Mohon tunggu...
Bang Pray
Bang Pray Mohon Tunggu... Freelancer - Educator, Microsoft Inovative Educator, Writer

Pengajar dan pendidik yang menginginkan perubahan pendidikan yang lebih baik, sebagaimana konsep pendidikan Islam dalam waktu yang singkat menghasilkan orang-orang yang hebat. Tertarik pada teknolgi informasi, aplikasi android, teknologi pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kala Sunyi Merajut Makna

25 Januari 2024   12:52 Diperbarui: 25 Januari 2024   13:01 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika malam mulai mengurai senja,
Gontor terhampar di bawah cahaya rembulan.
Sunyi ia hadir dalam gemuruh jiwa,
Menyapu catatan indah dalam alunan kata.

Di sanalah merajut makna menjadi kebanggaan,
Bulan berdiam, memandangi guratan bait-bait tersenyum.
Penuh hikmah terawang dalam gelap malam,
Gontor menjelma sebagai pemburu bintang paling jauh.

Segenap hati bernaung di bangunan pondok,
Para santri menjalin ikatan dalam sunyi yang tiada terduga.
Mereka berdiam, merayap dalam ruang tak terasa,
Mengais hikmah dari setiap laku perilaku dan pergaulan.

Dalam kala sunyi tumbuh jiwa-jiwa abadi,
Berkolaborasi dalam ilmu pengetahuan dan tiada senantiasa.
Bersimpuh, menghadap Tuhan yang Maha Esa,
Mencoba ikhlas dalam segala cobaan hidup yang melanda.

Tak ada cerita yang terlupakan,
Bila mahasiswa hadir dalam goresan pena.
Karya terpampang dalam persembahan hati,
Mengurai segala duka dan senyum dalam suasana tenang yang hadir.

Di Gontor, sunyi merajut makna dalam halus,
Jarak menjadi dekat dan hati menjadi terhubung.
Ilmu terukir dalam sanubarimu,
Mengalir dalam darah, menuai bahagia dan pesona.

Kala sunyi menjadi tonggak kemerdekaan,
Memancar dalam gontoran yang tidak pernah padam.
Makna yang makin terjalin bersama,
Mengajakmu dalam perjalanan yang takkan pernah terbantahkan.

Selamanya Gontor menjadi pelita,
Dalam kala yang beku ia hadir menerangi.
Merajut makna, mengurai benang-benang dunia,
Gontor, tetaplah meniti jalan menuju cahaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun