Â
Jumat, 22 November 2024 adalah hari dimana mahasiswa FMIPA ITB 2024 bergerak memberikan aksi nyata dan pengabdian ke masyarakat sekitar kampus ITB Jatinangor. Aksi yang dilakukan ke masyarakat adalah melakukan pengajaran yang dominan berkaitan dengan sains kepada siswa di beberapa sekolah dasar.
Dibalik aksi dan pengabdian tersebut, ada satu satu hal yang menarik bagi penulis dimana aksi pengabdian ini lahir dari sebuah konsep yang dijunjung oleh FMIPA ITB 2024 yaitu "tugas orang-orang terdidik adalah mendidik". Kalimatnya tedengar sederhana namun dahsyatnya kalimat inilah yang menjadi prinsip massa FMIPA untuk bergerak, mengabdi ke masyarakat.
Bagi penulis, ungkapan "tugas dan kewajiban orang-orang terdidik adalah mendidik" memiliki makna mendalam yang relevan sepanjang masa. Ini bukan sekadar pernyataan moral, tetapi sebuah panggilan untuk berbagi pengetahuan dan menjadi agen perubahan bagi masyarakat. Ungkapan ini menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya hak istimewa individu, melainkan juga sebuah tanggung jawab sosial yang mengikat setiap orang yang telah mendapat kesempatan belajar. Â
Kita sepakat bahwa mendapatkan pendidikan adalah hak asasi yang diakui secara global. Namun, di balik hak tersebut, ada tanggung jawab yang sering terlupakan, yaitu kewajiban untuk mendidik orang lain. Orang-orang terdidik memiliki keistimewaan berupa akses ke pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang tidak dimiliki semua orang. Jika keistimewaan ini tidak dibagikan, pendidikan hanya menjadi privilese yang terjebak dalam lingkaran eksklusif, bukan alat transformasi sosial. Â
Di sinilah makna "mendidik" menjadi kunci. Mendidik bukan berarti harus menjadi seorang guru profesional di kelas formal. Mendidik bisa dilakukan di mana saja dan dalam bentuk apa saja---dari memberikan contoh perilaku baik, berbagi pengalaman hidup, hingga membantu orang lain memahami suatu konsep yang mereka belum kuasai. Â
Mendidik adalah cara untuk menciptakan dampak positif yang meluas. Ketika seseorang yang terdidik membagikan ilmunya, ia sedang membangun fondasi perubahan yang dapat berlangsung lintas generasi. Seorang guru, misalnya, tidak hanya mengajarkan mata pelajaran, tetapi juga nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, dan tanggung jawab. Hal ini menanamkan pola pikir yang akan terus dibawa oleh para siswanya di masa depan. Â
Dalam kehidupan sehari-hari, mendidik bisa sesederhana membimbing dan membantu teman yang kesulitan dalam belajar atau mengajari anak-anak di lingkungan sekitar tentang pentingnya menjaga kebersihan, dan lain sebagainya. Setiap tindakan mendidik ini, sekecil apa pun, membantu membentuk masyarakat yang lebih baik. Â
Namun, melaksanakan tugas mendidik tidak selalu mudah. Di era modern yang serba cepat, orang-orang sering terjebak dalam rutinitas dan prioritas pribadi sehingga lupa untuk berbagi ilmu. Ada juga tantangan dalam bentuk ketimpangan akses pendidikan. Banyak orang terdidik yang memilih untuk tinggal di daerah perkotaan, sementara masyarakat di daerah terpencil kesulitan mendapatkan bimbingan yang layak. Â
Selain itu, mendidik membutuhkan kesabaran dan kemampuan untuk memahami orang lain. Tidak semua orang dapat menerima ilmu dengan cara yang sama. Di sinilah pentingnya empati. Orang yang terdidik harus memiliki kemampuan untuk menyederhanakan konsep yang rumit dan menyesuaikannya dengan kebutuhan audiens.
Untuk menjalankan tugas mendidik secara optimal, orang-orang terdidik perlu berkontribusi dalam membuka akses pendidikan seluas-luasnya. Misalnya, dengan menjadi relawan di program belajar mengajar, mengembangkan platform pendidikan online untuk belajar, atau bahkan hanya dengan menyebarkan ilmu dan informasi bermanfaat melalui media sosial. Teknologi modern memberikan peluang besar untuk menjangkau lebih banyak orang dan menciptakan dampak yang lebih luas. Â
Lebih dari itu, mendidik juga melibatkan pemberdayaan. Orang-orang terdidik harus mendorong orang lain untuk menjadi pembelajar mandiri. Dengan demikian, mereka tidak hanya memberikan ikan, tetapi juga kail dan cara memancing. Â
Sejarah menunjukkan bahwa perubahan besar di dunia sering kali dimulai oleh orang-orang terdidik yang memilih untuk mendidik. Sosok seperti Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan nasional Indonesia, menjadi bukti nyata bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk melawan kebodohan dan ketidakadilan. Filosofinya, "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani," menegaskan pentingnya mendidik dari berbagai posisi---sebagai teladan, motivator, dan pendukung.
Pada akhirnya ungkapan "tugas orang-orang terdidik adalah mendidik" mengajarkan kita tentang arti tanggung jawab sosial dari pendidikan. Pengetahuan adalah kekuatan, tetapi kekuatan itu baru bermakna jika digunakan untuk membantu orang lain. Mendidik adalah cara untuk menciptakan perubahan nyata, membangun masyarakat yang lebih baik, dan meninggalkan warisan berharga bagi generasi mendatang. Â
Oleh karena itu, jika kita adalah orang-orang yang telah mendapatkan kesempatan untuk belajar, marilah kita menjawab panggilan ini. Sebab, tugas mendidik bukanlah beban, melainkan kehormatan yang memberikan makna lebih dalam pada hidup kita. Mari bergerak untuk pendidikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI