“Enaknya kalau sudah kenal dengan penjaganya Kak, tinggal taruh tu KTP, kita bisa jalan. Nanti pulang, bisa kita ambil lagi.” Itulah prosedur resminya. Tetapi banyak pula penyelundupan-penyelundupan yang terjadi. Ganja dari Papua Nugini bisa masuk ke Indonesia dengan cara menyogok para penjaga.
“Iya Kakak, mereka itu bawa teripang kering, satu dua kilo buat bisa masuk. Kadang pakai uang juga, tapi bukan Rupiah, mereka pakai Kina.” Ternyata para petugas perbatasan masih lemah iman untuk menghalau ancaman di garda terdepan bangsa.
“Tapi kebanyakan mereka masuk kalau malam hari,” hal ini mengingat bahwa masih kentalnya magis di Papua sehingga pukul 18.30 bisa dipastikan tidak ada yang keluar rumah. Hanya mereka para prajurit yang berani keluar masuk di perbatasan. “Mereka pun gemetar Kak, daerah itu masih rawan suanggi dan separatis.” Ucap Ciremai menambahi.
Pada akhirnya saya berterima kasih kepada putra-putri Papua di SABS yang turut mengedukasi bangsa melalui cerita perbatasan yang mereka sampaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H