Mohon tunggu...
Dynta Nabila Mahtristhasufi
Dynta Nabila Mahtristhasufi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Journalist

Jurnalis, Freelance Journalist, News/Berita Indonesia-English-Arabic, Pariwisata, Travel Vlogger, Food Vlogger, Dubber/Voice Over, Content Management, Content Strategy, Digital Marketing, Content Creator Youtuber di Nabdynta Latte Official.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Kiai Abdul Malik Hamid, Karismanya Bikin Kaum Abangan Mau Ngaji!

15 Agustus 2021   16:40 Diperbarui: 15 Agustus 2021   16:49 1457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kiai Malik terkenal sangat gemar mengaji kitab kuning dengan istiqamah pada masanya, atau dalam istilah pesantren disebut dengan "Mbalah kitab kuning". Beliau istiqamah mengaji setiap ba'da sholat fardhu, bahkan setelah sholat sunnah seperti sholat dhuha juga diistiqamahkan untuk ngaji. Tidak hanya santri-santrinya yang dididik untuk disiplin ngaji kitab, namun putra beliau juga wajib untuk mbalah kitab kuning setiap hari. 

Kiai yang pernah mengaji bersama beliau yaitu Kiai Jamaluddin Ahmad, Kiai Hasan, Kiai Kholiq Mustaqim, Kiai Fadhlulloh, Kiai Masruri Bumiayu, Kiai Fathul Huda, dan masih banyak lagi para Kiai besar yang pernah ngaji bersama beliau.

Keadaan Pondok Pesantren Tambakberas Jombang di era Kiai Malik belum ramai dengan santri. Saat itu Kiai Malik berusaha mengajak masyarakat untuk belajar mendalami agama Islam dan itu merupakan hal yang penuh perjuangan. Kiai Malik selalu mengajak masyarakat dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, menyediakan permainan olahraga di pondok seperti catur, karambol, sampai bulutangkis. 

Hal ini dilakukan karena sesuai dengan keadaan masyarakat yang pada saat itu yang suka dengan permainan olahraga namun mereka tidak memiliki fasilitas. Warga diperbolehkan untuk bermain di pondok namun dengan syarat harus mengaji terlebih dahulu. Akhirnya mulai saat itu banyak warga dari berbagai kalangan yang datang dan mulai mau belajar ilmu agama di pondok.

Selain menjadi sosok pemuka agama, Kiai Malik merupakan seorang guru madrasah di Tambakberas (sekarang menjadi MTsN 3 Jombang). Kiai Malik juga memiliki usaha sampingan yaitu pembuatan batu bata dan berdagang kelapa. Di masyarakat, Kiai Malik dikenal sebagai sosok yang sederhana, ramah, dan senang berbaur dengan masyarakat. Beliau sering berbincang dengan warga kampung, menghadiri hajatan tetangga, dan juga mengajak warga bekerja bersama dengannya untuk membuat batu bata serta membangun pondok. Selain diberi pekerjaan, para warga yang bekerja bersama Kiai Malik juga diberi pakaian sholat. Sejak saat itu, warga akhirnya mulai mau membiasakan untuk sholat. Selain itu Kiai Malik juga tidak lupa menyelipkan ajaran agama seperti cerita-cerita nabi untuk menambah pengetahuan agama bagi mereka. Dan tidak sedikit pula tukang pembuat bata yang bekerja dengan beliau yang  akhirnya mengantar anaknya untuk nyantri di pondok Kiai Malik.

Tugas Kiai Malik selain fokus untuk mengurus santri dan menyebarkan agama yaitu mengurus bangunan-bangunan pondok pesantren Tambakberas. Kiai Malik diberi tanggungjawab langsung oleh Kiai Wahab untuk mengarsiteki beberapa bangunan lama di pondok Tambakberas seperti bangunan jerambah masjid, pondok induk, dan juga pondok Al-Lathifiyah. Kiai Wahab mempercayakan tanggung jawab bangunan pondok kepada Kiai Malik, dan beliau selalu menulis laporan bangunan dengan jujur dan detail. Kala itu Kiai Malik diberi upah oleh Kiai Wahab yang jumlahnya lebih sedikit dari tukang dan lebih banyak dari kuli bangunan.

Kiai Malik menikah dengan Nyai Churun Ain dan dikaruniai sepuluh anak yakni Nur Malikah, Fadhlullah, Fathkhullah, Imron Rosyadi, Zainul Arifin, Khodijatul Qadriyah, Ali Zamroni, Muhammad Syifa, Abdul Lathif, dan Muhammad Subhan. 

Selain mengurus bangunan Pondok yang diamanahi oleh Kiai Wahab, Kiai Malik juga sedang membangun beberapa kamar yang nantinya akan ditinggali oleh para santri beliau. Pada saat itu Bu Nyai Churun Ain sempat bertanya kepada Kiai Malik, "Bah kapan selesai bangun kamar pondoknya? 

Supaya kita bisa segera mulai menabung untuk berangkat haji." Kiai Malik pun menjawab pertanyaan istri beliau, "Baik, Tahun ini akan selesai, InsyaAllah". 

Jawaban tersebut seakan isyarat bahwa di tahun yang sama Kiai Malik akan selesai dengan segala urusan dunia. Usai kejadian tersebut, tepatnya saat sedang mengajar di madrasah, Kiai Malik sakit secara tiba-tiba. Beberapa hari setelah itu beliau dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kiai Malik meninggal di usia muda, tepatnya pada  hari Senin Pahing tahun 1983. 

"Meskipun Kiai malik menginggalkan Bu Nyai Churun Ain seorang diri. Namun Bu Nyai mampu mengasuh kesepuluh anaknya sampai sukses, bahkan ada yang kuliah sampai ke luar negeri. Itulah salah satu barokah yang didapat oleh istri dan anak-anak Kiai Malik." Ujar Kiai Abdul Lathif Malik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun