Mohon tunggu...
Mochamad Djoem
Mochamad Djoem Mohon Tunggu... Montir - Fa bi ay ala irobbikumaa tukadzibaan

Hanya seorang manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pendakian 3 Hari ke Puncak Gede

2 Juli 2012   06:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:21 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berkemas persiapan mendaki lanjutan Jam 12 san kami berkemas kembali untuk melanjutkan pendakian, Setelah sholat kami mulai perjalanan... Tepatnya jam 14.00 kami mulai perjalanan... Jam 16.00 kami smpai disebuah tanjakan (lereng gunung) namanya TANJAKAN SETAN, mungkin karena menyeramkannya tanjakan tersebut sehingga dinamai orang tanjakan seperti itu... namun kami beruntung karena kepedulian pemerintahan setempat memasang tonggak-tonggak  pengaman dan kabel-kabel sling baja yang walaupun sebagian sudah pada patah dan putus karena karat, dan kami juga sangat berterima kasih kepada pendaki-pendaki sebelum kami yang telah memasang tali tambang seadanya yang sangat membantu menaklukan tanjakan ini.

Sejenak berpose menatap tanjakan...

Ini dia tanjakan SETAN itu...

Dengan melalui akar-akar pohon dan celah-celah aliran air, jam 16an akhirnyua kami sampai di kawah Gn. Gede, kami istirahat sebentar sambil menikmati mie rebus yang sempat kami masak sambil menunggu teman-teman kami yang belum sampai (Jeje, Gigin, Jurek - Jurek sempat keseleo jempol kakinnya) dan sebungkus nasi uduk (di puncak pun ada yang dagang nasi uduk, dingin dan pera tapi cukup untuk sekedar mengganjal perut). Pedagang ini setiap hari turun naik gunung untuk berdagang nasi uduk ini + rokok. Salut! Aku? Hobi sekalipun, setengah tahun sekali mendaki mungkin akan berfikir 2 kali... Nasi uduk versi mereka adalah Nasi kuning menurutku dengan taburan telur dadar dipotong-potong sebanyak 6 kali suapan seharga Rp. 6 ribu / bungkus. Tak lama berselang Jeje, Gigin dan Jurek datang, mereka istirahat sebentar dan kamipun sempat berfoto narsis di bibir kawah dan mengabadikan keindahan alam kekuasaan Allah yang Maha Besar.

Tidak lama kami disana, kami melanjutkan perjalanan ke puncak gede, jam 18.00 kami tepat berada di puncak Gede pada tiang titik triangulasi, kami melakukan sujud syukur disana, karena kami telah sampai di puncak.

Titik triangulasi puncak Gede Kami melanjutkan perjalanan menuruni bukit menuju tempat camp ke 2 (Surken - Surya Kencana :

Surya Kencana

Sunrise di Surya kencana

Sebuah lapangan luas dengan hamparan rumput dan perdu-perdu Edelweis diketinggian antara 2 puncak  Gn Gede dan  Gn. Gemuruh), dengan melalui celah-celah pepohonan gunung kami terus menerobos... dan hujan pun turun menemani perjalanan kami. Jam 21an kami tiba di lokasi perkemahan. Dalam hujan dan kebingungan menempatkan carriel dan barang bawaan untuk mengeluarkan tenda, sekonyong-konyong ada orang yang masuk dalam rombongan sambil ngobrol dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya yang ternyata sebuah terpal parasit ukuran 2 x 3 meter untuk kami jadikan bivak. Kemudian kami menggelar alas yaitu sebuah banner plastik (maaf, ternyata banner EMERALDA GOLF CLUB yang kami bentangkan di kawah tadi sangat berguna juga untuk alas sementara menempatkan barang bawaan). Dan kami pun membentangkan terpal tadi dengan diikat keempat sudutnya dengan tali yang diikatkan di pepohonan untuk dijadikan tempat meneduh sementara (bivak). Setelah tenda berdiri, kami merapihkan semuanya, ganti baju, sholat dan masak untuk makan malam. Aku memasak nasi, membuat teh, kopi dan air jahe dan temanku Gigin memasak lauknya (Mie instan, otak-otak dan Nuget), saking dinginnnya aku tidak ikut makan, tapi setelah sholat aku berusaha untuk tidur, personnel isi tenda kami tidak berubah, hanya Gigin yang diminta pindah ke tenda satunya karena tempatnya kami siapkan untuk orang yang membawa terpal tadi, lagi-lagi aku tak bisa tidur... hehe, dan ternyata orang yang membawa terpal (namanya Ery) tadi pun tidak masuk masuk ke tenda kami, aku dengar Gigin keluar meminta si Ery masuk, dia tetap menolak dalam kedinginan, hujan, baju basah, tidur diluar berselimutkan sarung dibawah naungan terpal. Sulit dibayangkan rasa dinginnya. Salut juga untuk orang ini... Pagi menjelang, sekitar jam 5 an aku bangun, tapi tidak terus keluar, aku tayamum didalam tenda, sholat subuh, kemudian aku keluar... aku lihat si Ery masih tertidur nyenyak. Si Ery ini, menurut pengakuannya adalah seorang karyawan sebuah pabrik di bekasi, masih berusia 23 tahun, punya hobi naik gunung (dia cerita banyak tentang seluk beluk gunung ini gunung itu yang pernah dia taklukan). Dia bercerita kalau sebenarnya dia mau nyusul rombongannya yang sudah pergi lebih dahulu dan berkemah di surken, bertemu pertama kali saat aku lagi di tengah-tengah tanjakan setan, dia terlihat lagi ngobrol dengan Gigin, dan setelah itu berpisah, dan sekonyong-konyong langsung masuk ke dalam rombongan pada saat kami sedang kebingungan menempatkan barang bawaan kami setibanya kami di surken karena hujan dan gelap.

Sosok aneh Ery (pakai kaus merah) sedang berbincang denganku sejenak sebelum dia pergi Anehnya lagi, pagi saat kami beres-beres dan menjemur tas-tas dan baju kami, dia pamit untuk naik lagi ke puncak gede dan tidak meneruskan mencari teman-teman rombongannya untuk bergabung... dan dia pun berlalu dalam kebingungan dan keheranan kami. Jam 12an, kami mulai berkemas lagi untuk melakukan perjalanan pulang... ditegalan ditengah hamparan rumput dan perdu Edelweis kami sempat berfoto, karena kami tak ingin kehilangan momen seperti ini. Dan aku, Adhy, Jurek (entah dengan yang lain) menyempatkan diri untuk memetik beberapa tangkai bunga Edelweis yang katanya tidak boleh dipetik, dan apabila ditemukan membawa pada saat dilakukan pemeriksaan di pos keluar, akan dikenakan denda sebesar Rp. 500rb. Aku menaruhnya didalam sarung tangan yang aku pakai dan sebagian di dalam jas hujan. Untuk ini kami mohon maaf...

Hamparan Edelweis

Full team berfoto sebelum meninggalkan Surken

Tidak ada yang menarik dalam perjalanan pulang ini, Cahyo berjalan lebih dulu jauh meninggalkan kami, karena beban yang dia bawa lebih sedikit dari barang bawaan kami... dan kami pun beberapa kali di salip orang-orang yang turun dari puncak atau turun dari sekedar berwisata alam... Tapi tak ada yang lebih menyiksa kami, diriku terutama... saat menuruni bukit dan menemui undakan-undakan tangga, beban di pundak seakan jatuh di lutut, paha, betis, pergelangan kaki, dan jari-jari kaki... sungguh, sangat menyiksa ketimbang mendaki! Ketika menemui pepohonan pisang, hati merasa lega... karena terbayang pemukiman dan istirahat. Jam 17an aku tiba kedua di pos pemeriksaan Gunung putri... karena Cahyo mungkin sudah duduk berleha-leha di warung dan makan... Kalau ingat itu kadang aku menggerutu dalam hati... Ah, si Cahyo ini, ga punya rasa setia kawan nih! Kembali lagi ke pos, karena saat itu pas berbarengan dengan rombongan yang sama baru turun juga, diriku tak sempat diperiksa dan dalam momen seperti itu aku langsung minta ijin kepada petugas untuk numpang melakukan sholat Dhuhur dan Ashar (karena memang aku belum sholat). Adhy datang kemudian setelah dan langsung bablas ke bawah tanpa diperiksa karena petugasnya sedang sibuk... kemudian Ivan, Gigin, Jurek, Jibon dan Jeje. Jeje dan Jibon lapor barang bawaan ke pos, sementara Jurek, Ivan dan Gigin langsung turun menyusul Adhy. Selesai sholat aku sudah ditunggu Jeje dan Jibon, dan langsung melanjutkan perjalanan. Jam 18an kami tiba di warung, pos tempat biasa mangkal "GEGARES" kalau mendaki, O iya Cahyo, Jeje, Jurek, Jibon, Ivan dan Gigin itu punya komunitas di facebook yaitu "GEGARES" dan komunitas ini yang sering mengadakan aktifitas outdoor seperti ini. Di warung tersebut kami istirahat, numpang mandi di rumah penduduk dan sholat magrib di Mesjid... Mandi dan Mesjid (selain anak dan istri) adalah 2 hal yang aku rindukan 3 hari ini. Jam 19an, kami menyewa angkot untuk turun ke jalan raya... ya Alloh... jalannya jelek banget, hampir seluruh badan jalannya berlubang, mobil yang kami tumpangi pun sempat mati lampu karena korslet. Kurang lebih 1 1/2 jam kami baru sampai ke tepi jalan raya, kami nyegat bis jurusan Jakarta lalu turun di pintu tol Citeureup dan melanjutkan dengan menyewa angkot lagi, saya turun di pertigaan perumahan Jatijajar simpangan Depok, aku menyempatkan diri untuk mampir menyantap sepiring Nasi uduk dengan bebek goreng dan segelas teh manis panas, baru kemudian naik ojek dan jam 1/2 12 aku sampai dirumah... Alhamdulillah... walau pegal di kakiku baru terasa hilang selama 3 hari, tapi aku puas dan sangat berkesan dengan pendakian ini. Gunung, alam luas... i miss u. Emeralda, 27 Juli 2012 Salam Rimba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun