Mohon tunggu...
Teddy Rustandi
Teddy Rustandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berbagi Story, Reportase, Opini,Traveling | like fotografi, videografi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pakar Media Perkebunan Agus Pakpahan Luncurkan Buku

16 Mei 2016   21:53 Diperbarui: 16 Mei 2016   22:42 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption=" Buku Kumpulan Pemikiran Dewan Pakar Media Perkebunan Prof.Dr.Ir Agus Pakpahan,APU| sumber dok pribadi"][/caption]

 

Bicara soal Industrialisasi perkebunan di Indonesia  dari awal masa peninggalan kolonial Belanda hingga kini setelah pemerdekaan. Sepertinya tidak ada perubahan atau kemajuan yang signifikan padahal kita tahu kekayaan Indonesia sangatlah berlimpah dengan tanah yang subur.

Bahkan musisi legendaries Koes Plus saja hingga membuatkan sebuah lagu "Tongkat kayu dan Batu Jadi Tanaman" dari syair lagu tersebut  aja kita dapat menilai sendiri betapa kayanya alam kita hanya dengan sebuah kayu jadi sebuah hal yang bermanfaat bagi manusia yakni tanaman.

Tentunya menjadi penasaran, Kenapa Perkebunan di Indonesia belum terjadi Industrialisasi?

[caption caption="Peluncuran Buku media Perkebunan"]

[/caption]

Untuk membahas hal tersebut, Saya mendapatkan undangan untuk menghadiri diskusi dan konprensi pers bertemakan "Kesuksesan Perkebunan Tanpa Kemajuan Industrialisasi" sekaligus peluncuran buku, Pada hari Selasa yang lalu 03 April 2016 bertempat di Gedung Menara 165 Jakarta Selatan.  Dengan pembicara Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan, APU  selaku Dewan Pakar Perkebunan dan Ketua Badan Eksekutif GAPPERINDO  bersama MT Felix Sitorus selaku Sosiolog Agrobisnis Center for Smart Agrobisnis (CeSA), Politeknik Agroindustri Subang.

Saat itu acara dibuka oleh Dr Dwi Sujatmiko, dalam paparannya “Berpijak lebih keras, Cerdas dalam bekerja untuk menghasilkan perkembangan perkebunan.”

Sebelum masuk ke sesi diskusi, diluncurkan sebuah buku hasil pemikiran Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan, APU  yang langsung di bagikan kepada undangan yang hadir.

Sebagai pakar perkebunan dan pernah menjabat Dirjen Perkebunan pada 1998-2003, sekaligus ketua Gabungan Asosiasi  Petani Perkebunan Indonesia sejak 2003 hingga sekarang dan ketua Komisi keamanan hayati produk rekayasa Genetik sejak 2010 sampai sekarang,  Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan, APU . Dalam pengabdiannya di bidang ilmu pengetahuan beliau telah menghasilkan banyak karya tulis. Salah satunya dengan mengisi Rubrik Teropong di media perkebunan sejak 3 tahun yang lalu.  

Kumpulan pemikiran beliau akhirnya dibukukan yang berjudul "Perkebunan Pemerdekaan Indonesia" yang diterbitkan langsung oleh media perkebunan.

Buku cetakan pertama, april 2016 ini berfungsi untuk transfer pengetahuan kepada masyarakat. Buku yang berisi tentang perkebunan di Indonesia yang  berdampak tanpa Industrilisasi.

Selain itu buku ini diharapkan dapat memberikan stimulan awal untuk melihat sisi lain dari perkebunan,yakni dari sisi pemerdekaan.

Menurut penulis, kenapa mengambil pemerdekaan sebagai fondasi berpikirnya? Mudah saja jawabannya: Kalau kita mau memahami cara berpikir kolonial atau penjajah, bacalah itu pada peninggalannya. Perkebunan adalah institusi peninggalan Belanda yang sangat penting pada zaman kolonial. Jadi, dengan membaca peninggalan Belanda ini kita mendapatkan referensi cara berpikir kolonial.

Apa manfaatnya? Manfaatnya sangat besar yaitu apabila amanah Pancasila dan UUD 45 ingin ditegakkan maka cara berpikir dan berperilaku kolonial jangan diulangi maupun diterapkan kembali pada era kemerdekaan, jangan didaur ulang.

Dalam isi bukunya yang saya kutip " Zaman sekarang dinamakan zaman informasi, zaman pengetahuan. Siapa yang menguasai informasi atau siapa yang menguasai pengetahuan maka ia akan menguasai dunia atau paling tidak ia tidak akan menjadi korban dunia".

Pemikiran yang diawali dengan, Pergulaan Indonesia akan dibawa kemana? Kenapa Gula menjadi pembahasan pertama di dalam bukunya setelah saya baca menurut saya penulis ingin menunjukan bahwa Indonesia juga pernah jaya Pada Tahun 1975, bahkan sering disebutkan bahwa kebijaksanaan ini menempatkan petani tebu sebagai " Raja " di tananhnya sendiri.

Bukan hanya Indonesia saja yang jaya dengan pergulaan saat itu negara seperti Brazil, Thailand pun demikian karena harga gula dunia sedang tinggi. Brazil sebagai negara besar di Amerika Selatan yang kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)-nya tergantung  dari impor. Dengan  naiknya harga gula sebagai kesempatan untuk membangun industry gula yang sekaligus juga dengan energy berbasis tebu yaitu etanol. Akibatnya, semua industry mulai dari otomotif hingga industry rumah tangga sumber energinya berasal dari tebu dan akhirnnya tebu merupakan anugerah tuhan YME penyelamat Brazil .

Namun sayang kejayaan pergulaan Indonesia tidak bertahan lama, semenjak krisis ekonomi 1998 kondisi pergulaan memburuk karena harga gula dunia (murah) dan tidak efisiennya industry gula (milik BUMN) akirnya ditutup dan mengandalkan gula impor.

Setelah membahas dunia gula, lalu membahas Kebijakan lahan untuk perkebunan yang hingga sekarang ini didominasi pemilikan oleh perusahaan besar. Tentunya keadaan menjadi serba sulit, selain miskin, ketahanan pangan lemah, industry tidak maju, juga berbagai konflik yang terjadi bersumber dari konflik atas lahan.

Kenapa Perkebunan di Indonesia belum terjadi Industrialisasi? Menurut saya banyak faktornya salah satunya, Industri hilir dan hulu belum tersedia (Buka Pabrik), Suku Bunga Bank Masih Tinggi, SDM, kepemilikan lahan dll.

Apa yang membuat negara maju memiliki trend yang bertolak belakang dengan Indonesia atau negera berkembang lainnya dalam hal penguasaan lahan pertanian oleh petani? Negara maju sudah melaksanakan agrarian regorm sejak dari dulu (hal.11). Contohnya seperti negara Korea Selatan yang mana struktur ekonominya pada PD-II berakhir masih sama seperti Indonesia, namun saat ini setelah 35 tahun Korsel bangkit dapat maju dan berhasil menjadi negara industry. Selain itu negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam pun yang dulunya belajar dan melihat pertanian kita sekarang mereka lebih maju.

Masih banyak pembahasan Perkebunan lainnya yang lebih menarik dari pemikiran Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan, APU dalam buku 157 halaman, Antara lain: Andaikan Kelapa Sawit kita sudah menjadi hasil industry hilir, mengapa teh kita tertinggal, Gula akan bercerita apa pada masa mendatang, Perkebunan dalam masyarakat ekonomi Asean (MEA),Kemana perginya fungsi perkebunan sebagai perekat dan persatu Bangsa, Sawit sawah dan sejarah masa depan Indonesia, hingga membahas sertifikat ISPO.

Setelah membahas sekilas isi yang terdapat dalam buku Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan, APU  Tanpa menunggu lama sesi diskusi di mulai, Dalam paparan narasumber 92% Perkebunan Indonesia berada di luar Jawa. Saat ini harga perkebunan paling tinggi di pasar dunia adalah protein, buah-buahan dan sayuran.

Permasalahan sekarang adalah soal pengelolaan poin yang harus ditekankan What People can do or can be.

Bicara perkebunan dan kekayaan Indonesia yang dianugerahi dengan tanah yang subur tentunya kita bersyukur dan berbangga hasil perkebunan seperti kopi, kayu manis, teh dan komidi lainnya Indonesia masih menghasilkan yang terbaik di dunia. Sayangnya  belum masuk industrialisasi hingga saat ini Indonesia masih menjual bahan mentah dengan harga murah ke luar negeri dan diluar negeri bahan mentah diolah menjadi barang jadi yang memiliki harga jual, kemudian dijual kembali ke Indonesia dengan harga lebih mahal.

Semoga kedepannya Perkebunan Agro bisa bersinergi dengan industry untuk mengurangi bahan baku import. Selain itu Pemerintah harus menempatkan pertanian sebagai posisi utama penopang perekonomian nasional, karena Sector perkebunan dapat meningkatkan devisa negara, lapangan kerja, serta meningkatkan produktifitas.

Sebagai penutup dalam acara diskusi dan konprensi pers kemarin, Perkebunan Baru diluar Jawa, Tidak perlu mengulang kembali perkebunan masa lalu ujar Felix. Sedangkan menurut Agus Pakpahan  Perkebunan akan kemerdekaan apabila Industrialisasi sudah maju .

Semoga aja dengan sektor perkebunan dan pertanian yang berlimpah dengan kualitas baik dapat menjadi industrialisasi Indonesia yang lebih maju lagi begitu pun para petaninya dapat hidup sejahtera. Amin.*** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun