Mohon tunggu...
Dyla Aulya
Dyla Aulya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Public Relations Universitas Al Azhar Indonesia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Always do my best to get the best!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perlakuan Body Shaming terhadap Atlet Perempuan Indonesia, Puan Maharani: Hilangkan Tindakan Body Shaming!

7 Agustus 2021   22:42 Diperbarui: 7 Agustus 2021   22:41 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlakukan body shaming terhadap salah satu atlet angkat besi kebanggan Indonesia kerap menjadi perbincangan hangat pada saat ini. Hal tersebut berkaitan dengan perundungan karena ukuran tubuh atlet angkat besi Nurul Akmal.

Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani mengecam keras budaya body shaming yang dilakukan pada perempuan Indonesia karena dapat memberikan dampak negatif terhadap korban.

"Perundungan bukanlah budaya Indonesia. Apalagi ditujukan bagi perempuan. Bayangkan penerima body shaming adalah ibunda Anda sendiri," kata Puan pada keterangan persnya, Sabtu (6/8/2021).

Puan memandang bahwa harus ada sosialisasi bahwa tindakan perundungan itu termasuk dalam pelecehan. Body shaming juga bisa mempengaruhi kesehatan mental bagi korbannya.

Perempuan, lanjut Puan, sering kali menjadi korban perundungan, bagaimana pun bentuk tubuhnya. Padahal, semua itu adalah berkah dan rezeki yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Apalagi di masa pandemi ketika kesehatan tubuh itu adalah yang paling utama.

Politisi PDI Perjuangan itu juga menganggap bahwa body shaming yang diterima Nurul Akmal adalah tindakan yang sangat memalukan. Terlebih, itu terjadi sepulangnya Nurul dari perjuangannya di Olimpiade Tokyo 2020.

"Atlet yang baru saja berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 adalah pahlawan kita di masa pandemi ini. Mereka pulang dengan prestasi membanggakan, seharusnya disambut dengan suka cita, bukan dengan pelecehan yang tidak bertanggung jawab," ujar Puan.

Mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan itu juga meminta pelaku untuk segera dicari telusuri dan ditangkap. Hal ini agar pelecehan verbal terhadap perempuan bisa dianggap serius.

Selama ini, perempuan kerap kali menerima pelecehan verbal, berupa body shaming, catcalling, dan sejenisnya. Belum ada hukum yang benar-benar serius menindak pelaku, sehingga membuat hal ini terus saja terjadi.

Maka dari itu, momen ini bisa menjadi waktu evaluasi untuk membangun kembali dunia yang lebih aman dari perundungan. Pasalnya, sebenarnya pelecehan verbal, khususnya body shaming tidak hanya berlaku untuk perempuan. Semua gender bisa mengalaminya.

Puan mengutip sebuah survei yang mencatat dari seluruh partisipan, terdapat 56 persen orang yang mengaku pernah menjadi korban body shaming dalam satu tahun terakhir. Kemudian, ada 10 partisipan yang menjadi korban body shaming dalam satu minggu terakhir.

Secara mental, body shaming sendiri dapat menyebabkan berbagai dampak negatif. Misalnya saja secara mental, seorang korban body shaming bisa merasa insecure, malu, dan terhina jika menerima perundungan mengenai bentuk tubuh ini.

"Tindakan body shaming di luar dari kepribadian santun bangsa Indonesia. Maka, secara tegas harus kita hapuskan," ujar Puan.

Menurut Puan, yang harus disadari bahwa tindakan tersebut dapat menimbulkan luka hati seseorang. Jika luka fisik bisa disembuhkan secara cepat dengan obat-obatan, sementara itu luka hati tidak memiliki ukuran kesembuhan yang signifikan.

"Kita benar-benar harus memikirkan bahwa dalam situasi Pandemi covid-19, seharusnya kita saling mengangkat satu sama lain. Produktif membantu, menjadi punggung untuk saling bersandar dan berdiri bersama. Tidak melakukan tindakan yang kontra produktif," ujar Puan.

Puan berharap, kedepannya tidak ada lagi perilaku yang memalukan bangsa seperti itu. Siapa pun korbannya, baik atlet atau perempuan dan laki-laki pada umumnya. Masyarakat Indonesia harus bisa saling menghargai satu sama lain.

"Kita sebaiknya menjaga bangsa ini tetap kondusif dari isu-isu negatif. Bayangkan ketika lonjakan Covid-19 sedang tinggi, tetapi suasana malah dikisruhkan dengan tindakan perundungan di muka umum. Kita jaga semangat persatuan bangsa ini untuk mendukung penanganan Covid-19," tutur Puan.

Diketahui sebelumnya terjadi body shaming kepada Nurul Akmal ketika dia baru pulang dari Olimpiade Tokyo 2020. Celetukan "yang paling kurus" terdengar ketika perempuan hebat itu mengambil karangan bunga saat baru tiba di Bandara Soekarno Hatta.

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, terlihat Nurul tidak terganggu dengan perkataan tersebut. Dia tetap tersenyum dan menjalankan prosesi dengan baik. Belakangan, Nurul diketahui mendengar celetukan di atas dan memutuskan untuk lapang dada serta tidak mengambil pusing akan kejadian itu.

Nurul sendiri merupakan atlet olahraga angkat besi kelas +87 kilogram pada Olimpiade Tokyo 2020. Dirinya berprestasi dengan meraih peringkat kelima pada cabang olahraga tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun