Dalam sepi aku berbisik pada Tuhan tentang perasaanku dengan air mataÂ
Yang seakan ikut menceritakan akan lukaÂ
Malam yang panjang yang pernah aku rasakan didalam hidupkuÂ
Detik detik pertama aku harus melewati hidup tanpa sosok yang sangat aku sayangiÂ
Bahkan memikirkannya pun jangan, karena aku takut Tuhan menghukumku
Aku tak akan mampu melewati detikku kalau Tuhan marah akan kelakuanku
Dia adalah seorang yang pernah membuat aku merasa sangat berartiÂ
Seorang dengan paras yang bisa menenangkan hatikuÂ
Suaranya seakan menentramkan jiwa yang sedang gundahÂ
Tatap matanya meluluhkan amarahku dan hadirnya beghitu indah itu yang aku rasaÂ
Sebelum aku tau kalau ternyata ini perasaan yang tidak bisa aku lanjutkan dan harus segera ku hentikan
Awal pertemuan yang cukup singkatÂ
Merasa nyaman untuk terhubung dalam setiap obrolanÂ
Hingga suatu ketika seorang teman yang memberikan aku sebuah kabar
Sebenarnya dia sudah terikat dalam ikatan suci
Perasaan yang terluka seakan beghitu cepat menghinggapi hatiku
Aku mungkin bisa terlihat tenang tapi sebenarnya aku sangat terluka.
Sepertinya Tuhan sedang memurnikan perasaankuÂ
Perasaaan yang beghitu peka meski tanpa kataÂ
Melepaskan keraguan untuk berjuang tanpa merasa berkorbanÂ
Sebuah perasaan yang membutuhkan kedewasaan agar tak merasa kehilangan saat jauhÂ
Tak merasa sakit saat tergantikan, tak merasakan benci saat terabaikan
Bisa kah aku menyebutnya itu sebuah perasaan cinta
Selangkah lagi semua akan berlalu dan aku akan mencintaimu tanpa suara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H