Pandemi COVID-19 memang menimbulkan rentetan masalah yang begitu banyak. Meskipun pandemi ini disebabkan oleh virus.
Namun efek dominonya melebar ke mana-mana terutama terhadap bidang ekonomi. Beberapa negara di belahan dunia telah mengumumkan bahwa masuk ke jurang resesi. Hal tersebut juga ternyata berlaku bagi jiran kita yaitu Malaysia.
Bank Negara Malaysia (BNM), telah merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal kedua tahun ini. Hasilnya, sungguh sangat menakutkan. Kinerja ekonomi negeri "Harimau Malaya" tersebut terkontraksi sebanyak minus 17.07%, jika dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun sebelumnya!Â
Kontraksi pertumbuhan ekonomi ini merupakan yang terparah sejak krisis ekonomi Asia pada tahun 1998. Kemudian, ini merupakan pencapaian negatif ekonomi Malaysia untuk pertama kalinya setelah 11 tahun. Keadaan ini kemudian menjelaskan bahwa, Malaysia juga menjadi salah satu negara yang terpukul sangat keras akibat dari pandemi ini.
Kinerja negatif tersebut, merupakan dampak dari kebijakan Movement Control Order (MCO) yang diterapkan oleh pemerintah Malaysia.
Kebijakan tersebut berisi perintah untuk mengetatkan mobilitas manusia yang berada di negara tersebut. Situasi tersebut akhirnya, berakibat pada anjloknya aktivitas konsumsi dan produksi di seluruh sektor industri di Malaysia.Â
Kemudian, MCO juga membuat Malaysia menutup sementara semua gerbang internasionalnya. Hal tersebut tentunya telah membuat sektor pariwisata mereka anjlok cukup parah.Â
Tetapi nampaknya, hal itu masih bersifat sementara. BNM telah memproyeksikan bahwa Malaysia masih akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif pada kuartal - kuartal selanjutnya. Mengacu kepada ramalan tersebut, nampaknya sulit menolong Malaysia untuk keluar dari jurang resesi ekonomi.Â
Beriringan dengan itu, tiba - tiba saja Perdana Menteri (PM) Malaysia Muhyddin Yassin mengeluarkan sebuah maklumat. Muhyiddin mengumumkan secara terbuka bahwa partainya, Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) akan menyertai gabungan koalisi sayap kanan Muafakat Nasional (MN).Â
MN sendiri merupakan satu koalisi politik antara Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dan Partai Islam Se-Malaysia (PAS).Â
Uniknya, MN selama ini disebut hanya sebagai salah satu sub-koalisi dari koalisi pemerintah yang dinamakan sebagai Perikatan Nasional (PN). PN sendiri juga memiliki sub-koalisi penunjang satu lagi yakni Barisan Nasional (BN).
Keputusan Partai Bersatu untuk menyertai MN, nampaknya mengirimkan banyak sinyal. Pertama, UMNO sebagai partai legendaris dari tanah Melayu nampaknya tidak ingin hanya mengekor arah koalisi.Â
Genetik UMNO sebagai partai berkuasa membuat mereka ingin berada dalam posisi mengendalikan koalisi. Keberadaan mereka di dalam PN, nampaknya tidak memberikan jaminan untuk itu. Hal tersebut membuat Muhyiddin harus memutar otak untuk tetap mendapatkan sokongan dari UMNO.Â
Karena jika kehilangan dukungan UMNO, gabungan koalisi pemerintah akan tumbang begitu saja. Keadaan itu akan memberikan peluang terciptanya lagi suatu pemerintahan baru tanpa Partai Bersatu.
Lalu yang kedua, sepertinya Muhyiddin sedang mempersiapkan sebuah rencana besar. Ya, Pemilihan Raya Umum (PRU) secara mendadak tampaknya akan dilakukan.Â
Keputusan menyertai MN, akan menjamin mesin politik koalisi Muhyiddin akan tetap terjaga. Muhyiddin tampaknya akan merelakan  UMNO mengendalikan jalannya koalisi, dengan syarat dia tetap diajukan sebagai calon PM.Â
Hal tersebut juga ditegaskan oleh Presiden PAS, Abdul Hadi Awang yang menyatakan bahwa pembagian kursi bertanding MN telah rampung 50%. Ancang - ancang PRU secara mendadak sudah makin jelas sekarang.
PRU secara mendadak akan lebih menguntungkan jika dilakukan dengan segera. Kondisi ekonomi yang terus menukik, akan menjadi bola salju liar untuk mengembangkan sentimen anti-pemerintah.Â
BNM dan MN. Dua kata kunci yang menyebabkan meningginya suhu dan tensi di negeri seberang tersebut. Yang jelas, nampaknya Malaysia akan masih mengalami tahun yang cukup panjang pada tahun ini.Â
Ketika di awal tahun, mereka dihadapkan pada drama bubarnya pemerintahan koalisi Pakatan Harapan (PH). Enam bulan berselang, mereka berada di ambang resesi dan pemilu sekaligus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H