--
Dalam era digitalisasi yang serba cepat, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, khususnya bagi generasi muda. Salah satu tren yang paling mencolok adalah popularitas video singkat yang disuguhkan melalui platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts. Video berdurasi 15 hingga 60 detik ini begitu diminati karena formatnya yang padat, menarik, dan mudah diakses kapan saja. Namun, di balik daya tariknya, muncul pertanyaan besar: bagaimana fenomena ini memengaruhi pola pikir generasi muda, terutama terkait kecenderungan untuk selalu menginginkan hasil instan?
Video singkat dirancang untuk memikat perhatian dalam hitungan detik. Dengan bantuan algoritma canggih, konten yang relevan dengan minat pengguna disajikan secara terus-menerus. Hal ini mungkin saja sering kita alami. Tapi, sadarkah, hal ini menciptakan siklus konsumsi yang sulit dihentikan. Pola konsumsi ini menawarkan hiburan instan, informasi cepat, dan bahkan edukasi singkat, tetapi sering kali minim makna.
Efek ini diperkuat oleh sifat manusia yang cenderung mencari kepuasan instan. Ketika informasi atau hiburan tersedia dalam bentuk yang cepat dan mudah dicerna, otak kita mendapat "hadiah" berupa dopamin, sehingga memperkuat kebiasaan untuk terus mengonsumsi. Tidak heran, generasi muda mulai terbiasa dengan ritme hidup yang cepat dan kurang menghargai proses yang panjang. Lantas, bagaiman dampak hadir dan merebaknya video singkat di media sosial bagi kita?
1. Hidup dengan Mindset "Serba Instan"
Paparan video singkat berulang kali dapat memengaruhi cara berpikir generasi muda. Mereka cenderung mengharapkan hasil cepat dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari belajar, karier, hingga hubungan sosial. Ketekunan, kerja keras, dan kesabaran yang dulu dianggap sebagai kunci keberhasilan mulai tergeser oleh keinginan untuk mencapai tujuan tanpa usaha yang panjang. Misalnya, banyak anak muda yang ingin sukses menjadi kreator konten tanpa memahami bahwa dibutuhkan waktu, kreativitas, dan konsistensi untuk mencapainya. Banyak yang ingin kaya, pintar, namun minim berusaha. Fenomena ini juga tercermin dalam pola belajar yang cenderung menghindari proses mendalam, seperti membaca buku atau menulis esai panjang, karena terlalu terbiasa dengan konsumsi informasi singkat.
2. Penurunan Kemampuan Fokus dan Konsentrasi
Durasi video yang sangat singkat membuat pengguna terbiasa dengan informasi cepat tanpa perlu memperhatikan detail. Akibatnya, kemampuan fokus generasi muda menurun drastis. Mereka merasa sulit untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi tinggi dalam waktu lama, seperti menyelesaikan proyek atau mendalami topik tertentu.
3. Kurangnya Apresiasi terhadap Proses
Kepuasan instan yang diberikan oleh video singkat membuat generasi muda kurang menghargai proses panjang dalam mencapai sesuatu. Padahal, banyak hal dalam hidup memerlukan upaya berkelanjutan, seperti pendidikan, pengembangan, keterampilan, atau membangun hubungan yang bermakna. Ketidaksabaran ini dapat menghambat pengembangan karakter yang kuat dan resilience dalam menghadapi tantangan hidup.