Mohon tunggu...
Dylan Hafizhan
Dylan Hafizhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Sejarah Peradaban Islam di UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Berkuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dengan mengambil Program Studi Sejarah Peradaban Islam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menyoal Historiografi Indonesia pada Masa Kolonial 1600 - 1942

24 Juni 2024   20:54 Diperbarui: 24 Juni 2024   21:18 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulisan sejarah atau historiografi di Indonesia selalu terjadi dalam setiap waktunya, pada masa Kolonial pun begitu. Selalu ada saja karya-karya sejarah yang terbit pada masa Kolonial dan berikut adalah pembahasan tentang historiografi Indonesia pada masa Kolonial. Historiografi Kolonial adalah karya sejarah (tulisan sejarah) yang ditulis pada masa pemerintahan Kolonial berkuasa di nusantara Indonesia, yakni sejak zaman VOC sampai pada masa pemerintahan Hindia Belanda berakhir (1600 - 1942).

Sebab ditulis pada masa Kolonial sehingga karya-karya sejarah yang terbit pada masa ini setidaknya memiliki karakteristik besar yakni bersifat Belanda-sentrisme, di mana penulisan sejarah dilihat dari sudut pandang kepentingan orang-orang Belanda yang saat itu sedang berkuasa dengan cara menjajah Nusantara atau Indonesia. Maka daripada itu karya-karyanya banyak berasal dari pada orang-orang kolonial seperti Raffles dengan judul bukunya History Of Java, H.J de Graaf dengan bukunya berjudul Geschiedenis van Indonesia (Sejarah Indonesia), dan buku-buku lainnya yang mayoritas diterbitkan atau ditulis oleh orang-orang Kolonial.

Karena bersifat Belanda-sentrisme acap kali karya-karya sejarah mereka lebih membahas tentang superioritas kalangan mereka sendiri, sebagai contoh orang-orang Belanda lebih menyoroti superioritas bangsa mereka di dalam berbagai aktivitas kehidupan di Indonesia. Sehingga peran-peran orang-orang mereka ditulis dalam lembaran historiografi yang bisa menghabiskan halaman yang berlembar-lembar banyaknya. Sedangkan warga pribumi atau masyarakat Indonesia yang memiliki peran hanya dianggap sebagai peran pembantu dan kurang di highlight dalam historiografinya. Selain itu banyak sekali tokoh-tokoh nasional seperti imam Bonjol, pangeran Diponegoro, Soekarno, bung Hatta, hingga bung Tomo yang justru dalam historiografi pada masa Kolonial ini dipandang sebagai sosok yang buruk, sebagai sosok penghianat atau pemberontak.

Karenanya karya-karya sejarah yang lahir pada masa Kolonial ini akan cukup berbahaya apabila dibaca oleh anak-anak SD, SMP, dan juga SMA, di mana wawasan kesejarahan mereka masih terbilang dangkal dan juga sikap analisis dan kritis yang terbilang masih kurang. Sebab bagi orang awam dikhawatirkan dengan membaca karya-karya sejarah yang lahir pada masa Kolonial akan membuat mereka menganggap bahwa pejabat-pejabat Kolonial itu sebagai sosok pahlawan, dan sebaliknya akan memandang para pejuang Indonesia sebagai seorang pemberontak.

Lalu apakah karya sejarah yang lahir pada masa Kolonial ini tidak bisa dijadikan sebagai referensi dalam penulisan sejarah? Hemat saya, tentu saja ada berbagai fakta-fakta sejarah yang termuat dalam karya-karya sejarah tersebut sehingga jawabannya adalah bisa karya sejarah pada masa kolonial dijadikan sumber referensi, sebab di dalamnya kaya dengan fakta-fakta kesejarahan yang terjadi di Indonesia. Dan tentu saja di barengi dengan cross check fakta dari sumber-sumber lainnya.

Selain Belanda-sentrisme, berikut adalah beberapa karakteristik pada historiografi zaman Kolonial :

  • Eropasentrisme, artinya selain ditulis dari sudut pandang kepentingan orang-orang Belanda, karya-karya sejarah juga ditulis sesuai dengan kepentingan bangsa Eropa pada umumnya di masa itu
  • Mitologisasi, artinya banyak kejadian yang tidak didasarkan pada kejadian yang sebenarnya. Interpretasi dari zaman kolonial cenderung untuk membuat mitologisasi dari dominasinya, dengan menyebut perang-perang kolonial sebagai usaha pasifikasi daerah-daerah, yang sesungguhnya mengadakan perlawanan untuk pertahanan masyarakat serta kebudayaannya
  • Ahistoris, artinya orang Belanda dianggap sebagai manusia paling sempurna atau paling superior dalam berbagai aktivitas kehidupan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun