Idzinkan aku, melukis dirimu
melalui ujung jemari
Yang sengaja ku torehkan diatas butir-butir suci
Idzinkan aku, meraih nafasmu
Dengan irama lantun, kohimile geya
Yang sengaja ku putar, agar kita bedendang diatas pahatan kayu akasia
Idzinkan aku, mngejar bayangmu
Saat mahgrib mengejar isya’
Yang perlahan melenyapkan pandangku terhadapmu
Ahhh , , , ,
apa yang ku tulis kali ini,
Sebuah oretan akal akan mahluk yang satu itu,
Tiba, duduk, diam, senyum, menghapir dan pergi
Ahhh , , ,
Tingkah apa itu,
Tak jua puas akan mengambangnya tanya
Di antara beribu-ribu jawaban mengawang
Ahhh, , , ,
Naluri puitis ini muncul lagi,
Mengoret-oret lamun senja
Di antara gemercik air yang singgah
Dan, huftt , , ,
Kau ?
Baru ku sadar
Penggoda hasrat untuk menjentikkan
Jemari di atas keybord usang
tiba berhasil ku rangkai
Sebuah prosa rahasia,
Yah, rahasia
Idzinkan aku, melukis dirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H