Mohon tunggu...
Dzakwan Ariqah
Dzakwan Ariqah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Sedang mengisi waktu luang dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Mengikuti Olimpiade Fisika di Era Kurikulum Merdeka

14 Mei 2023   18:35 Diperbarui: 14 Mei 2023   18:38 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diikutsertakan dalam sebuah ajang bergengsi di dunia pendidikan SMA yaitu Olimpiade Sains Nasional (OSN). Sebagai ajang bergengsi OSN diharapkan mampu menciptakan generasi muda yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, OSN diharapkan mampu menjadi bagian penting dari pemerataan prestasi dan memaksimalkan potensi peserta didik bertalenta dan berkarakter dari seluruh pelosok Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun saat ini problematika muncul manakala sistem pendidikan di Indonesia beralih kepada Kurikulum Merdeka.

Kurikulum merdeka sebagaimana yang kita ketahui tidak hanya berfokus kepada pemahaman peserta didik tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah pada soal-soal tetapi juga berfokus kepada pemahaman konsep yang mendalam bagi peserta didik. Tidak terkecuali pada mata pelajaran fisika. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang identik dengan persamaan dan perhitungan. Hampir semua aspek dalam fisika melibatkan angka, persamaan, dan perhitungan. Hal ini yang mendasari banyaknya peserta didik yang kurang menyukai pelajaran fisika. Dalam pelajaran fisika dibutuhkan keterampilan menganalisis yang kuat untuk dapat menyelesaikan berbagai macam permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Fisika dalam kurikulum merdeka memiliki banyak sekali perbedaan dengan fisika dalam kurikulum K-13. Penulis yang merupakan pelajar yang masih menggunakan kurikulum K-13 dalam pelajaran merasakan bagaimana sulitnya untuk memahami materi fisika. Pada kurikulum K-13 untuk materi fisika di kelas sepuluh saja sudah terdiri dari 10 bab. Bisa dibayangkan betapa sulitnya bagi peserta didik yang mengguanakan kurikulum K-13 untuk memahami sepuluh bab dalam waktu satu tahun pelajaran. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan fisika yang ada pada kurikulum merdeka. Untuk mata pelajaran fisika kelas 10 terdiri dari 5 Bab. Penyederhanaan ini tentunya memiliki maksud dan tujuan memberikan ruang yang fleksibel bagi peserta didik dan berfokus kepada kemampuan pengembangan minat dan bakat dan tidak tertekan untuk mencapai pembelajaran tersebut.


Penyederhanaan bab dalam materi khususnya fisika juga mengindikasikan bahwa guru tidak perlu terburu-buru dalam mencapai target yang begitu banyak seperti pada kurikulum sebelumnya. Guru juga diberi kesempatan untuk melakukan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Sehingga peserta didik diharapkan mampu menguasai konsep secara mendalam. Hal ini memberi kabar positif bagi dunia pendidikan dimana saat ini pendidikan di Indonesia sudah fokus kepada peningkatan kualitas dibandingkan kuantitas pembelajaran. Namun, penyederhanaan materi fisika pada kurikulum merdeka juga memberi kabar yang cukup menyedihkan. Kurikulum merdeka yang saat ini diterapkan menyebabkan kesulitan tersendiri bagi peserta didik ingin berprestasi dengan mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN).

Untuk tipe soal-soal dihadirkan dalam pelaksaan OSN tingkat kabupaten/kota (OSN-K) tahun 2023 masih sama dengan soal yang dihadirkan pada tahun-tahun sebelumnya. Soal yang bervariasi dengan pengerjaan yang harus melibatkan kemampuan analisis yang tajam dan pengetahuan cakupan materi yang luas dirasa memberikan kesulitan tersendiri bagi peserta didik yang menggunakan kurikulum merdeka saat pembelajaran di kelas. Lalu bagaimana langkah yang harus diambil menghadapi masalah ini?

Tentunya, peserta didik yang ingin mengikuti olimpiade fisika harus memiliki inisiatif yang tinggi dalam mempelajari fisika. Siswa yang ingin mengikuti OSN harus keluar dari zona nyaman. Belajar secara mandiri dan tidak bergantung kepada pembelajaran dikelas adalah suatu keharusan apalagi bagi peserta didik yang menggunakan kurikulum merdeka. Hal ini dikarenakan materi pembelajaran fisika dikelas sangatlah mendasar dan terbatas. Sementara soal-soal diujikan pada OSN merupakan soal yang diambil dari materi yang kebanyakan harus dipelajari secara mandiri di luar pembelajaran di kelas. Ini adalah konsekuensi yang harus ditempuh apabila ingin mendapatkan hasil yang maksimal saat olimpiade berlangsung.

Guru dan sekolah juga harus memiliki perhatian penuh kepada peserta yang berpotensi mengikuti OSN. Perhatian dari pihak sekolah harus ditunjukan sejak jauh hari sebelum olimpiade tersebut berlangsung. Dukungan sekolah berperan penting bagi kemajuan kualitas pemahaman dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal olimpiade. Sekolah yang menginginkan peserta didiknya sukses dan mampu mengharumkan nama sekolah harus rela berkorban seperti peningkatan kualitas guru yang membimbing peserta didik atau menganggarkan biaya untuk pembinaan olimpiade bagi peserta didik dan lain sebagainya.

Sinergi antara peserta didik dan pihak sekolah harus dilakukan. Peserta didik tidak akan mampu untuk berjalan sendirian meniti kesuksesan dalam mengikuti olimpiade fisika. Guru dan sekolah harus bisa menjadi support system yang baik bagi peserta didik. Segala bentuk dukungan yang diberikan kepada peserta didik akan berdampak besar bagi terciptanya peserta olimpiade yang unggul. Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat dan motivasi bagi peserta didik yang ingin berkompetisi untuk selalu semangat berjuang dan bagi sekolah yang selalu menginginkan kesuksesan peserta didiknya dalam salah satu ajang bergengsi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun