Gambar ini memperlihatkan seperti apa teknik strobist itu. Jika si pemegang lighting itu tidak ada maka sosok perempuan di gambar itu juga akan gelap sama seperti foto Jokowi yang dihasilkan tanpa teknik strobist, yang hanya menonjol adalah cahaya matahari dan sosok perempuan itu akan lebih nampak seperti siluet.
Berikut ini adalah angle lain yang diambil oleh Mas Agus Suparto, foto ini diambil dari halaman facebooknya:
[caption caption="Karya Fotografer Kepresidenan, Agus Suparto"]
Kemudian soal manipulasi?. Jonru terkesan menyebut manipulasi dalam fotografi adalah sesuatu yang haram. Sebenarnya tidak juga, saya teringat dengan pernyataan pak Arbain Rambey, Redaktur Foto Harian Kompas yang menyebutkan foto yang dihasilkan oleh kamera itu ibarat seseorang yang baru bangun tidur, oleh karena itu biasanya orang yang baru bangun tidur menggosok gigi, mencuci muka atau mandi agar tampil lebih fresh lebih sedap. Atau bisa juga seperti peran make up terhadap wajah perempuan untuk mempercantik wajah. Bukankah itu bentuk manipulasi terhadap diri kita bukan? Mulut kita bau biar wangi harus gosok gigi, badan kita bau harus mandi biar wangi. Jadi sebenarnya manipulasi itu lumrah.
Begitupun dengan foto, foto dibutuhkan manipulasi. Tingkatan manipulasi dalam foto tergantung dengan kebutuhan si fotografer mulai dari yang ringan seperti cropping, contrast, sharpening, sampai-sampai manipulasi berat. Tapi penulis lebih suka dengan istilah editing ketimbang manipulasi, ketika melihat foto karya mas Agus karena ia tidak merusak substansi foto tersebut.
Manipulasi foto adalah hal yang wajar bagi fotografer manapun seperti mas Agus. Penulis yakin mas Agus Suparto adalah fotografer bertanggung jawab dan profesional. Editing atau "manipulasi" (kalau dari kacamata Jonru) adalah hal lumrah dalam dunia fotografi selama dilakukan secara bertanggung jawab dan sesuai kebutuhan. Mas Agus menurut saya pribadi hanya melakukan manipulasi ringan saja untuk memoles foto tersebut menjadi lebih sedap dilihat, ia tidak merusak substansi dari foto tersebut. Jika anda adalah seorang fotografer jurnalistik dan melakukan manipulasi yang merusak substansi isi foto anda akan dipecat secara tidak hormat anda juga akan dianggap tidak beretika.
Jonru juga mempertanyakan relevansi foto? apa relevansinya?. So why and so what Jonru?. Fotografer ingin menunjukkan sosok Jokowi berharap agar di tahun 2016 ini Indonesia bisa berkembang ke arah yang lebih baik penuh dengan harapan-harapan baik (dengan simbol matahari pertama terbit di awal tahun 2016). Setiap orang pasti ingin memiliki citra diri yang baik, begitupun pak Jokowi. Tidak ada yang salah, fotografer ingin menunjukkan pak Jokowi memang adalah sosok yang sederhana, dengan berpenampilan menggunakan kemeja panjang putih dan juga sarung. Dan itu adalah sah-sah saja bukan?
Ya begitulah pengamatan kecil penulis. Hati-hatilah dalam mengkritisi sesuatu, jangan menyampaikan kritik yang terkesan menuduh karena itu nanti akan merugikan diri sendiri. Untuk para netizen jangan bertingkah seperti Jonru ya. Salam hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H