Mohon tunggu...
Teddy Rustandi
Teddy Rustandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berbagi Story, Reportase, Opini,Traveling | like fotografi, videografi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pakar Media Perkebunan Agus Pakpahan Luncurkan Buku

16 Mei 2016   21:53 Diperbarui: 16 Mei 2016   22:42 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kumpulan pemikiran beliau akhirnya dibukukan yang berjudul "Perkebunan Pemerdekaan Indonesia" yang diterbitkan langsung oleh media perkebunan.

Buku cetakan pertama, april 2016 ini berfungsi untuk transfer pengetahuan kepada masyarakat. Buku yang berisi tentang perkebunan di Indonesia yang  berdampak tanpa Industrilisasi.

Selain itu buku ini diharapkan dapat memberikan stimulan awal untuk melihat sisi lain dari perkebunan,yakni dari sisi pemerdekaan.

Menurut penulis, kenapa mengambil pemerdekaan sebagai fondasi berpikirnya? Mudah saja jawabannya: Kalau kita mau memahami cara berpikir kolonial atau penjajah, bacalah itu pada peninggalannya. Perkebunan adalah institusi peninggalan Belanda yang sangat penting pada zaman kolonial. Jadi, dengan membaca peninggalan Belanda ini kita mendapatkan referensi cara berpikir kolonial.

Apa manfaatnya? Manfaatnya sangat besar yaitu apabila amanah Pancasila dan UUD 45 ingin ditegakkan maka cara berpikir dan berperilaku kolonial jangan diulangi maupun diterapkan kembali pada era kemerdekaan, jangan didaur ulang.

Dalam isi bukunya yang saya kutip " Zaman sekarang dinamakan zaman informasi, zaman pengetahuan. Siapa yang menguasai informasi atau siapa yang menguasai pengetahuan maka ia akan menguasai dunia atau paling tidak ia tidak akan menjadi korban dunia".

Pemikiran yang diawali dengan, Pergulaan Indonesia akan dibawa kemana? Kenapa Gula menjadi pembahasan pertama di dalam bukunya setelah saya baca menurut saya penulis ingin menunjukan bahwa Indonesia juga pernah jaya Pada Tahun 1975, bahkan sering disebutkan bahwa kebijaksanaan ini menempatkan petani tebu sebagai " Raja " di tananhnya sendiri.

Bukan hanya Indonesia saja yang jaya dengan pergulaan saat itu negara seperti Brazil, Thailand pun demikian karena harga gula dunia sedang tinggi. Brazil sebagai negara besar di Amerika Selatan yang kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)-nya tergantung  dari impor. Dengan  naiknya harga gula sebagai kesempatan untuk membangun industry gula yang sekaligus juga dengan energy berbasis tebu yaitu etanol. Akibatnya, semua industry mulai dari otomotif hingga industry rumah tangga sumber energinya berasal dari tebu dan akhirnnya tebu merupakan anugerah tuhan YME penyelamat Brazil .

Namun sayang kejayaan pergulaan Indonesia tidak bertahan lama, semenjak krisis ekonomi 1998 kondisi pergulaan memburuk karena harga gula dunia (murah) dan tidak efisiennya industry gula (milik BUMN) akirnya ditutup dan mengandalkan gula impor.

Setelah membahas dunia gula, lalu membahas Kebijakan lahan untuk perkebunan yang hingga sekarang ini didominasi pemilikan oleh perusahaan besar. Tentunya keadaan menjadi serba sulit, selain miskin, ketahanan pangan lemah, industry tidak maju, juga berbagai konflik yang terjadi bersumber dari konflik atas lahan.

Kenapa Perkebunan di Indonesia belum terjadi Industrialisasi? Menurut saya banyak faktornya salah satunya, Industri hilir dan hulu belum tersedia (Buka Pabrik), Suku Bunga Bank Masih Tinggi, SDM, kepemilikan lahan dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun