Mohon tunggu...
Dian Artharini
Dian Artharini Mohon Tunggu... wiraswasta -

Aku: Tari, 32, ibu dua anak, praktisi UKM, menulis jika bermanfaat, google search: Dzafa Collection.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Teganya Ulah Para Penipu

25 Maret 2014   04:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:31 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_366393" align="aligncenter" width="650" caption="By : http://rumahpengaduan.com"][/caption]

Kemarin malam menjelang pagi, sekitar pukul 02.00 dinihari, penulis dikejutkan oleh sebuah telepon masuk pada HP penulis, tadinya penulis pikir itu telepon dari pihak keluarga besar di kampung yang akan mengabarkan berita duka, makanya buru-buru penulis angkat teleponnya, tanpa melihat lagi nomor penelponnya, biasanya kalau ada penelepon yang nomornya tidak ada dalam daftar kontak, pasti penulis diamkan saja tidak pernah diangkat. Si penelpon mengaku sebagai petugas dari pihak kepolisian, kebetulan mereka sedang patroli malam, memberitahukan bahwa salah satu karyawan pekerja penulis di konveksi yang bernama Samin (samaran) bersama teman-temannya terjaring operasi narkoba dan saat itu sedang ditahan oleh pihak kepolisian.

-----

Yang lebih gilanya lagi, Samin anak buah penulis itu disuruh si penipu itu untuk berbicara langsung dengan penulis, mungkin karena penulis masih sedikit mengantuk dan belum sadar betul, dalam pendengaran penulis itu memang asli suaranya Samin, sambil menangis dia menyatakan bahwa dia sekarang dan dua orang temannya sedang ditahan oleh pihak kepolisian karena kedapatan memakai narkoba. Minta tolong sekarang juga datang menemuinya di kantor kepolisian, guna berbicara dengan pihak kepolisian serta mengeluarkannya dari tahanan. Pihak penipu itu membentak-bentak penulis dan menuduh bahwa mungkin narkoba itu berasal dari penulis dan mereka meminta penulis bisa datang ke kantornya atau penulis memberikan alamat lengkap penulis maksudnya agar mereka yang bisa datang berkunjung menyambangi ketempat tinggal penulis pada dinihari itu juga, itu sudah pasti tujuannya adalah untuk “berdamai”.

-----

Selama ini memang Samin tinggal di rumah produksi, jaraknya tidak jauh dari tempat penulis tinggal, rumah produksi itu pada malam kejadian hanya ditunggu oleh Samin (bujangan) karena para karyawan lainnya kalau hari sabtu dan minggu biasa pulang ke kampung masing-masing karena memang rata-rata sudah berkeluarga, apalagi memang jahitan sedang sepi jadi mereka tidak ada yang berkerja lembur. Semua karyawan penulis merupakan karyawan pilihan yang direkrut atas dasar rekomendasi seorang karyawan senior yang bertindak selaku koordinator karyawan, semua identitas mereka jelas dan semua photocopy KTP mereka dipegang oleh penulis dan dilaporkan juga ke RT/RW setempat, jadi kalaupun ada apa-apa maka koordinator karyawan ini sebagai penjaminnya. Penulis juga membuat aturan ketat seperti tidak boleh membawa istri menginap, teman atau pihak manapun, karena rumah itu tempat bekerja sekaligus merangkap kantor jadi bukan tempat hiburan atau tempat kumpul-kumpul atau hura-hura mereka para karyawan. Penulis mewajibkan bahwa semua karyawan harus rajin shalat 5 waktu, penulis juga tahu persis kelakuan masing-masing karyawan tersebut, jelas tidak ada yang memakai narkoba karena penulis paham sifat dan watak mereka satu-persatu sekaligus paham ukuran kemampuankantong mereka masing-masing.

-----

Walaupun akhirnya sampai jam 4 pagi menjelang subuh terjadi dialog yang seru dan panas dengan komplotan penipu itu, penulis tidak bergeming karena akhirnya penulis sadar bahwa itu adalah penipuan, itu terbukti ketika paginya penulis mendatangi rumah produksi, ternyata memang Samin ada dirumah tersebut sendirian masih tidur dan baru bangun ketika penulis datang dan menanyakan apa tadi malam ada dari pihak kepolisian menemuinya lalu penulis menceritakan kejadian itu, dia hanya cengar-cengir saja tanda dia sama sekali tidak mengerti apa yang penulis maksudkan. Memang baru penulis ingat beberapa hari sebelumnya penulis mendapat telepon dari sebuah Bank Swasta, mengaku petugas Bank dia menawarkan Kredit Tanpa Agunan (KTA) dengan plafond Rp.200 Juta dan proses yang cepat, sebagai seorang pengusaha penulis tertarik dengan tawaran petugas bank tersebut, selanjutnya dia meminta data lengkap, antara lainmeminta data-data karyawan ada berapa banyak serta siapa nama-namanya dan tanpa penulis sadari semua data yang diminta tersebut penulis berikan, kalaupun akhirnya penulis sadar dan menyesal memberikan data-data yang sebetulnya tidak ada kaitan dengan tujuan pemberian KTA itu, maksudnya memang tidak ada kaitan dengan jumlah serta nama-nama karyawan seperti yang diminta orang yang mengaku petugas bank itu, apa hubungan atau apa keperluannya akan data tersebut.

-----

Yang menjadi pertanyaan penulis, kenapa nomor telepon pribadi penulis bisa didapat oleh petugas bank atau orang-orang yang menawarkan produk kepada penulis, seperti mereka tahu juga profesi yang dilakoni penulis, bukan hanya menawarkan produk kartu kredit tapi juga penawaran diskon menginap di salah satu hotel top di Bali, asuransi, saluran TV berbayar dan masih banyak lagi tawaran-tawaran lainnya sehingga terkadang penulis sangat merasa terganggu sekali dengan ulah penawaran mereka tersebut. Apakah ini ada kerjasama dengan pihak provider telepon atau cara bagaimana penulis sendiri tidak tahu pasti. Yang jelas kita harus selalu waspada dan hati-hati karena sekarang ini banyak penipuan dengan berbagai modus operandi, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, jangan mudah langsung percaya apa yang dikatakan atau diminta oleh para penipu tersebut. Semoga bermanfaat.

-----

Bandung, 24 Maret 2014

-----

+++T A R I+++


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun