Mohon tunggu...
Dya Nurwahyuni
Dya Nurwahyuni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pribadi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kendala-kendala serta Keluhan Siswa SMA Selama Pembelajaran Daring 2021/2021

23 Juli 2021   12:00 Diperbarui: 23 Juli 2021   12:00 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2021, pembelajaran bagi siswa sekolah baik sekolah dasar sampai sekolah menengah masih diberlakukan secara daring. Terlebih pada saat ini trend COVID-19 semakin meningkat. Para siswa masih harus tetap bersabar menunggu pandemi ini berakhir untuk bisa melaksanakan pembelajaran seperti biasanya. Hal ini memang dilakukan untuk mengurangi jumlah terkonfirmasi COVID-19 sebagai salah satu cara pemerintah untuk mengatasinya.

Pembelajaran daring ini selintas memang masih sama dengan pembelajaran pada biasanya. Guru sama-sama memberikan pelajaran atau ilmu kepada siswa sesuai mata pelajaran yang ada. Bedanya memang dari segi penyampaiannya. Pembelajaran tatap muka memberikan keluasan yang lebih bagi siswa dan guru untuk berinteraksi secara intens. Namun ternyata pada pembelajaran daring, banyak hal yang sangat terasa berbeda baik bagi siswa maupun pada guru. Guru harus lebih cermat untuk memilih strategi yang tepat digunakan untuk pembelajaran daring ini. Dengan strategi yang kurang tepat, bisa saja pelajaran atau ilmu yang disampaikan kurang bisa dimengerti atau bahkan tidak dimengerti oleh siswa sendiri.

Di zaman sekarang memang sepertinya banyak platform atau media yang bisa digunakan untuk guru melaksanakan pembelajaran daring, misalnya lewat Google Meet, Zoom, dan media conference sejenisnya. Untuk pemberian tugas bisa menggunakan Google Classroom, grup Whats App, dan sebagainya. Namun ternyata media-media yang beragam itu ternyata masih kurang bagi siswa untuk mendapatkan pembelajaran dibandingkan pembelajaran secara tatap muka seperti biasanya. Para siswa SMA mengeluhkan masih kurang memahami bahkan tidak memahami materi-materi yang disampaikan guru secara luring.

“Mumet, udah gitu kadang ga ngerti sama materinya, pengen sekolah langsung.”

Menurut Alikha, salah satu murid SMA yang berkeluh kesah tentang pembelajaran daring yang telah ia lewati. Ia bercerita bahwa selama pembelajaran daring memang guru memberikan materi tidak hanya terfokus pada satu media atau platform, ada yang menjelaskan via voice notes Whats App, video dari Youtube, penugasan lewat Google Classrom, dan sebagainya. Namun meski dengan media yang beragam, Alikha masih ingin menjalani pembelajaran secara tatap muka, karena menurutnya materi yang diajarkan lebih mudah dipahami.

Menjadi tugas lebih bagi guru untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih menarik namun mudah dipahami oleh siswa di masa daring seperti ini. Hal ini bisa dilakukan dengan penggunaan media yang lebih beragam lagi, tidak hanya dengan WA Grup atau media video conference saja, bisa juga menggunakan media seperti Wordwall atau Quizziz. Kedua media tersebut bisa dijadikan bahan referensi penggunakan media dalam hal pemberian tugas, kuis atau ulangan harian sederhana. Guru juga bisa menggunakan media Bandicam untuk tanyangan video yang bisa menampilkan materi berbetuk slide interaktif dengan konten yang menarik.

Ada juga siswa lain yang sependapat dengan Alikha, yaitu Ayu.

“Enakkan langsung menurut Ayu, ke satu banyak godaan, terus tugas yg dikasih juga kadang  nerap (dimengerti) kadang ngga, soalnya beda dari cara ngejelasinnya.”

Menurut salah satu siswa yang satu sekolah dengan Alikha dan Ayu, yaitu Cindy. Ia mengatakan bahwa selama pembelajaran daring via conference juga tidak selamanya berjalan efektif. Banyak siswa yang sering tidak mengikuti kelas. Ia menjelaskan alasannya karena :

“Kebanyakan nya belum pada bangun kalo zoom nya jam 7 klo siang suka pada kemana gitu ada yang lagi diluar atau apa, soalnyaa susah sekarang mah pusing dikasih zoom keadaan dirumah.”

Ia menjelaskan, keadaan rumah juga ternya menjadi faktor kurang efektifnya pembelajaran daring. Hal ini juga yang harus menjadi perhatian guru. Bisa dilakukan dengan pemantauan, siswa mana saja yang jarang mengikuti kelas. Lalu bisa dilakukan konseling atau sharing, hambatan apa yang ia lewati hingga ia tidak mengikuti kelas. Siswa-siswa tersebut mungkin memang sudah sewajarnya menjadi perhatian lebih dari guru itu sendiri.

Hambatan lain yang dialami siswa selama pembelajaran daring yaitu kurang meratanya kuota pemerintah yang diberikan kepada siswa. Ada siswa yang mendapatkan kuota gratis, ada juga yang bahkan tidak sama sekali mendapatkan. Kekuatan jaringan di tiap daerah pun menjadi kendala yang sangat sering dihadapi siswa. Apalagi siswa yang berada di daerah setara 3T. Jaringan yang terhambat akan menghambat penerimaan materi yang diterima siswa pula.

Ada salah satu kasus yang menyebutkan bahwa ada siswa yang bahkan tidak memiliki media elektronik pendukung untuk pembelajaran daring seperti gawai dan laptop. Namun akhirnya pihak sekolah memberikan gawai secara cuma-cuma kepada siswa tersebut. Terlebih siswa tersebut memang bisa disebutkan kurang berkecukupan.

“Ada, kalau yang ga paham sama pelajaran nya kurang tau, tapi kalau terbatas ada, kebanyakan kuota tpi Alhamdulillah ada bantuan dari pemerintah. Terus ada dari faktor sinyal sama uang buat beli kuota kalau kartu sekolah nya ga kepake. Kalau ga salah di kelas juga ada yang di kasih handphone satu orang (oleh pihak sekolah)”, sebut salah satu siswa.

Menjadi tugas pemerintah juga untuk meratakan akomodasi kuota internet bagi siswa dan meratakan jaringan internet sampai ke daerah-daerah. Namun hal sederhana yang bisa dilakukan itu seperti menggratiskan atau berbagi jaringan Wi-fi bagi anak-anak sekolah di sekitar rumah yang tidak memiliki budget lebih untuk membeli kuota dan semacamnya.

Memang pembelajaran daring banyak memiliki kekurangan dibandingkan pembelajaran tatap muka. Namun hal ini memang mau tidak mau harus siswa jalani, agar pandemi COVID-19 segera berakhir dan siswa bisa menjalani pembelajaran seperti biasanya. Langkah pemerintah untuk menangani permasalahan pembelajaran daring ini memang dinilai sudah cukup baik, bisa dinilai dengan adanya kuota gratis untuk para siswa. Tugas guru yang menjadi lebih berat, untuk memberikan pembelajaran kepada siswa dengan strategi yang tepat dilakukan saat masa pandemi ini. Namun sudah tugas kita semua untuk mengawal dan mendampingi para penerus bangsa untuk mendapatkan ilmunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun