Mohon tunggu...
Farizky Aryapradana
Farizky Aryapradana Mohon Tunggu... Freelancer - D.Y.N.A.M.I.N.D

Just follow the flow of my mind.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sebuah Ide Tidak Populer: Messi Sebaiknya Pulang ke Argentina

2 September 2020   19:54 Diperbarui: 3 September 2020   20:40 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lionel Messi belum memberi gelar bagi timnas senior Argentina (AFP PHOTO/LUIS ACOSTA)

Gonjang-ganjing bursa transfer musim panas tahun ini, begitu menguras pikiran dan tenaga para pecinta sepak bola dunia. Rumor kepindahan sang mega bintang dunia Lionel Messi (33) dari Barcelona, membuat suasana semakin hiruk-pikuk. 

Hal itu membuat Messi menjadi "komoditas" sepak bola, yang paling seksi pada bursa transfer kali ini. Banyak klub di Eropa sana, dikabarkan sedang ikut serta untuk memburu pemain yang memiliki julukan "La Pulga" tersebut. Messi terus dispekulasikan untuk akan berpindah dari tanah Catalan, menuju kota-kota lain yang letaknya masih di Benua Eropa. 

Tapi, tulisan ini justru ingin mengambil posisi berbeda dari isu-isu yang ramai diperbincangkan di banyak tempat. Daripada melanjutkan petualangan di benua biru, lebih baik Messi pulang kampung ke tanah kelahirannya yaitu Argentina.

Sebagai pesepak bola paling fenomenal abad ini, Lionel Messi telah memiliki banyak mahkota. Dia berhasil membawa Barcelona untuk menjuarai semua kompetisi resmi yang pernah diikutinya. 

Messi sendiri, telah bolak-balik memperoleh gelar pemain terbaik dunia versi FIFA maupun Ballon d'or. Bersama Cristiano Ronaldo, Messi menjelma menjadi dua monster yang telah berhasil menguasai hegemoni sepak bola dunia.

Hanya saja, pencapaian itu ternyata masih belum mencapai level paripurna. Messi masih belum dapat berhasil mempersembahkan gelar juara untuk Tim Nasional Argentina.

Selama menjadi pemain senior "La Albiceleste', Messi sebenarnya telah berhasil membawa Argentina kepada tiga kali final. Namun sayangnya, nasib buruk selalu menghampirinya. 

Dalam tiga partai final itu, Messi dan kawan-kawan gagal mempersembahkan sebuah gelar kepada rakyat Argentina. Sebuah gelar yang telah dinanti-nantikan setelah terakhir mereka juara pada tahun 1991.

Lebih menyedihkannya lagi, pada final Copa America tahun 2016, Messi menjadi salah satu eksekutor penendang penalti yang ikut menyumbang puasa gelar La Albiceleste. Hal yang tadinya, membuat Messi sempat ingin pensiun dari karir sebagai pemain tim nasional Argentina tersebut.

Situasi itu tampaknya dipengaruhi oleh latar belakang karir sepak bola Messi. Sejak umur 13 tahun, Messi sudah meninggalkan tanah kelahirannya untuk pindah ke Barcelona. 

Setelah itu, Messi dibesarkan dengan dasar pendidikan sepak bola ala Bangsa Catalan. Dia dibesarkan di dalam iklim akademi sepak bola klub yang amat kondusif dan sistematis. Kemudian, Messi juga ikut melebur dengan kultur dan budaya setempat.

Di sana dia memiliki sahabat-sahabat sejati dari asrama, yang salah satunya adalah Cesc Fabregas. Hal itulah yang kemudian kelihatannya, membuat Messi menjadi buta dengan identitas bangsa Argentina yang sejati. 

Situasi kompetisi sepak bola antar klub, tentunya berbeda dengan persaingan tim nasional sepak bola antar negara. Di dalam kompetisi klub modern, kapital menjadi patron utama dalam menentukan prestasi di lapangan hijau. Semua hal yang ada di sana, dikalkulasi dahulu dengan rapi sehingga membentuk tatanan yang sangat terstruktur. 

Sebaliknya, bermain di tim nasional sebuah negara adalah sebuah jalan terjal sepak bola hati. Tidak ada transfer antar pemain-pemain mahal di sana. Tidak ada sorotan media yang glamor, ataupun sponsor dengan nilai fantastis di sana.

Semua pemain bermain karena merasa dinaungi di sebuah bendera bersama. Bendera yang memiliki perjalanan dan ikatan emosional dengan hati dan pikirannya.

Inilah yang membuat Messi, seorang "produk" sukses dari sepak bola klub, selalu macet dalam menghasilkan gelar - gelar bagi negaranya. 

Dalam hal ini, Messi harus belajar dari seniornya yang sering dibanding-bandingkan dengan dia yaitu, Diego Armando Maradona. Berlainan dengan Messi, Maradona justru sejak kecil harus hidup secara prihatin. Dia dibesarkan di daerah kumuh, yang sehari - harinya selalu menghadirkan adu tembak para gangster. 

Maradona sudah akrab dengan aksi-aksi kriminalitas yang sering kali membuat lingkungannya tersentak. Tapi, hal itulah yang kemudian memupuk kesadaran berbangsa bagi Maradona.

Baginya, anak - anak Argentina adalah mereka yang tahan banting terhadap segala bentuk gejolak yang terjadi di hidupnya. Akhirnya, dia selalu datang ke lapangan dengan jiwa yang gagah, dan memenangkan semua pertempuran hati yang terjadi di lapangan.

Oleh karena itu, rumor kepindahan Messi ini sebaiknya digunakan untuk mengenali lebih dalam bangsanya. Messi harus merasakan, bagaimana rasanya bertaksi di jalanan - jalanan Buenos Aires. Kemudian dia bisa bermain sepak bola di gang - gang sempit yang ada di kampungnya, Rosario. 

Lalu Messi bisa merasakan atmosfer kompetisi sepak bola di negaranya yang masih jauh dari pengaruh kapitalisme. Atau juga, Messi bisa mencoba peruntungan mendaki pegunungan Andes yang ada di negaranya.

Intinya, Messi bisa menggunakan kesempatan untuk berkenalan lebih jauh dengan negaranya. Messi bisa menyatukan udara yang dia hirup, air yang dia minum, dan tanah dengan tempatnya berpijak dengan lubuk hati yang paling dalam.

Kini usia Messi telah menginjak 33 tahun. Piala Dunia pada tahun 2022, tampaknya akan menjadi ajang internasional terakhir yang akan diikutinya. Ini adalah momen yang tepat, untuk berpamitan dari sepak bola dengan menggenggam Piala Dunia di tangannya.

Sudah saatnya bagi Messi untuk berhenti berdansa di atas batu es yang mulus. Messi harus menginjak duri dan ranjau, untuk mengangkat harkat dan martabat negeri asal Che Guevara tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun