Ironi terbesar adalah bagaimana tambang yang menggerogoti alam justru berjalan berdampingan dengan upaya pengembangan pariwisata. Pariwisata yang sukses membutuhkan alam yang lestari, tetapi pertambangan justru menjadi ancaman utama bagi kelestarian tersebut. Ini seperti dua kekuatan yang saling bertolak belakang tetapi sama-sama ingin menjadi poros ekonomi Belitung. Â
Pemerintah daerah pasti menghadapi dilema besar. Di satu sisi, tambang memberikan kontribusi ekonomi yang instan, terutama dalam bentuk pendapatan daerah. Namun, di sisi lain, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan menghambat pariwisata dan merugikan masyarakat lokal dalam jangka panjang. Â
Meninjau fenomena tersebut sebagai putra daerah, saya merasa bahwa Belitung memerlukan langkah nyata untuk menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan. Aktivitas tambang harus diawasi dengan lebih ketat. Perusahaan tambang harus bertanggung jawab terhadap kerusakan yang mereka timbulkan, termasuk melakukan rehabilitasi lahan bekas tambang. Regulasi yang lebih tegas perlu diterapkan untuk memastikan bahwa tambang tidak menjadi ancaman permanen bagi keindahan alam Belitung. Â
Di sisi lain, pariwisata harus menjadi prioritas utama. Potensi wisata Belitung sangat besar, tetapi aksesibilitas masih menjadi masalah. Pemerintah daerah perlu mendorong maskapai untuk menambah frekuensi penerbangan, bahkan jika itu berarti memberikan subsidi atau insentif khusus. Selain itu, promosi pariwisata juga harus dilakukan lebih agresif untuk menarik lebih banyak wisatawan. Â
Akhirnya, keheranan saya di bandara H.A.S Hanandjoeddin waktu itu bukan hanya tentang penerbangan yang sedikit atau bandara yang sepi. Ini adalah refleksi dari tantangan besar yang dihadapi Belitung: bagaimana menjadikan ekonomi, pariwisata, dan lingkungan berjalan beriringan. Â
Saya percaya, Belitung memiliki masa depan yang cerah. Namun, untuk mencapainya, semua pihak harus bekerja sama. Pemerintah, masyarakat lokal, dan pelaku usaha harus bersinergi untuk menciptakan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Â
Tambang mungkin menawarkan keuntungan sesaat, tetapi keindahan alam Belitung adalah aset abadi yang harus kita jaga. Jika kita mampu melindungi alam ini, maka pariwisata akan tumbuh, ekonomi lokal akan bergerak, dan generasi mendatang akan mewarisi pulau yang tetap indah dan bermakna. Â
Bagi saya, Belitung bukan hanya tempat kelahiran dan saya dibesarkan. Belitung adalah rumah yang harus dijaga, sebuah surga kecil yang tak boleh hilang oleh kerakusan manusia. Mari kita bergerak bersama, karena Belitung adalah tanggung jawab kita semua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H