Mohon tunggu...
Dynur Hasby
Dynur Hasby Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiwa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Masalah Plastik : Apakah Solusi Nyata Bisa Dicapai?

31 Desember 2024   17:43 Diperbarui: 31 Desember 2024   17:43 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merupakan suatu hal nyata dan tidak dapat terelakkan adanya ratusan hingga ribuan sampah plasti yang kian menggunung. Hal tersebut dibuktikkan secara nyata dengan adanya beberapa ancaman yang kita dan alam rasakan  secara langsung. Lembaga internasional yang menanggulangi hal ini pun sudah memberikan kebijakan dan serta program program yang melahirkan slogan sebagai bukti adanya program terkait permasalahan darurat ini, tetapi nyatanya belum ada komitmen secara pasti dari setiap negara untuk menyelesaikan masalah ini.

Lahirnya gagasan gagasan dunia dari hasil rapat bundaran meja pemimpin negara yang diiringi bom waktu menuju akhir dunia. Kalimat tersebut lahir dari pikiran saya Ketika melihat perjalanan perkembangan dunia dan ketidakpedulian 'mereka' terhadap tanah pijakanya. Bagaimana tidak jika dilihat secara kasar pun hal itu yang terjadi disekitar kita dengan beberapa bukti terkait merebaknya sampah plastik dimana mana.

Perjanjian internasional terkait sampah seperti Konvensi basel, Perjanjian Plastik Global hanya difungsikan sebagai formalitas atau sekedar pantas pantasan saja bagi negara yang ikut serta dalam konverensinya termasuk Indonesia, apakah benar?

Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 85.000ton kantong plastik per tahun. Pada tahun 2015 naik menjadi 11%. sepuluh tahun mendatang, komposisi sampah plastik di Indonesia diperkirakan akan tumbuh lagi hingga 16%.

Pertumbuhan yang terjadi menandakan adanya kegagalan dalam mencapai target yang diperhitungkan dan diharapkan. Melalui fakta demikian menandakan masa depan manusia dan bumi yang tidak kian cerah dan membaik. Tidak disalahkan jika ke optimisan kita kian terkikis.

Namun apakah fakta tersebut menandakan masa depan manusia tidak lagi nyata? Tidak ada yang tau pasti. Masih banyak hal untuk diupayakan,masih ada cara untuk dilakukan.

Semua pihak harus bekerja sama untuk mewujudkannya. Karena kita sendiri harus berbangga dan senang kian menumbuhnya inovasi dan teknologi terkait pengelolaan limbah yang kita gadang gadang sebagai Cahaya harapan. Semakin banyaknya orang yang bersukarela menjadi relawan untuk berupaya membukakan mata dunia terkait permasalahan yang sedang kita bahas. Tetapi bagi saya pribadi jalan yang mungkin bisa diupayakan adalah melalui jalur Pendidikan Dimana pengelolaan sampah sedari dini perlu diajarkan,seperti contoh ringan adalah diajarkan untuk menaruh sampah sesuai jenisnya karena seperti yang kita tau permasalahan Indonesia terkait sampah plastic ada di pemisahan jenis sampah dan pengelolaannya.

Walaupun  semakin kesini pertumbuhan sampah plastik yang kian meningkat menandakan kurangnya keefektifan dalam pemecahan masalah. Namun, dengan merebaknya kesadaran terkait permaslahan ini diharapkan akan menjadi jalan bagi kita untuk menyelesaikan permasalahan ini bersama sama. Saat ini kemampuan manusia dalam berfikir dan memecahkan masalah sedang diuji. Apakah kita akan terinjak, binasa dan punah perlahan dikarenakan permasalahan yang kita anggap sepele ini?atau ujian ini menjadi bukti nyata kepiawaian manusia dalam menghadapi masalah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun