Di malam sunyi di Gontor yang setia,
Keharuan tersirat di dalam tiada terhingga.
Sepi berdamping dengan gemuruh hati,
Menyingkap luka dan air mata yang mengalir.
Kaki-kaki lelah menelusuri lorong-lorong sunyi,
Menapaki perjuangan para santri di sini.
Mereka rebah dalam coretan suci di lembaran kitab,
Mendalami ilmu pengetahuan dengan tekad yang teguh.
Dalam setiap sudut, nyala lampu temaram bersemi,
Menerangi langkah-langkah yang hening melintas.
Ruh-ruh bermakna merajut ketaatan,
Bergandengan erat dengan agama yang dijunjung tinggi.
Setiap dahan pohon menjadi saksi bisu,
Sajak-sajak cinta yang terhanyut dalam malam.
Zikir-zikir memenuhi udara yang terpaut,
Mengalun syahdu, menciptakan kedamaian.
Keharuan malam yang menghampiri hati,
Menyentuh jiwa dengan keindahan yang tak terperi.
Gemintang malam bergelayut di langit biru,
Menerangi jalan tuk insan yang mencari makna.
Di tempat ini, ilmu dan iman bersimpul,
Mengukir jejak peradaban di tengah gelap dunia.
Pesona Gontor yang setia tak kan pernah pudar,
Terabadikan dalam sejarah tak terlupakan.
Malam kian larut, keharuan semakin terasa,
Menyapu rasa lelah dan keraguan dalam jiwa.
Gontor, engkau keabadian dalam hati kami,
Kami santri tetap setia, sampai akhir nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H