Mohon tunggu...
Mudzakir Ruslan
Mudzakir Ruslan Mohon Tunggu... Mahasiswa di Semarak.news -

ikut arus...

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengenal Terusan Kra, Jangkar Pembunuh Ekonomi Maritim Indonesia

13 Maret 2017   09:08 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 49836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini rasional karena kedalaman pesisir laut Sabang berkisar 25 meter sudah cukup untuk menyandarkan kapal kargo bermuatan besar. Kedalaman pantai di Sabang sudah cukup karena syarat minimal untuk membangun pelabuhan modern kedalaman yang diperlukan adalah 20 meter. Berarti Sabang memiliki nilai plus lima meter.

Kompetititor Sabang sebagai pelabuhan internasional modern nantinya akan bersaing dengan Pelabuhan Hambantota milik Sri Lanka, Pelabuhan Klang di Malysia, dsb. Kendati demikian, hubungan antara pemerintah Sri Lanka dengan pemerintah Thailand dan Cina sudah terjalin bagus, sehingga ada tantangan lebih untuk mengalahkan mereka. Pelabuhan Klang pun sudah mulai berbenah. Sebagai bukti pencanangan dana sebanyak 43 miliar ringgit (Rp 132 triliun) pada November 2016 kemarin sudah diumumkan.

Sekarang kembali lagi kepada pemerintah Indonesia, apakah berani mengambil risiko atau tidak. Kemudian dengan adanya pelabuhan Internasional di Sabang, maka aktivitas bongkar muat barang (dwelling time)akan lebih cepat dan kapal tidak harus menuju Tanjung Priok untuk aktivitas yang sama. Di sisi lain Indonesia juga bisa bersaing dengan negara-negara lain dalam hal pembangunan infrastruktur, dalam hal ini adalah pelabuhan internasional.

b. Pemantapan jalur tol laut harus dimaksimalkan

Pada solusi ini, pemerintah harus menyelesaikan pekerjaan rumah besar terlebih dahulu, yaitu perbaikan kinerja pelabuhan. Pada tahun 2013 (Laporan Implementasi Konsep Tol Laut 2015 oleh Direktorat Transportasi, Kementrian PPN/Bapenas) masih terdapat empat kendala:

  1. Waiting time(WT)di sejumlah pelabuhan strategis Indonesia relatif masih lama, diantara 27-47 jam (masih terendah di ASEAN).
  2. Gross Crane Productivity di sejumlah pelabuhan strategis di Indonesia relatif masih rendah sekitar 7-11 MPH (Gross Crane Productivity tertinggi di ASEAN mencapai 20-30 crane moves per hour atau MPH).
  3. Crane Intensity (CI) di sejumlah pelabuhan strategis di Indonesia relatif masih rendah sekitar 1-2 (CI tertinggi di ASEAN mencapai 1,8-3,6)
  4. Domestic Dwilling Time di sejumlah pelabuhan strategis di Indonesia relatif masih tinggi sekitar 5 hari (terendah di ASEAN mencapai 1 hari).

Intinya program Tol Laut yang diterapkan oleh Pemerintah Jokowi sudah bagus tinggal eksekusi dari stakeholderterkait.

Lantas bagaimana peran instansi tiga huruf ini? Layaknya organisasi rahasia lainnya. Indonesia memiliki hubungan tertutup yang baik dengan Thailand. Hal-hal yang tidak bisa ditembus melalui portal diplomasi bisa diakses melalui pipa-pipa bawah tanah antar kedua negara. Selain itu Indonesia harus mampu meletakkan kepentingan nasional dalam proyek Terusan Kra tanpa mengusik kebijakan pemerintah Thailand—simbiosis komensalisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun