Menasehati orang lain itu mudah, tapi menasehati diri sendiri itu tidaklah mudah. Sebagaimana jasad membutuhkan nutrisi agar tetap sehat dan bugar, Hati dan jiwa  manusia juga memerlukan nutrisi agar tetap sehat.Â
Salah satu cara memberikan nutrisi pada jiwa adalah dengan cara memberikan siraman rohani yaitu dengan cara mendengarkan ceramah dari Kiai, Ustadz, maupun dari habib dan ulama.Â
Sekarang sudah tersedia berbagai chanel dakwah yang berisi ceramah-ceramah mereka di youtube tinggal search menggunakan kata kunci yang kita ketikan maka semua tema yang berkaitan akan muncul, kemudian tinggal memilih siapa penceramahnya.
Itu salah satu cara memberikan siraman rohani untuk hati dan jiwa kita agar senantiasa sehat dan jernih melihat segala macam persoalan yang kita hadapi dalam kehidupan. Sehingga kita tetap tegar dalam menjalani hidup dan kehidupan.
Salah satu cara saya meberikan siraman rohani pada diri sendiri adalah dengan cara memberikan kuliah subuh pada jamaah masjid dekat rumah.Â
Yang alhamdulillah kami dan orang-orang disekitar masjid masih aktif berjamaah di bulan ramadhan ini, meskipun di tengah wabah pandemi covid-19 ini. Itu yang sangat saya syukuri, di saat saudara-saudara muslim ditempat lain ada yang tidak bisa melakukan shalat lima waktu berjamaah di masjid, dan shalat tarawih di masjid. Ini merupakan suatu anugerah yang terindah yang diberikan oleh Allah swt.
Materi yang saya sampaikan pas mendapatkan jadwal kuliah subuh adalah tentang sebuah hadits nabi yang terdapat dalam kitab Arba'in An-Nawawiyah. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Ibnu Abbas yang mendapatkan sebuah nasehat berharga dari Rasulullah saw tentang ketauhidan. Adapun haditsnya sebagaimana berikut,
Dari Ibnu Abbas berkata: Aku pernah berada di belakang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam pada suatu hari, beliau bersabda: "Hai 'nak, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat; jagalah Allah niscaya Ia menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya dihadapanmu, bila kau meminta, mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah, ketahuilah sesungguhnya seandainya ummat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. (HR. Tirmidzi).
Hadits diatas memberikan pelajaran agar kita para orang tua menanamkan tauhdi kepada anak-anak sejak dini. Saat Rasulullah memberikan nasehat ini kepada Ibnu Abbas usia Ibnu Abbas waktu itu kira-kira sembilan tahunan, usia anak SD. Namun Rasulullah memberikan sebuah nasehat yang sangat medalam yang mungkin tidak dipahami anak umur sembilan tahunan. Namun begitulah Rasulullah mencontohkan bahwa menanamkan Tauhid kepada anak harus semenjak dini dilakukan, sebab Tauhid menjadi pondansi utama bagi perkembangan akhlak dan mental anak kelak jika sudah dewasa.
Marilah kita lihat pesan pertama Ibnu Abbas, yaitu "Nak, jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu." Bagaimana seorang anak kecil bisa memahami ini? Orang dewasa saja belum tentu dapat memahaminya. Lantas mengapa Rasulullah melakukannya? Saya pribadi belum mengetahui secara pasti mengapa Rasulullah menasehati seorang anak kecil dengan kata-kata yang begitu mendalam maknanya.
Namun belakangan ini saat membaca sebuah buku motivasi yang ditulis oleh seorang maestro motivator muslim dunia Dr. Ibrahim Elfiky, saya baru menyadari mengapa Rasulullah melakukan hal itu? Namun ini adalah hasil renungan yang saya hubungkan dengan penjelasan Dr. Ibrahim Elfiky dalam bukunya. Saat seseorang mendengar suatu perkataan atau membaca sebuah buku bacaan maka ia memasukkan informasi ke dalam pikirannya yang kemudian akan masuk ke pikiran bawah sadar membentuk sebuah memori tersendiri dalam otak yang mana file tersebut nanti akan digunakan otak menangkap informasi dan hal-hal yang berkaitan dengan file tersebut. Nah saat Rasulullah memberikan nasehat kepada Ibnu Abbas kata-kata tersebut tersimpan dalam memori otaknya.