Mohon tunggu...
Dahlia Yustina
Dahlia Yustina Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

simple - ada di : http://www.pondokdumeliadytna.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa-apa Lapor...

27 Mei 2016   10:14 Diperbarui: 27 Mei 2016   10:19 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berita di media tentang seorang guru yang dihukum  gara-gara menghukum muridnya lumayan menjadi perhatian. walaupun  tahu topik ini sudah banyak dibahas tapi saya merasa tertarik untuk sedikit menuliskannya pula.

Saya jadi ingat kejadian  tahun lalu di salah satu SMU ditempat anak saya bersekolah, sampai-sampai anak saya nyeletuk 'koq bapaknya mau ya di adu-adu..kayak ayam', anak saya bersama teman-temannya ikut menyaksikan langsung kejadian yang sempat bikin heboh dikota kami.

Bermula, jumat pagi sudah biasa kan ada senam pagi dulu sebelum memulai pelajaran, ada siswi yang ogah-ogahan malas mengikuti senam pagi, salah seorang guru menegur supaya siswi tersebut ikut senam sambil menjawil (baca towel, #apa sih bahasa Indonesia nya) bahu siswi tersebut, ditegur sama gurunya siswi itu merasa tidak senang dan mengadukan kejadian tersebut pada orang tuanya, Sebenarnya siswi itu tidak kenapa-napa, luka enggak, lebam enggak, pingsan enggak, memar enggak karena cuma dijawil bahunya, gurunya juga menegur biasa saja tidak bicara kasar. Dan melabraklah orang tuanya ke sekolah, sehingga terjadi kehebohan yang mungkin tidak diduga sama sekali oleh orang tua murid tersebut, berita itu di muat di media lokal , selanjutnya bukan cuma satu sekolah yang membully siswi itu tapi seluruh kota, bayangkan...kalau sudah begini lantas siapa yang patut disalahkan.

Sebenarnya saya merasa heran saja dengan kejadian yang sering terjadi sekarang, kenapa sangat berbeda dengan zaman saya masih sekolah dulu, dimana orang tua menyerahkan penuh anaknya kepada guru saat disekolah,dan guru merupakan orang yang sangat dihormati . seperti saya dulu misalnya ; kebetulan ibu saya bersahabat dengan salah satu Ibu guru saya, ' kalau anak saya macam-macam disekolah, terserah deh mau diapain' begitu kira-kira perkataan ibu pada guru saya.

Dan kenyataannya, kenakalan-kenakalan  sering saya lakukan sehingga tidak bisa menghindar dari keprukan penggaris ibu guru saya, dan itu sering sekali terjadi ,dari lupa bikin pr, kuku lupa dipotong,ogah-ogahan ikut senam skj, dan lain-lain yang bisa membuat tersenyum ketika mengenangnya saat ini.  Apakah saya suka 'ngadu' ke ibu saya? oh tidak sama sekali, mana berani saya ngadu-ngadu. Malah Ibu guru saya sendiri yang ngadu ke ibu saya kalau saya sering kena kepruk...hahaha.

Guru memberikan hukuman atau menegur murid-murid nya yang bandel, saya pikir itu suatu keharusan. Karena tugas guru di sekolah selain memberikan ilmu juga memberikan pendidikan akhlak agar murid-murid yang dititipkan oleh orang tua nya menjadi manusia yang baik, kalau ada guru yang 'aneh' apalagi sampai mencelakai muridnya saya percaya itu cuma 'oknum'.

Setiap orang tua sudah bisa dipastikan sangat menyayangi anak-anaknya, ingin memberikan yang terbaik, ingin selalu melindungi , ingin selalu memanjakan, pokoknya yang terbaik deh. Tapi apa iya memberikan yang terbaik dengan cara memanjakan sehingga kesannya sangat berlebihan, sampai-sampai mengesampingkan suatu kewajaran yang secara sadar atau tidak justru menjerumuskan anak sendiri pada sesuatu yang tidak benar , dan akan menggiring pembentukkan anak berkarakter cengeng, lembek, mudah menyerah, ketika mendapat masalah malah bingung dan tidak bisa menyelesaikan sendiri persoalannya. Apa-apa lapor bapak nya , apa-apa lapor  ibu nya.

Memang ada anak-anak yang selalu apa-apa lapor ke-orang tuanya, sebenarnya hal ini tak lepas dari pengaruh orang tua juga.  laporan anak sikapilah dengan bijak , di lihat dulu duduk persoalannya jangan bersikap berlebihan dan terlalu reaktif,  ajarkan anak untuk memilah mana yang harus melibatkan orang tua mana yang tidak.

Mengapa ada sebagian atau segelintir orang tua yang begitu mudah terprovokasi terhadap 'pengaduan dan laporan' anak nya, tanpa berpikir dulu ,tanpa mengecek sampai sejauh mana pesoalannya, lagi pula tidak ada hal-hal yang mengkhawatirkan yang akan berdampak pada sisi psikologis dan fisik anak. bukankah orang tua itu adalah pasangan suami istri ?, jika suami yang suka emosi tinggi tugas istri lah yang menenangkannya, demikian juga sebaliknya. Atau mungkin dua-duanya tipikal pasangan yang ber-emosi labil sehingga suka mengumbar emosi dulu urusan belakangan, entahlah  mungkin banyak hal yang menjadi sebab...

Faktor keluarga merupakan salah satu poin terpenting dalam proses tumbuh kembang anak, anak yang tumbuh dalam keluarga yang mengedepankan pola asuh pendidikan berkarakter, mudah-mudahan  bisa tumbuh baik, menjadi anak yang kuat, mandiri, tidak cengeng dan manja.

Sementara anak-anak yang diberi kemanjaan berlebihan  akan sangat susah untuk 'me-manage' dirinya sendiri, tapi sungguh banyak sekali orang tua yang terlambat menyadari hal ini, mereka baru sadar ketika anak-anaknya sudah dewasa .Karena sejati nya pola asuh dalam sebuah keluarga terhadap anak-anak dimulai sejak dini, dari titik nol sejak anak masih bayi.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun