Mohon tunggu...
Dita Silvi Antika
Dita Silvi Antika Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Maliki Malang jurusan Psikologi dan Tutor Matematika di LBB Gold Generation\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Representasi Pengetahuan Secara Verbal

29 Oktober 2014   13:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:19 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam artikel ini saya akan membahas tentang representasi pengetahuan, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai konsep terpenting dalam psikologi kognitif. menurut buku yang di ntulis oleh solso, pengetahuan adalah penyimpanan, pengintegrasian, dan pengorganisasian informasi dalam memori.

Sebuah alasan yang menyebabkan kata-kata dan bahasa dipelajari secara mendalam adalah bahwa tingkatan perkembangan kemampuan verbal manusia jauh melampaui spesies-spesies yang lain. Oleh karea itu, kemampuan berbahasa berfungsi sebagai demarkasi (batas pemisah) filogenetik. Para ahli memperkrakan bahwa  jumlah kata-kata yang maknanya diketahui oleh seseorang berkisar antara 20.000 hingga 40.000 kata, dan memori rekognisi bahkan berjumlah jauh lebih besar dari pada angka tersebut, sehingga tidaklah mengherankan bahwa sebagian besar pengetahuan kita bersifat verbal.

Pendekatan terhadap memori sematik elah beralih dari perspektif asosianistik ke perspektif kognitif, yang megasumsiakan bahwa struktur-sruktur kognitif yang mendetail akan merepresentasikan cara informasi semantik diogrganisasikan dalam memori.

Ada beberapa sejumlah mode kognitif, diantaranya adalah, Model Set-teoretik dimana model ini membahsa konsep-konsep sematik. Konsep adalah ide-ide abstrak yang merepresentasikan kategori-kategori informasi atau unit-unit pengetahuan. Selanjutnya Model Pembandingan-Fitur Semantik, model ini memiliki kesamaan dengan model Set-Teoretik dalam hal struktur set-teoretiknya, namun memiliki perbedaan dalam sejumlah asumsi penting,dimana asumsi pertama adalah bahwa makna sebuah kata direpresentasikan sebagai suatu rangkaian fiturfitur sematik. Moodel yang selanjutnya adalah Model-model Jaringan Semantik, moel ini adalah yang paling populer yang diajukan oleh Allen Collins dan Ross Quillian, model ini menampilkan setiap kata dalam suatu susunan yang berhubungan dengan kata-kata lainnya dalam memori; makna setiap kata ditampilkan beserta hubungan makna-makna tersebut dengan kata-kata lain. Dan yang terakhir yaitu Mode Aktivasi Menyebar,, model ini mengimplikasikan adanya aktivasikonsep-konsep yang semakin menyebar, yang dapat menjelaskan hasil-hasil eksperimen priming (upaya untuk membuat suatu kata atau konsep menjadi lebih mudah diingat setelah partisipan sebelumnya menyaksikan penayangan sebuah kata yang terkait atau prime.

Jaringan-jaringan Proposisional, sebuah proposisi didefinisikan oleh Anderson (1985) sebagai “unit pengetahuan terkecil yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu pernyataan terpisah”. Jadi proposisi adalah unit terkecil yang masih memiliki makna.

i, yang berupa ungkapan-ungkapan atau pernyataan-pernyataan mengenai sifat dunia.Anderson dan Bower (1973) mengkonseptualisasikan representasi pengetahuan dalam suatu jaringan asosiasi-asosiasi semantik yang mereka sebut memori asosiatif manusia (HAM;human associative memory). Ciri dari HAM adalah penggunaan proposis

Koneksionisme dapat didefinisikan sebagai sebuah teori tentang pikiran yang mengajukan gagasan mengenai keberadaan sebuah set bbesar berisi unit-unit sederhana yang salling terhubung dalam sebuah jaringan yang terdistribusi secara paralel. Sedangkan representasi pengetahuan dalam model-model kognisi yang bersifat koneksionistik sangatlah berbeda dengan model-model yang menyimpan objek, citra, dan sebagainya.

Selanjutnya pencapaian pemahaman mengenai cara pengetahuan direpresentasikan dalam otak dan cara aktivitas otak memanifestasikan dirinya dallam pegalaman psikologis adalah salah satu sasaran utama psikologi kognitif.

Studi terhadap representasi pengetahuan secara visua memunculkan pernyataan yang lebih besar mengenai bagaimana informasi visual disimpan dan diambi dari memori. Kita dapat mengajukan argumen bahwa aktifitas neurologis yang terasosiasi dengan penyimpanan informasi memiliki bentuk yang spesifik. Artinya, informasi visual  disandikan sebagai “gambar” interna yang dapat diaktifkan kembali dengan memanggi gambar tersebut.

Teori-teori terkini mengenai perumamaan mentall berfokus pada tiga hipotesis sentral: yang pertama Hipotesis penyandian-Ganda yaitu hipotesis mengenai keberadaan dua sandi dan dua sistem penyimpanan sandi dan sistem penyimpanan pertama bersifat khayalan dan lainnya bersifat verbal. Sedangkan yang kedua adalah Hipotesis Proposisional-konseptual yang mengajukan gagasanbahwa informasi visual dan vverbal direpresentasikan dalam bentuk proposisi-proposisi abstrak mengenai objek-objek beserta hubungan-hubungannya. Dan yang ke tiga adalah Hipotesis Ekuvalensi-fungsional yang mengajukan gagasan bahwa gambar dan persepsi meibatkan proses-proses yang serupa.

Selanjutnya tentang peta kognitif yaitu kemampuan manusisa untuk membenuk gabaran sebuah karakteristik kuat memori, sebagaimana yang telah kita lihat dalam sub bab artikel mengenai mnemonik. Para psikolog, selama rentan waktu yang cukup lama, telah meminati poa-pola navigasi hewan, dan karya awal Tolman telah memuncukan konsep Peta kognitif yang mengacu pada pengetahuan spasial umum yang ditunjukkan oeh tikus-tikus dalam labirin.

Dan pembahasan terakhir mengenai sinestesia (suara yang dihasikan warna). Sinestesia itu sendiri adalah suatu kondisi ketika sensasi-sensasi dari sebuah modalitas perseptual (misanya penglihatan) dialami juga dalam modaitas yang lain (seperti pendengaran). Orang dapat mengecap bentuk, meraba bunyi, atau melihat angka atau huruf dalam warna.

Sinestesia tampaknya dikendaikan oleh peraturan, dan tidak terjadi secara acak. Terdapat data-data meyakinkan yang mengindikasikan bahwa banyak orang mengaami sinestesia yang di daamnya citra-citra visua dan suara-suara saling jain-menjali.

Daftar Pustaka            : Solso, R.L., dkk. (2008). Psikologi Kognitif. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun