Mohon tunggu...
Dyne Ayu Fajar Putri
Dyne Ayu Fajar Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Hobi saya menonton film

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengamatan Interaksi Tenaga Kesehatan dan Pasien di Puskesmas Mojopanggung: Perspektif Kesehatan Masyarakat

24 Desember 2024   19:38 Diperbarui: 24 Desember 2024   19:37 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) memegang peran strategis dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia sebagai ujung tombak dalam menangani masalah kesehatan di tingkat komunitas. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, pengamatan langsung di Puskesmas Mojopanggung memberikan gambaran nyata tentang bagaimana dinamika antara tenaga kesehatan (nakes) dan pasien berlangsung, serta sejauh mana pelayanan kesehatan primer mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam konteks kesehatan masyarakat, efektivitas pelayanan tidak hanya diukur dari kualitas pengobatan, tetapi juga dari pendekatan promotif dan preventif yang diterapkan.

Dari pengamatan yang dilakukan, terlihat bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Mojopanggung terdiri dari berbagai profesi, mulai dari dokter umum, perawat, bidan, tenaga laboratorium, apoteker, hingga tenaga administrasi. Keberagaman peran ini menunjukkan adanya sistem kerja yang terstruktur di mana setiap tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab dan tugas yang spesifik. Namun, tantangan muncul ketika jumlah pasien yang datang setiap harinya tidak sebanding dengan jumlah tenaga kesehatan yang tersedia. Beban kerja yang tinggi dapat berpengaruh pada kualitas interaksi antara tenaga kesehatan dan pasien, yang seharusnya menjadi fondasi dari pelayanan yang efektif.

Dalam interaksi antara tenaga kesehatan dan pasien, komunikasi memegang peranan penting. Berdasarkan pengamatan, beberapa tenaga kesehatan menunjukkan kemampuan komunikasi yang baik dengan pasien, seperti menjelaskan diagnosis dengan bahasa yang mudah dimengerti dan memberikan edukasi kesehatan yang relevan. Namun, tidak semua interaksi berjalan dengan ideal. Beberapa tenaga kesehatan terlihat terburu-buru saat memberikan penjelasan kepada pasien, terutama ketika antrean pasien membludak. Hal ini berpotensi membuat pasien merasa kurang mendapatkan perhatian yang cukup dan akhirnya memengaruhi kepatuhan mereka terhadap pengobatan yang direkomendasikan.

Selain itu, sebagian pasien di Puskesmas Mojopanggung datang dengan pengetahuan yang terbatas mengenai kondisi kesehatan mereka. Banyak pasien yang hanya datang ketika penyakit sudah memasuki tahap lanjut, alih-alih melakukan pemeriksaan rutin atau memanfaatkan layanan promotif dan preventif yang disediakan. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam penyuluhan kesehatan di tingkat masyarakat. Edukasi mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan berkala, pola hidup sehat, serta pencegahan penyakit masih memerlukan perhatian khusus dari tenaga kesehatan di Puskesmas Mojopanggung.

Dalam perspektif kesehatan masyarakat, fokus pelayanan kesehatan seharusnya tidak hanya pada pengobatan penyakit, tetapi juga pada pencegahan dan promosi kesehatan. Program-program seperti imunisasi, posyandu, penyuluhan gizi, dan program keluarga berencana (KB) merupakan bagian penting dari tugas Puskesmas. Di Puskesmas Mojopanggung, beberapa program ini berjalan dengan cukup baik, tetapi tantangan muncul pada konsistensi pelaksanaannya dan partisipasi aktif dari masyarakat. Edukasi yang dilakukan masih bersifat satu arah, di mana tenaga kesehatan memberikan informasi kepada masyarakat tanpa memastikan sejauh mana informasi tersebut dipahami dan diimplementasikan oleh penerima.

Di sisi lain, sistem antrean dan administrasi di Puskesmas Mojopanggung masih perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut. Meskipun tenaga administrasi bekerja keras untuk mengatur alur pelayanan, sistem manual yang masih digunakan sering kali menyebabkan antrean panjang dan waktu tunggu yang lama. Kondisi ini berpotensi menurunkan kepuasan pasien terhadap layanan yang diberikan. Digitalisasi sistem administrasi, seperti pencatatan rekam medis elektronik dan sistem antrean online, bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan efisiensi pelayanan di Puskesmas Mojopanggung.

Fasilitas kesehatan yang tersedia di Puskesmas Mojopanggung, meskipun cukup memadai untuk pelayanan dasar, masih menghadapi keterbatasan dalam beberapa aspek. Ketersediaan obat-obatan dan alat medis sering kali menjadi hambatan dalam memberikan pelayanan yang optimal. Beberapa pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut karena keterbatasan tersebut, yang tentu saja memerlukan biaya dan waktu tambahan bagi pasien dan keluarga mereka. Hal ini menunjukkan perlunya dukungan dari pihak pemerintah dalam hal pengadaan alat kesehatan dan distribusi obat-obatan yang merata di setiap fasilitas kesehatan primer.

Selain aspek pelayanan medis, faktor lingkungan Puskesmas juga memainkan peran penting dalam kenyamanan pasien. Ruang tunggu yang padat, ventilasi yang kurang memadai, serta kebersihan fasilitas umum menjadi perhatian tersendiri dalam pengamatan ini. Sebagai tempat yang seharusnya mendorong pasien untuk merasa nyaman dan aman, lingkungan fisik Puskesmas Mojopanggung masih memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki.

Dalam sudut pandang kesehatan masyarakat, pelayanan di Puskesmas tidak dapat berjalan optimal tanpa adanya kolaborasi yang baik antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, serta pemangku kepentingan lainnya. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan serta keterlibatan aktif dalam program-program kesehatan di Puskesmas adalah elemen penting yang tidak boleh diabaikan.

Selain itu, tenaga kesehatan di Puskesmas Mojopanggung juga membutuhkan dukungan dalam hal kesejahteraan dan pengembangan kapasitas. Pelatihan rutin mengenai keterampilan komunikasi, manajemen stres, serta pendekatan berbasis komunitas dapat membantu tenaga kesehatan meningkatkan kualitas pelayanan mereka. Begitu pula dengan perhatian terhadap kesejahteraan tenaga kesehatan, yang sering kali bekerja di bawah tekanan tinggi dengan imbalan yang belum sepenuhnya sesuai dengan beban kerja mereka.

Secara umum, pengamatan ini menunjukkan bahwa hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien di Puskesmas Mojopanggung tidak hanya sebatas interaksi medis, tetapi juga melibatkan aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Peran tenaga kesehatan sebagai agen perubahan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan masih menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Begitu pula dengan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kesehatan mereka sendiri, yang masih perlu diperkuat melalui pendekatan edukatif yang lebih inovatif dan partisipatif.

Melihat berbagai aspek ini, dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan di Puskesmas Mojopanggung merupakan cerminan dari sistem kesehatan primer di Indonesia secara keseluruhan. Dengan adanya perbaikan dalam komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien, peningkatan fasilitas, sistem administrasi yang lebih efisien, serta edukasi kesehatan yang berkelanjutan, Puskesmas Mojopanggung memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan berkelanjutan. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, pengamatan ini mengajarkan bahwa pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak adalah kunci untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di tingkat komunitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun