Mohon tunggu...
dynahrosita
dynahrosita Mohon Tunggu... Administrasi - Suka baca komentar netizen... Untuk bahan obrolan...

Saya senang memasak yang mudah dan pasti enak (kukus sayuran/umbi2an dan bikin nasi/mie goreng). Rajin bersih-bersih toilet, karena gak suka dengan toilet yang bau dan kotor...Tapi, saya males beresin tempat tidur, hahaha... Saya suka berinteraksi dengan alam, seperti hiking, camping dan bersepeda.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Senin, Ingin Sewa Pembunuh Bayaran!

24 Maret 2022   12:16 Diperbarui: 24 Maret 2022   12:20 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teman saat bercerita(Liza Summer - Pexels.com) 

Tak lama ada saat dimana perempuan tersebut mendapatkan kisah percintaannya dengan seorang pria di kantor. Saya merasa nyaman sesaat, karena dia sedang bersenang-senang dengan pujaan hatinya. Rasa nyaman tersebut ternyata bertahan hanya satu tahun, karena hubungan mereka tidak berakhir baik. Yaiyalah... perempuan tersebut sudah memiliki suami namun bermain api dengan pria di kantor. Sebagai catatan, Manager baru kami adalah teman dekat dari suami perempuan tersebut, dan menceramahi perempuan yang sedang jatuh cinta malah membuatnya tak akur dalam pekerjaan dan lebih tepatnya perempuan tersebut tak menganggap Manager saya sebagai atasannya. Ada cerita salah satu teman kantor yang terkena dampaknya dalam kasus percintaannya, hingga sampai mendapatkan Surat Peringatan (SP) karena menyentil mengenai hubungan asmara perempuan tersebut. Koq bisa? Yup, perempuan tersebut melaporkan kepada Manager Operational bahwa teman saya melakukan pelecehan terhadapnya di kantor. Bayangkan sungguh mudahnya perempuan tersebut sakit hati, jika ada yang mengusiknya segera ia membuat drama dan melaporkan seolah-olah ia korban pelecehan yang sebenarnya. Keadaan ini membuat Manager saya, beserta teman di Departemen kami tak habis pikir akan ulahnya yang membuat teman kami kesulitan mendapatkan kenaikan gaji ditahun-tahun berikutnya. 

Tiba saat perempuan itu akhirnya patah hati, ia hanya mencari saya untuk bercerita dan banyak sekali ia mengatakan kata maaf hingga mencium tangan saya berkali-kali dan membuat saya tak nyaman. Baiklah, cukup untuk maafnya. Lalu saya berharap berteman baik karena saya melihat ia sungguh-sungguh. 

Ilustrasi teman saat bercerita(Liza Summer - Pexels.com) 
Ilustrasi teman saat bercerita(Liza Summer - Pexels.com) 

Tak sampai 3 (tiga) bulan, penyakit hatinya datang lagi karena saya berteman dengan wanita dari mantan pria yang membuatnya patah hati di kantor. Salah saya dimana? Berteman dengannya dilarang demokrasi loh.. Bagaimana jika saya menyukai mantan pria yang ia sukai? Tak bisa saya bayangkan! 

Beberapa tahun bekerja, mulailah saya dapat kepercayaan dari Manager Baru untuk menjadi Leader. Pastinya itu membuat dirinya kesal. Menanyakan gaji, menanyakan tentang isi meeting bahkan ikut campur dalam urusan Leader. 

Tahun kedatangan Covid, membuat saya lama tak berjumpa dengan perempuan tersebut. Sungguh nyaman kondisi saya saat itu.... hehehe.... 

Tahun yang berat menghadapi perempuan ini datang kembali setelah Covid mereda. Dengan segala drama yang ia buat. Banyak sekali hal kecil yang menurut saya tak harus dibahas, namun ternyata itu hal besar bagi dirinya. Seperti halnya memakai sepatu baru, ia langsung beli sepatu baru. Tak mau kalah dong dirinya. Beli sepeda, dipakai teman-teman kantor, langsung menegur teman saya yang berfoto pakai sepeda saya. Bahkan pernah sumpahi saya dirampok atau begal payudara saat bersepeda loh. Memakai Handphone baru, ia langsung mencari harga di internet. Sampai saat ini pun, ia mengikuti Handphone dengan merk yang sama dengan saya loh,  folowers saya ya? 

Kemarin saya mendengar dari teman dekat bahwa perempuan tersebut mengatakan bahwa saya ingin menyenggol kakinya hingga mau jatuh. What? Tak ada untungnya menjatuhkan orang dengan kaki indah saya (bolehlah puji diri). Saya pakai sendal jepit loh saat kejadian tersentuh kakinya dengan kaki saya. Kenapa jadi saya yang terlihat mau membuatnya jatuh? Esoknya, saya mendengar lagi bahwa ia mau sewa Pembunuh Bayaran. What? Jika ini benar, apa yang ia rencanakan? Hanya hati dan otaknya yang tau. 

Selesai Diary dari saya. Jangan jadi pembunuh bayaran ya. Jadi pembunuh rasa iri, rasa benci yang ada di dalam dirimu lah yang mesti kau cari agar tidak berfikir jelek kepada orang-orang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun