Mohon tunggu...
Kelompok Penulis Cilik SD Islam Tugasku
Kelompok Penulis Cilik SD Islam Tugasku Mohon Tunggu... lainnya -

Ya Allah, bimbing kami menjadi orang jujur dan terhormat...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harta Karun Blackbeard

4 Juni 2014   01:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harta Karun Blackbeard

Rania Aryono

“Kapten! Kapten, aku dapat peta harta karun Blackbeard!” anak buahku, Tia berteriak.

Perkenalkan aku adalah Kapten Jackie, kapten bajak laut paling terkenal di seantero Eropa. Lanjut ke cerita, Tia segera menunjukkan petanya, peta itu benar-benar peta harta karun Blackbeard. Blackbeard adalah bajak laut yang telah merampas harta karun setengah negara di dunia.

Bagaimana kamu mendapatkan peta itu?”

“orang yang memberikan padaku sudah setengah gila, mungkin dia pernah mencoba mencarinya tapi gagal.

“Pencarian ini tidak main-main, kita harus menambah awak,Tia, malam ini pergilah ke kota dan rekrut beberapa orang”

Tidak kapten! kita sudah cukup baik” awakku yang lain, Diall, berteriak.

“Diall, pencarian ini tidak main-main, kau mau menjadi gila?”

Besoknya, Tia kembali membawa tiga orang. Dia menyuruh mereka berbaris lalu mengenalkannya satu-persatu. Pertama-tama dia menunjuk seseorang yang tampak bengis dan kejam.

Ini Goliath, dia perampok andal walaupun tak pernah melaut.

aku mengangguk-angguk.Lalu Tia menunjuk seorang pemuda dengan kumis belah yang masih tipis.

Ini James Hook, dia dilatih bertempur oleh ayahnya sejak kecil.

Aku mengangguk lagi. Kali ini Tia menunjuk seorang perempuan cantik, mukanya seperti putri-putri bangsawan, dahiku berkerut, aku tidak yakin dia bisa membantu atau malah dia hanya membebani saja, tapi suara Tia segera memecah lamunanku.

Namanya Tara..dan jangan khawatir kapten, dia sangat cerdas dan tangkas bermain pedang.” rupanya Tia tahu keraguanku atas Tara.

“Diall, tolong tunjukkan kamar tempat para awak tidur!

Baik kapten” Diall menjawab lesu bibirnya masih cemberut, setelah itu kami semua tidur kecuali Tia yang bertugas mengemudikan kapal.

Paginya aku bangun dengan cepat dan pergi ke geladak kapal. Di sana sudah ada Diall yang menggantikan Tia dan para awak baru.

Lho, kalian sudah bangun sepagi ini?”

“Iya kapten!” mereka menjawab serempak, sementara aku masih bingung, aku melirik Diall yang sedang kesusahan menahan senyum, aku tahu apa yang terjadi! Diall pasti sengaja membangunkan mereka pagi-pagi.

Hari-hari berlalu, akhirnya kami sampai ke rintangan pertama kami, rawa ilusi. Di rawa ilusi, pikiran kita dapat disesatkan sehingga kapal hanya berputar-putar di tempat atau tersesat sehingga tidak dapat keluar sama sekali.

“Kapten, bagaimana kita dapat melewati rawa ini?”

Bagaimana kalau kita taruh barang yang tidak dipakai di belakang kapal sehingga jika tersesat kita mengetahui jalan kembali atau jika kita berputar-putar kita dapat mengetahuinya” usul James.

Tidak, bagaimana kalau barang itu tenggelam atau tidak ada barang yang..

Tiba-tiba sebuah sinar kecil berwarna biru seperti memanggil-manggil kami.Meski awalnya ragu, akhirnya kami sepakat untuk mengikuti arah cahaya kecil berwarna biru itu berasal. Aku segera mengarahkan kapal menuju sinar itu. ternyata setelah didekati sinar itu menghilang. Tapi di depanku masih banyak sinar biru lainnya. Akhirnya kami keluar dari rawa, berkat sinar biru itu.

Kami melanjutkan perjalanan sampai di tengah-tengah Samudera Pasifik. Tiba-tiba tampak sebuah bayangan besar di bawah kapal.

“Apa itu?” Tia bertanya kepadaku.

Aku juga tak tahu” jawabku.

“Kapten, bagaimana kalau kita melihat buku mahluk-mahluk misterius milik Kapten” usul Diall.

“Baiklah” kataku. Aku lalu pergi ke kamarku dan mengambil buku tersebut yang tergeletak di mejaku.

“Ini bukunya!” kataku. Lalu aku duduk dan membuka halaman demi halaman

“Kapten bagaimana sih, kita belum benar-benar melihat bayangan itu secara keseluruhan.” kata Tara.

“Oo betul juga” kataku.

Tepat setelah aku bicara, bayangan itu melintas lagi lalu muncul ke permukaan. Mahluk itu berbentuk seperti seekor naga. Dia bersisik merah, sayapnya berubah menjadi sirip, mempunyai empat kaki berselaput agar bisa digunakan untuk berenang.

Mahluk itu mengangkat salah satu kaki besarnya dan menghempaskannya ke arah kapal. Kapal pun terbalik. Untungnya kami semua bisa berenang. Aku muncul ke permukaan dan mencoba menusuk mahluk itu, tapi gagal.

Tiba-tiba, Tara muncul di permukaan.

“Dia tidak bisa ditusuk!” serunya.

“Aku juga tahu! Lalu bagaiman membunuhnya?” seruku.

“Aku tahu! Tadi setelah dia muncul ke permukaan, dia mengangkat cuping hidungnya yang tertutup” kata Tara.

Aku memperhatikan hidungnya. Memang, bagian atas hidung mahluk itu agak panjang. Mungkin kita harus menutup hidungnya, dia kan pasti butuh udara” kataku.

“Benar Kapten!” kata Tara.Lalu Tara bersiap-siap menyelam.

“Tara kamu mau ke mana?” tanyaku.

Tapi Tara tidak menjawab. Lalu Tara kembali membawa dua buah tong kosong. Aku mengerti, dia hendak menutup lubang hidung mahluk itu memakai tong.

“Kapten, tolong alihkan perhatiannya, sementara aku memanjat lehernya!” kata Tara.

“Baik” kataku.

Aku berteriak-teriak ke arah mahluk itu sehingga mendapat perhatiannya. Mahluk itu bergerak ke arahku. Aku berenang menjauh, tapi mahluk itu terlalu dekat. Sebentar lagi tamat riwayatku. Tiba-tiba..

“Kapten!” teriak Tara.

Ternyata Tara ada di dekatku. Aku kemudia melihat mahluk itu meronta-ronta dan berusaha melepaskan tong dari hidungnya, tapi tidak berhasil.

Akhirnya mahluk itu terjatuh dan tenggelam ke dasar laut. Setelah itu aku dan para awakku berkumpul, tiba-tiba Tia berteriak..

“Kapten, lihat itu!” Aku melihat ke arah yang ditunjuk. Tia, dan seakan-akan hari ini belum cukup sial, aku melihat topan.

“Lari, maksudku berenang!” seru Diall.

Kami semua berenang menjauh, tapi topan itu terlalu cepat. Aku merasakan topan itu membelit tubuhku, itulah hal terakhir yang kurasakan sebelum pandanganku hilang dan semuanya gelap.

Saat aku tersadar, aku terdampar di sebuah pantai.

“Semua ada di sini?” tanyaku

“Ya, kapten!” awakku menjawab serentak.

“Kapten, ini sebenarnya pulau kecil, tidak ada daratan lain, disini hanya ada pepohonan dan gua itu.” tiba-tiba...

“Kapten!!!” tiba-tiba aku mendengar teriakan James. Lalu aku melihat James terlempar, dan mungkin hanya khayalanku, terisap oleh bintang kedua dari kanan.

“Yah, teman-teman, kita harus merelakan James, kan?” kata Diall

“Betul, Tara, kau sudah mengecek gua itu?” tanyaku

“Belum, kapten” jawab Tara

“Nah, mari mengecek gua itu bersama-sama, siapa tahu bisa menjadi tempat untuk kita tidur” kataku. Aku melangkahkan kakiku ke gua itu, sinar bulan cukup terang untuk menerangi isi gua. Gua itu cukup kecil dan di ujungnya ada semacam tuas, Goliath mendekatinya danmenariknya.

“Goliath, jangan!” seruku, tapi terlambat, tanah di bawahku menghilang dan berubah menjadi semacam seluncuran yang terbuat dari batu.Aku mendarat pelan di dalam semacam ruangan, dan tak lama yang lain menyusulku. Di depanku banyaksekali harta karun; uang emas dan batu mulia, memenuhi setengah ruangan itu.

“Ini pasti harta Blackbeard!” kata Diall

“Hei, teman-teman, lihat ini!” kata Tara, dia berdiri di mulut lorong yang cukup besar.

“Itu pasti jalan keluarnya” kata Tia, dia bergegas menuju lorong itu.

“Hei, kita tak mungin begitu saja meninggalkan harta ini setelah semua yang kita perjuangkan.” kata Diall.

“Lalu, bagaimana cara membawanya?” bantah Tia

“Dengan gerobak-gerobak ini?” kata Goliath, dia menunjuk deretan gerobak di salah satu sisi ruangan ini.

”Masing-masing membawa satu geobak dan penuhi dengan harta karun” perintahku, aku sendiri melepas topiku dan memenuhinya dengan harta. Aku berjalan ke lorong itu dan menyusurinya, yang lain juga menyusulku, jalanan agak menanjak. Akhirnya setelah berjalan beberapa lama aku melihat cahaya di ujung lorong.

“Hei semua! Kita sudah sampai di ujung lorong!” seruku,

Semua bersorak, kami berlari-lari ke ujung lorong dan tahu-tahu kami di dekat batu karang di pantai dekat pelabuhan.

“Kapten, kita taruh di mana uang ini?” tanya Tia,

Benar juga, tidak mungkin kami berjalan keliling kota dengan gerobak penuh emas ini.

Kita taruh di lorong saja, tidak ada yang akan tahu, sementara kita beristirahat dipenginapan dekat sini, besok kita beli kapal baru” kataku.

Pada malam hari aku tidak bisa tidur, jadi aku memutuskan berjalan-jalan saja dahulu. Waktu aku pulang aku melihat Tara di samping penginapan sedang melepaskan burung merpati. Aku heran, tapi aku tidak curiga atas Tara, dia kan sudah berjasa sekali dan mungkin dia hanya tidak bisa tidur seperti aku dan memutuskan bermain dengan burung merpati. Tak lama kantuk mulai menyerangku, dan akupuntertidur nyenyak.

“Bangun..!!!” aku terkejut, siapa yang berani membangunkanku sekasar itu, tapi aku lebih terkejut lagi karena orang yang membangunkanku adalah jenderal pasukan kerajaan bersama pasukannya. Mereka mengikat awak-awakku, kecuali Tara. Saat itu aku mulai curiga pada Tara, tapi suara jenderal itu memecah lamunanku

“Kau ditangkap atas tuduhan perampokan!”

Dua prajurit langsung mengikat tanganku, aku tidak melawan karena aku masih terkejut dan tidak percaya. Aku hanya dapat mengeluarkan satu kata

“Bagaimana...”

“Yah, kami tak akan berhasil tanpa Putri Safire” jawabnya sambil menunjuk Tara,

Aku menatap tajam Tara, aku tidak percaya..setelah selama ini, ternyata dia mata-mata kerajaan! Tapi semuanya jadi masuk akal di benakku, kemarin malam dia mengirim merpati pos untuk memberitahu lokasi kami, lagi pula, merpati kan tidak tinggal di pantai.

Kami akhirnya dibawa ke kerajaan dan dijebloskan ke penjara, kecualiTara. Di hari ketiga, jenderal yang menangkapku datang menghampiri selku.

“Jackie, Paduka Raja mengutusku untuk memberimu pilihan, bergabung dengan Angkatan Laut kerajaan atau menunggu hukuman gantungmu?” tanyanya

“Apa kau gila? Tentu saja aku akan bergabung dengan Angkatan Laut-mu!” seruku sambil mengguncang-guncang bahu jenderal itu.

Setelah itu aku dibawa menghadap Raja, di sampingnya ada Tara,

“Jackie, kau harus berterimakasih kepada putriku yang berusaha melunakkan hukumanmu dan para awakmu, lagipula kerajaan sedang krisis. Jadi, agar aku tidak bertambah pusing, aku mengiyakannya” kata Raja.

Aku mengangguk ke arah Tara.

“Saya dan seluruh awak berterimakasih kepada Tara, eh, Putri Safire” Tara atau Putri Safire pun mengangguk. Kami akhirnya hidup bahagiasetelah dinobatkan oleh Raja menjadi angkatan laut kerajaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun