Aksi unjuk rasa tentunya tidak lagi menjadi hal yang tabu di dalam masyarakat demokrasi, khususnya di negeri ini. Berbagai golongan masyarakat melakukan aksi ketika hendak menuntut suatu permasalahan.
Bahkan kalangan masyarakat terpelajar; mahasiswa, selalu berada di garda terdepan dalam menyuarakan pendapat atau menyatakan sikap pada suatu permasalahan di negeri ini, dengan melakukan sebuah aksi unjuk rasa.
Suatu aksi unjuk rasa akan selalu mengundang perhatian. Hampir setiap hari, beragam jenis media berita menyebarkan berita aksi unjuk rasa.
Hal ini disebabkan dampak fisik dan non-fisik yang dihasilkan menarik perhatian media berita. Mulai dari keramaian massa, narasi yang menggerakkan pikiran masyarakat, kerugian-kerugian, sampai keterlibatan tokoh-tokoh masyarakat pada suatu aksi.
Aksi unjuk rasa adalah konsekuensi dan realisasi dari sebuah negara yang berkiblat pada sistem demokrasi. Maka pelaksanaan aksi unjuk rasa bukanlah suatu kesalahan atau tindakan kejahatan bagi para pelaksananya. Melakukan aksi unjuk rasa merupakan bentuk penerapan kebebasan berpendapat sebagai salah satu unsur dalam sebuah negara; rakyat.
Namun, pada beberapa pelaksananya ditemukan juga tindakan yang menyimpang. Ketika tindakan menyimpang bercampur dalam aksi unjuk rasa, maka aksi akan menghasilkan dampak negatif yang akan merugikan para demonstran dan juga masyrakat umum.
Para pelaku tindakan menyimpang ini adalah Impostor yang berselimut dalam aksi unjuk rasa. Kehadiran mereka akan memperlemah atau menyaringkan suara para demonstran ketika sedang melakukan demonstrasi.
Akhir-akhir ini, para Impostor marak bermunculan ketika demonstrasi berlangsung. Ada yang melakukan tindakan menyimpang lalu mengatasnamakan aksi unjuk rasa, ada yang melakukan penyamaran untuk melakukan pengawasan; bahkan penyamaran dicampuri tindakan kekerasan, ada juga mereka yang sibuk narsisme dan mencari-cari keuntungan pada aksi unjuk rasa, dan tentunya masih ada banyak lagi bentuk-bentuk Impostor pada aksi unjuk rasa.
Sangat disayangkan, kehadiran para Impostor merugikan banyak pihak. Mulai dari vandalisme tak terduga, sejumlah demonstran yang menjadi korban tindakan menyimpang, sampai tidak tersampaikanya suara dari aksi unjuk rasa itu sendiri.
Tidak hanya itu, mereka juga mengambil peran sebagai penghambat terlaksananya demokrasi. Maka penting bagi kita untuk mengenal mereka, agar dapat mecegah sedikit banyak hal yang merugikan tersebut.
Mengenal Impostor dalam aksi
Impostor adalah bahasa inggris dari kata “penyamar”, atau bisa juga “penipu”. Kata Impostor sudah biasa digunakan sebagian masyarakat untuk para pengkhianat atau penipu yang lihai dalam suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berkelompok.
Kejahatan mereka terselimut di dalam kebersamaan, merugikan bagaikan parasit yang melekat pada inangnya. Tentunya tidak ada hal yang baik, melainkan terjadinya kejanggalan jika mereka hadir pada suatu aksi unjuk rasa.
Pada dasarnya, sebuah aksi unjuk rasa dapat menjadi janggal ketika satu orang, sebagian, atau bahkan mayoritas dari anggota demonstrasinya tidak memahami apa tujuan aksi dilakukan. Hal ini tidak menjadi masalah ketika mereka hanya ikut meramaikan massa dan tetap mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan koordinator lapangan. Justru kehadiran mereka akan menyemangatkan para demonstran lain yang sudah memahami permasalahan dan memperkuat suara yang ingin disampaikan kepada lembaga yang dituju.
Namun, ketika mereka ikut menyuarakan pendapat mereka secara personal tanpa memiliki wawasan terhadap permasalahan dalam aksi unjuk rasa, secara tidak langsung mereka sudah menyaringkan suara dari aksi tersebut. Pemahaman mereka yang berbeda akan melemahkan kesatuan pendapat para demonstran aksi unjuk rasa.
Masalah yang besar akan terjadi, ketika media berita terlibat dalam aksi unjuk rasa dan menyorot para demonstran yang tidak memahami demonstrasi yang dilakukan. Karena masyarakat umum yang melihat berita tersebut akan menilai bahwa narasi dari unjuk rasa tidak bermutu. Sehingga pikiran mereka tidak tergerak untuk memahami demonstarasi.
Tidak cukup hanya mengenal Impostor, terdapat juga beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari kerugian yang tak terduga dalam aksi unjuk rasa. Berikut ini uraianya :
Membuat persiapan yang optimal
Sebelum memulai aksi unjuk rasa, sebuah perencanaan dan persiapan yang matang harus dilakukan. Mulai dari Perencanaan narasi yang akan dibawa pada unjuk rasa, jumlah massa yang akan ikut unjuk rasa, waktu mulai dan batas pelaksanaan unjuk rasa, titik kumpul para peserta unjuk rasa, sampai kode keseragaman yang perlu diterapkan, seperti: baju, name tag, aksesoris, dan tanda pengenal peserta aksi lainya.
Kemudian persiapan untuk menjalankan perencanaan tersebut perlu dilakukan dengan maksimal. Jika sudah dilakukan, koordinator lapangan hanya perlu memastikan unjuk rasa berjalan efektif dan sesuai dengan perencanaan yang sudah ditetapkan.
Memaksimalkan wawasan pada permasalahan
Selain membuat perencanaan dan persiapan yang matang, setiap oknum yang ingin mengikuti aksi unjuk rasa harus memastikan diri mereka memiliki wawasan yang cukup pada permasalahan yang akan dikritisi bersama. Hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi atau pemahaman setiap peserta aksi unjuk rasa.
Dengan begitu, semua pemahaman akan tersimpulkan menjadi satu pandangan yang sama, sehingga melahirkan sebuah kesepakatan berupa pernyataan sikap yang nantinya menjadi suara dari aksi unjuk rasa.
Menyebarkan wawasan permasalahan pada masyrakat umum
Hal ini dilakukan agar pernyataan sikap sudah dimulai sebelum aksi unjuk rasa berlangsung. Kegiatan menyebarkan wawasan ini bisa dilakukan dengan mengupload poster di media sosial, membuat postingan berisi wawasan terkait isu yang menjadi permasalahan, dan bisa juga dengan selembaran kertas berisi wawasan dasar pada permasalahan yang dapat disebarkan kepada masyarakat umum.
Dengan begitu, setidaknya masyarakat umum mengerti maksud dari aksi unjuk rasa yang akan dilaksanakan nantinya. Hal ini dapat meminimalisir terjadinya kesalahfahaman antara masyarakat umum kepada para peserta aksi unjuk rasa ketika demonstrasi sudah berlangsung.
Sebagai salah satu unsur dalam negara demokrasi, kita harus menerima segala bentuk kebebasan berpendapat. Bahkan kita harus mendukung penuh hal tersebut. Tindakan ini merupakan keikutsertaan kita dalam upaya merealisasikan negara demokrasi.
Aksi unjuk rasa adalah konsekuensi yang harus diterima oleh seluruh rakyat pada sebuah negara demokrasi. Karena sebagai negara yang berkiblat pada sistem demokrasi, menjunjung tinggi kebebasan berpendapat adalah kewajiban bagi seluruh unsur dalam negara tersebut. Maka penting bagi kita untuk melibatkan diri dalam penerapan kebebasan berpendapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H