Dagelan Politik
Gonjang-ganjing rapat paripurna DPR tentang RUU Pilkada semakin panas ketika puncaknya rakyat harus mengalami kekalahan lagi terhadap para wakil-wakilnya yang telah mengkhianati hak-hak mereka.
Berdalih ini adalah 'keputusan rakyat' atau 'kemenangan rakyat', justru 'keputusan dan kemenangan' ini telah digunakan oleh para penipu tersebut untuk melukai hati rakyat. Hak-hak konstitusi rakyat yang diperoleh dari tumpahan air mata dan darah rakyat pada era reformasi, kini telah diberangus habis oleh wakil-wakil rakyat itu sendiri. Dimanakah hati nurani mereka ?
Wakil-wakil rakyat yang seharusnya menjaga dan mengayomi hak-hak politik rakyat justru telah berubah seperti pagar yang memakan tanaman. Amanah yang tulus ikhlas diberikan oleh rakyat kepada mereka malah digunakan untuk mencabut harga diri rakyat.
Si Pengecut yang Menipu
Hanya para pengecutlah yang lari dari persoalan dan masalah. Walk out bukanlah pemecah masalah. Rakyat memberikan amanah kepada antum (wakil rakyat) untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh rakyat. Jika antum (wakil rakyat) tidak mampu melaksanakan amanah tersebut, maka jangan sekali-sekali berani mencalonkan diri sebagai 'wakil rakyat'.
Seperti halnya perut, DPR adalah tempatnya mencerna semua 'makanan' untuk diolah menjadi energi dan gizi yang bermanfaat untuk rakyat. Dan fungsi inilah yang harusnya diemban dengan baik oleh antum sebagai wakil rakyat hingga menghasilkan manfaat yang baik untuk rakyat dan negara. Bukan malah kabur meninggalkan perut yang sedang mules, justru tindakan ini mencerminkan kalau antum itu pengecut dan tak layak menjadi wakil rakyat.
Antum juga telah menipu rakyat dengan tipu muslihat seolah-olah anda membela rakyat, tapi ketika antum menerima 'tekanan' di dalam perut, antum malah kabur terbirit-birit meninggalkan rakyat. Hanya penipu, yang mampu dan memiliki kelebihan untuk menipu. Cocok sudah 'prestasi' pemerintahan antum selama ini yang 'tanpa prestasi' tak jelas mau dibawa kemana negeri ini. Tak ada wibawa dan harga diri.
Gurita Kekuasaan
Apa yang disembunyikan dan diperjuangkan oleh Koalisi Penindas Rakyat hingga begitu ngototnya mereka mencoba merampas hak-hak reformasi rakyat ? Gurita Kekuasaan adalah jawabnya.
Dengan menguasai parlemen, maka mereka akan sangat mudah mengusung calon kepala daerahnya sesuai dengan kehendak kepentingan yang mereka inginkan. Dengan begitu, rakyat tak akan bisa memiliki figur-figur kepala daerah seperti Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Tri Rismaharini yang benar-benar membela kepentingan rakyat.
Apa yang terjadi ketika kepala daerah-kepala daerah tersebut sudah berada dalam cengkeraman koalisi tersebut ? Inilah yang saya takuti, karena kepala daerah-kepala daerah tersebut hanya akan patuh dan tunduk kepada parlemen bukan kepada konstitusi. Akhirnya kemudian menjadikan kepala daerah-kepala daerah tersebut bekerja menjadi 'mesin politik' bagi kepentingan koalisi, bukan bekerja untuk kepentingan rakyat.
Strategi ini pernah dilakukan oleh salah satu partai pendukung koalisi ketika berhasil menanam kader-kadernya menguasai salah satu asosiasi olah raga di negeri ini, baik di pusat maupun di daerah, hingga setiap keputusan yang melibatkan kader-kader tersebut akan selalu menguntungkan bagi kepentingan mereka.
Koalisi Rakyat
Dengan kalahnya rakyat menggagalkan RUU Pilkada, maka kemunduran demokrasi negeri ini telah melukai amanah reformasi yang diusung oleh rakyat dengan air mata dan darah. Apakah kemunduran demokrasi ini akan mendorong rakyat untuk melihat kebelakang dan mundur lagi menumpahkan air mata dan darah reformasi untuk mencabut balik amanah yang telah diberikan kepada wakil rakyat tersebut ? .... Koalisi Rakyat-lah jawabannya !!! ... LAWAN !!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI