Perkembangan teknologi di era digital mempengaruhi berbagai macam aktivitas kita sehari-hari. Mulai dari kegiatan komunikasi sampai kegiatan pembelajaran, semua sudah bisa dilakukan secara digital.Â
Bahkan, tanpa disadari, setiap hari kita juga menyelami dunia literasi, baik secara digital maupun secara langsung. Maka tidak mustahil bagi kita untuk ikut bekonstribusi dalam dunia literasi di era digital ini.
Sebenarnya, semua orang tidak pernah asing dan juga tidak jauh dengan dunia literasi. Hanya saja, banyak orang menilai literasi hanya sekedar kegiatan membaca dan menulis.Â
Padahal, literasi lebih luas dari itu. Menurut Dr. Ahmad Sastra pada sebuah podcast di channel youtube KPM SEIKHLASNYA "filosofi literasi adalah tentang pemahaman yang benar, pemahaman yang mampu malahirkan tindakan yang benar".Â
Literasi adalah kemampuan mengelola dan memahami fakta atau informasi ketika melakukan kegiatan membaca atau menulis.
Lebih dari itu, literasi memerlukan keterlibatan seluruh indra kita pada proses pemahaman sebuah informasi yang sedang kita telaah.Â
Contohnya, ketika kita sedang memahami pesan yang kita dapat dalam group WhatsApp, lalu kita tuangkan kefahaman tersebut dengan memberi tanggapan. Hal itu adalah salah satu bentuk literasi; upaya kita dalam memahami sebuah informasi dengan menggunakan seluruh indra kita.
Literasi mampu menggambarkan kecerdasan seseorang dalam menyikapi suatu hal; menunjukkan bagaimana tingkat kefahaman seseorang.Â
Dengan memahami makna dan filosofi literasi, kita akan menyadari, betapa banyak keterlibatan kita dengan literasi, dan betapa besar pengaruh literasi dalam kehidupan kita. Maka, penting bagi kita untuk melibatkan diri dalam menebar manfaat di dunia literasi, misalnya dengan menulis.
Menulis adalah salah satu bentuk penerapan literasi. Untuk menulis, kita memerlukan ide dan keterlibatan indra. Mendapatkan ide membutuhkan proses pemahaman; bisa dengan membaca, melihat sekitar kita, mendengarkan, merasa dengan kulit, dan penggunaan indra lainya.Â
Maka, menulis adalah salah satu metode mengungkapkan kefahaman berdasarkan reaksi yang kita dapat dari indra yang kita miliki.
Menurut Dr. Ahamad Sastra dalam artikelnya yang berjudul "Stay At Home, Menulis Satu Buku", dalam upaya menghasilkan sebuah tulisan, kita harus mempunyai: bahan untuk diolah, rasa antusias untuk menulis, dan kerja keras untuk menghasilkan sebuah tulisan yang berkualitas.
Bahan untuk diolah menjadi tulisan bisa berupa informasi, ilmu pengetahuan, atau bahkan pengalaman hidup kita. Setelah memiliki bahan, kita bisa memulainya dengan menguraikan poin-poin penting pada informasi yang akan kita sampaikan.
Sehingga melahirkan sebuah perencanaan yang terstruktur. Hal ini dapat memudahkan kita untuk mengolah ide tulisan dan merangkai kalimat setiap paragrafnya.
Selain mempunyai bahan olahan, kita juga harus mempunyai rasa antusias yang tinggi dalam menulis. Kita perlu meningkatkan minat menulis. Mencari tujuan atau alasan yang kuat, mampu memotivasi kita untuk mulai dan konsisten menulis. Maka, penting bagi kita untuk mencari tahu apa yang menjadi alasan kita dalam menulis.
Sebagai Seorang muslim, kita dituntut untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda "sebaik-baik manusia adalah mausia yang bermanfaat".Â
Syari'at Islam mengharuskan orang-orang yang beriman untuk mempunyai nilai manfaat dalam kehidupanya. Bahkan, manfaat yang kita hasilkan akan kembali untuk kita sendiri.Â
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al Isra Ayat 7 "Jika kalian berbuat baik, maka sesungguhnya kalian berbuat baik untuk diri sendiri". Oleh karena itu, menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang lain bisa kita jdaikan tujuan dan alasan yang kuat untuk memulai menulis.
Kemudian, kita memerlukan kerja keras dalam upaya menghasilkan sebuah tulisan yang berkualitas. Dapat kita ibaratkan mendaki sebuah gunung, kita memerlukan ketekunan, pengorbanan dan semangat juangyang tinggi terhadap cita-cita kita untuk mencapai puncak gunung.
Begitu juga ketika ingin menghasilkan tulisan yang berkualitas, kita memerlukan banyak jam terbang dalam menulis. Kita akan menghadapi banyak rintangan ketika mengolah ide, mendapatkan kritik, dan melakukan banyak kesalahan. Tetapi jika kita terus bekerja keras, bukan hal yang mustahil bagi kita menjadi seorang penulis yang berkualitas.
Dr. Ahmad Sastra mengatakan "penulis yang besar, lahir dari tantangan yang besar". Maka, jangan takut menghadapi tantantang yang besar. Karena bisa jadi, itu adalah proses kita bertrasnformasi menjadi penulis yang hebat.
Mari kita bersama-sama menekuni dunia literasi dengan lebih intensif, dengan menyebarkan tulisan-tulisan kita di berbagai platform dan media. Jangan pernah takut untuk menulis. Karena setiap huruf yang kita hasilkan dari menulis, jika memiliki manfaat, ia mampu mampu menjadi amal sholeh bagi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H