Mohon tunggu...
Inamu Dzakiyyatul Jamilah
Inamu Dzakiyyatul Jamilah Mohon Tunggu... Lainnya - Fb : Inamu dzakiyyatul jamilah, Instagram :Inamu_99

Mahasiswi "Ngono yo ngono nanging yo ojo ngono"

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kreasi Menggunakan Pola Dialektika

21 Maret 2019   22:45 Diperbarui: 21 Maret 2019   23:25 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya disini, istilah sekolah sudah berubah seiring perkembangan zaman.

  • Tempat

Seorang muslim, banyak yang sudah tahu dan paham, bahwa buka puasa dengan mengkonsumsi kurma adalah cara yang dianjurkan atau sunnah.

Tetapi untuk masyarakat Muslim Indonesia, buah kurma ini menjadi sesuatu yang sudah ditemui karena kurma adalah buah khusus dkawasan Timur Tengah.

Oleh karena itu hukum agamanya, tidak menjadikan kurma sebagai sesuatu yang "wajib" untuk dijadikan knsumsi awal pada buka puasa. Pengganti buah kurmanya, adalah setiap makanan manis, diantaranya ya.. seperti kolak pisang. Nah pandangan terakhir inilah hasil dari dialektika antara pemikiran agama dengan tempat (realitas kontekstual).

  • Adanya perubahan. pemikiran kita masih bisa bertahan ,

Tetai realitas kehidupan kita malah berubah. Nah dari perubahan lingkungan itulah, kemudian melahirkan antithesis terhadap emahaman kita yang sudah ada selama ini.

Contoh,m

Perilaku seorang ustad, pada umumnya sangat "baku" yaitu berbahasa santun, banyak kosa kata agama. Tetapi diera modern ini, bermunculan orang yang berprofesi sebagai ustad, tetapi dengan penampilan dan gaya hidup yang sesuai dengan gaya hidup masyarakat modern. Disini, perilaku itu sudah menyesuaikan dengan perilaku sosial masyarakat yang berubah. //

Berbeda bukan berarti saling menyalahkab, dan berbeda bukan berartu tidak berhak untuk harmoni. Mari kita perhatikan perbedaan pada bunga dalam sebuah taman yang indah, yang tumbuh dengan harmonis dan saling mempercantik.

Begitulah kiranya perbedaan, perbedaan itu indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun