Mohon tunggu...
Bang Pray
Bang Pray Mohon Tunggu... Freelancer - Educator, Microsoft Inovative Educator, Writer

Pengajar dan pendidik yang menginginkan perubahan pendidikan yang lebih baik, sebagaimana konsep pendidikan Islam dalam waktu yang singkat menghasilkan orang-orang yang hebat. Tertarik pada teknolgi informasi, aplikasi android, teknologi pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Keharuan Malam di Kampung Damaiku

21 Januari 2024   11:37 Diperbarui: 21 Januari 2024   11:48 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di malam sunyi di Gontor yang setia,
Keharuan tersirat di dalam tiada terhingga.
Sepi berdamping dengan gemuruh hati,
Menyingkap luka dan air mata yang mengalir.

Kaki-kaki lelah menelusuri lorong-lorong sunyi,
Menapaki perjuangan para santri di sini.
Mereka rebah dalam coretan suci di lembaran kitab,
Mendalami ilmu pengetahuan dengan tekad yang teguh.

Dalam setiap sudut, nyala lampu temaram bersemi,
Menerangi langkah-langkah yang hening melintas.
Ruh-ruh bermakna merajut ketaatan,
Bergandengan erat dengan agama yang dijunjung tinggi.

Setiap dahan pohon menjadi saksi bisu,
Sajak-sajak cinta yang terhanyut dalam malam.
Zikir-zikir memenuhi udara yang terpaut,
Mengalun syahdu, menciptakan kedamaian.

Keharuan malam yang menghampiri hati,
Menyentuh jiwa dengan keindahan yang tak terperi.
Gemintang malam bergelayut di langit biru,
Menerangi jalan tuk insan yang mencari makna.

Di tempat ini, ilmu dan iman bersimpul,
Mengukir jejak peradaban di tengah gelap dunia.
Pesona Gontor yang setia tak kan pernah pudar,
Terabadikan dalam sejarah tak terlupakan.

Malam kian larut, keharuan semakin terasa,
Menyapu rasa lelah dan keraguan dalam jiwa.
Gontor, engkau keabadian dalam hati kami,
Kami santri tetap setia, sampai akhir nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun