Mohon tunggu...
dhy hady
dhy hady Mohon Tunggu... -

Khoirun naass anfa`uhum linnaass......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Adapting More "BenZen" Buku Kecil Miniatur Alam Raya

24 April 2017   08:03 Diperbarui: 24 April 2017   17:00 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Ribath al-Ibadah al-Islami asy-Syarif Suroboyo

Ahad, 23 April 2017. Sebagai bentuk praktik revolusi iqro’, di Pondok Pesantren Ribath al-Ibadah al-Islami asy-Syarif Soroboyo selalu diadakan kajian bedah buku di setiap bulannya. Takdir Alloh, pada bulan April ini, buku yang dibedah, dikupas, dan dipelajari adalah buku Adapting More BenZen karya Siddi DaLuthfi.

Acara yang dilaksanakan setelah sholat subuh itu dihadiri berbagai macam kalangan masyarakat. Mulai dari yang muda sampai yang tua. Mulai dari pedagang, pegawai, guru, mahasiswa, dosen, ustadz bahkan para kiyai.

Bedah buku di buka dengan salam oleh Yai Ali Misbahul Munir, selaku murid dari penulis buku. Lalu dilanjutkan dengan mauidloh hasanah dan langsung disambung dengan acara inti. Yaitu ulasan-ulasan dari apa yang ada dalam buku Adapting More tersebut, yang disampaikan oleh Ghoust ATA (Abdillah Taufiq).

Yai Ali Misbahul Munir dan Ghouts Abdillah Taufiq yang sedang memberikan uraian isi buku / dokpri
Yai Ali Misbahul Munir dan Ghouts Abdillah Taufiq yang sedang memberikan uraian isi buku / dokpri
Ghoust ATA menyampaikan bahwasanya “Buku kecil ini “Adapting More BenZen” adalah miniatur alam raya. sebab di dalam buku mencakup semua yang ada di alam raya ini. Buku ini mengungkit kesadaran kita, bahwa manusia adalah makhluk Alloh yang sangat sempurna yang dibekali dengan segala kemampuan yang bisa diungkit untuk dijadikan nyata apa-apa yang diinginkannya. Manusia bagaikan mikro kosmos (alam kecil), sedangkan alam raya ini adalah makro kosmos. Maka apa yang ada di makro kosmos (alam universum) ini, juda ada di dalam diri manusia.”

“Di dalam diri manusia terdapat kotak DNA, di dalam kotak DNA itulah manusia bisa menemukan apapun, bisa mewujudkan apapun. Karena semuanya telah tersedia di dalam kotak DNA tersebut. Maka sejatinya manusia bisa menjadi apapun, bisa bicara dengan angin, air, hewan, tumbuhan, berbicara dengan berbagai bahasa, bahkan bisa hilang lebur menjadi cahaya.”

Para hadirin yang sedang mendengarkan dengan seksama / dokpri
Para hadirin yang sedang mendengarkan dengan seksama / dokpri
“Semua itu bisa dilakukan oleh manusia jika mereka sudah sadar bahwa mereka membunyai potensi tersebut. Yang perlu mereka lakukan adalah mengungkit. Mengungkit apa yang ada di dalam kotak DNA tersebut dengan proses yang rahasia yang hanya orang yang telah membaca buku ini saja yang nantianya tahu dan faham.” Ucap beliau yang di iringi dengan tawa para hadirin.

Beliau juga menyampaikan “Semua yang ada di dunia ini tidak ada yang hilang, yang ada adalah proses penyesuaian (Adapting). Contohnya adalah do’a. Ketika seseorang berdo’a ingin dikaruniai keturunan yang sholeh dan sholihah. Tetapi takdir Alloh anaknya ternyata tidak sholih-sholihah, akan tetapi ternyata cucu-cucunya yang menjadi sholih-sholihah. Maka itulah penyesuainnya. Doa yang dipanjatkan seseorang tersebut tidak hilang, bukanya tidak dikabulkan. Akan tetapi doa itu tetap terkabulkan tetapi dengan penyesuai-penyesuaian dengan rentang waktu yang telah ditetapkan oleh Alloh seperti itu.”

“Sungguh buku ini merupakan lompatan atau quatum dari ilmu pengetahuan yang langka, yang mungkin belum ada penjabaran sedetail itu selama ini.” Lanjut beliau. Banyak pesan yang Ghouts ata sampaikan. Memotivasi para hadirin agar mampu memraktikan apa-apa yang telah mereka pelajari. 

Para Peserta Bedah Buku / dokpri
Para Peserta Bedah Buku / dokpri
Acara selesai jam 07:30 WIB, setelah diadakan sesi tanya jawab, bedah buku pun ditutup oleh Yai Ali Misbahul Munir dengan bacaan do'a serta sholawat.

Di akhir acara,sebelum berpisah, Ghouts ATA mengingatkan bahwa untuk mencapai semua itu harus didasari dengan keyakinan. Tinggalkan keragu-raguan, tinggalkan nalar kalkutalif, tinggalkan berfikir skeptis. Intinya di keyakinan. Sebab tanpa keyakinan semuanya akan sulit terwujudkan.

Logo Ribath al-Ibadah al-Islami asy-Syarif Suroboyo
Logo Ribath al-Ibadah al-Islami asy-Syarif Suroboyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun