Tentu sulit bagi kita membayangkan bahwa ada sesosok manusia berumur 95 tahun yang masih bermain TikTok. Ya, dialah Mahathir Mohamad. Politisi gaek Malaysia tersebut masih mengunggah video kemesraan dirinya dengan sang istri di aplikasi asal Tiongkok tersebut. Hal itu menunjukan bahwa, usia tak berarti baginya. Angka 95 tahun justru membuatnya seperti terlahir kembali. Lebih dari itu, ia sedang mempersiapkan sebuah partai baru yang akan dijadikan kendaraan politik barunya.
Drama politik Malaysia pada medio akhir Februari lalu memang menyisakan banyak masalah. Pemerintahan yang akhirnya diambil alih oleh Muhyiddin Yassin dan kelompoknya, hanya memiliki keunggulan yang kursi tipis di dalam Dewan Rakyat. Situasi tersebut bahkan membuat Muhyiddin mengulur - ulur waktu pelaksanaan sidang parlemen.Â
Dia begitu gusar dengan stabilitas dukungan yang dimilikinya dan khawatir akan dijatuhkan di tengah jalan. Hingga akhirnya, Muhyiddin memecat tokoh - tokoh partai besutannya yang masih enggan memberikan dukungan kepadanya. Nama "Dr. M" termasuk ke dalam daftar nama yang harus dibersihkan oleh Muhyiddin.
Kehilangan keanggotaan partai tidak membuat Mahathir tenggelam begitu saja. Dia bahkan masih sempat menantang keputusan tersebut dengan datang ke kantor partai untuk mencari siapa yang bertanggung jawab atas pemecatannya. Bahkan setelah itu, Mahathir dengan enam tokoh lainnya menggugat pemecatannya tersebut ke meja hijau. Namun akhir yang gampang ditebak, gugatan tersebut ditolak mentah - mentah oleh pikah yudikatif Malaysia. Mahathir dan kawan - kawannya pun tak kapal untuk berlayar. Bergerak individu tanpa satu ayoman partai.
Tapi, bukan "Che Det" namanya kalau tak punya aksi untuk berkelit. Pengalaman berpolitik selama hampir 80 tahun tentunya membuat beliau sangat piawai dalam menentukan langkah - langkah politik yang harus dilakukan. Keadaan dalam posisi "skak mat", telah berkali - kali dilalui olehnya dengan mulus.Â
Pemecatan seperti ini bukanlah hal yang asing bagi seorang Mahathir. Perjalanan politiknya menunjukan bahwa dia adalah seorang raksasa politik yang melegenda di tanah melayu. Menjabat dua kali periode kepemimpinan dengan partai yang berbeda berhasil membuktikan kehandalan Che Det dalam mengatasi situasi yang amat mendesaknya.Â
Menghadapi realita politik yang kini dialami, Tun M bersama rekan - rekannya memutuskan untuk menyiapkan armada baru. Sebuah partai politik baru yang berasaskan nasionalisme melayu.
Dalam peluncuran kereta politik barunya, Mahathir menyebut bahwa partai barunya akan mengembalikan martabat orang melayu. Lebih khusus lagi, partainya akan melawan paling depan segala perilaku rasuah yang menurutnya dikekalkan oleh para pemimpin - pemimpin partai yang berasaskan perjuangan kaum tersebut. Tapi di akhir, Dr. M juga menyatakan bahwa perjuangan kaum yang diusungnya membawa pesan inklusif dan moderat untuk bahu - membahu dengan kaum lain yang ada di negeri jiran tersebut.
Partai berlandaskan asas perjuangan etnis memang sangat wajar di sana. Komposisi demografi dan pengalaman sejarah telah ikut membentuk pola pembelahan ideologi politik di negeri Sheila Madjid tersebut. Hal - hal yang sudah dianggap "selesai" di negeri kita, Indonesia.
Kembali kepada kiprah Che Det, partai tersebut belum diberi nama olehnya. Hal itu dikarenakan dia harus berhati - hati dalam mendaftarkan nama partai yang digunakan, agar kemudian bisa diterima oleh Kementrian Dalam Negeri Malaysia.Â
Susunan kepengurusan partai sendiri baru diisi oleh dua orang. Yaitu Mukhriz Mahathir, mantan Menteri Besar Negeri Kedah (seperti gubernur sebuah provinsi) yang menjabat posisi presiden partai. Ya, Mukhriz merupakan anak dari Mahathir. Kemudian Mahathir sendiri menjabat sebagai pengerusi partai. Jabatan pengerusi sendiri lebih mirip dengan posisi ketua dewan pembina sebuah partai di Indonesia.
Dalam pidatonya juga, Dr. M menegaskan bahwa partainya tidak bergabung ke dua koalisi besar yang ada di Malaysia. Tidak di Perikatan Nasional (PN) yang menyokong pemerintahan Muhyiddin, tetapi tidak juga ke Pakatan Harapan (PH) yang berada di sisi oposisi dan dikomandoi oleh Anwar Ibrahim. Lebih spesifik lagi, Mahathir merasa ada salah satu komponen partai di dalam PH yang menolak kehadirannya. Hal tersebut nampak ditujukan kepada Partai Keadilan Rakyat (PKR), partainya Anwar Ibrahim.
Kemelut politik yang menumbangkan pemerintahan PH, juga menyisakan luka bagi PKR dan Anwar Ibrahim. Dari kekacauan yang terjadi tersebut mereka menemukan fakta bahwa Anwar bukanlah pilihan utama Mahathir untuk mewarisi kepemimpinan di Putrajaya. Mahathir dianggap mengingkari janji yang menjadi salah satu dasar koalisi PH di tahun 2018. Sehingga akhirnya, mereka menjadi alergi pada motif politik Mahathir.
Tetapi apapun itu, pengaruh Mahathir akan selalu dinanti dalam kancah perpolitikan Malaysia. Kematangan dan ketokohannya masih sangat kuat terutama bagi para pemilih konservatif melayu yang ada di pedesaan. Tak sampai lama, beberapa pengurus wilayah partai lamanya menyatakan mengikuti langkahnya di sebuah kapal baru.Â
Bukti nyata bahwa beliau memang sangat kharismatik dan memiliki daya tarik yang tinggi. Posisinya dibutuhkan untuk memecah suara kelompok pemilih tertentu yang kerap termakan propaganda perkauman dari UMNO.
Dengan menggunakan jas bernuansa biru, Che Det kini telah memiliki sebuah kendaraan baru. Tentunya, dia siap untuk menarik segala penjuru untuk melawan peluru - peluru. Apalagi, Malaysia didera isu memasuki masa menjelang pemilu. Mari kita tunggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H