu kerja sama dari berbagai elemen, tak ada kepentingan, yang harus selalu ada dari kita yaitu jangan pernah ada hak saudara kita yang tak pernah terbayarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H