RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN
Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Salam guru penggerak,
Pada kesempatan ini saya DYAN TRI SHANDY, CGP Angkatan 7, dari SMAN 2 Lamongan akan menyampaikan rangkuman kesimpulan pembelajaran koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran berbasis nilai-nilai Kebijakan yang telah saya pelajari dalam satu bulan ini. Bagaimana hasil tulisan saya bisa disimak berikut ini:
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus menjadi contoh tauladan atau panutan bagi muridnya yang memberikan pengaruh besar dalam pengambilan keputusan, karena dengan lugas dan ketegasannya akan dilihat bahkan ditiru muridnya sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka khususnya "Ing Ngarso Sung Tuladha", seorang guru harus memberikan tauladan 'praktik baik' kepada murid-muridnya. Sebagai seorang pendidik, terus belajar dan berusaha menjadi suri tauladan bagi murid-murid kita dengan melakukan yang terbaik, dan terus berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan agar murid-murid kita tumbuh menjadi manusia Indonesia yang berkarakter dan senantiasa mengambil keputusan-keputusan yang bijak. Dalam setiap pengambilan keputusan, guru juga harus memberikan karsa bagi semua pihak sehingga tidak ada yang dirugikan atau menimbulkan pro kontra, ini sesuai wujud filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka "Ing Madya Mangun Karsa". Dan wujud "Tut Wuri Handayani" seorang guru sebagai pamong yang menuntun untuk membantu murid dalam menyelesaikan dan pengambilan keputusan terhadap situasi yang dihadapinya tidak salah arah, tidak salah jalan dengan menemukan solusi pemecahannya secara mandiri, sehingga mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Dalam pengambilan suatu keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebajikan atau nilai positif yang ada pada diri person setiap orang. Setiap orang memiliki hati nurani yang bisa memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang jujur dan mana yang tidak jujur (bohong), mana yang adil dan mana yang tidak adil, mana yang benar dan mana yang tidak benar, maka penting bagi kita untuk memupuk nilai-nilai kebajikan atau nilai positif dalam diri kita yang nantinya akan menjiwai setiap pengambilan keputusan. Setiap keputusan akan memiliki konsekuensi masing-masing, dan tidak mungkin sebuah keputusan akan memuaskan semua pihak. Untuk itu kita berupaya mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak. Karena sebagai seorang guru, sebagai pendidik, sebagai pemimpin pembelajaran kita terus berlatih dan berusaha menempatkan kepentingan murid sebagai prioritas dalam proses yang kita jalani.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Keterampilan Coaching yang telah kita pelajari pada modul 2.3 bisa kita gunakan dalam melakukan penggalian informasi dengan menuntun pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan kepada murid maupun rekan sejawat yang datang kepada kita untuk menyampaikan kegalauan/keresahan yang dihadapinya sehingga mereka sendiri yang akan menemukan jawaban atau solusi atas permasalahan yang meresahkan/kegalauannya. Bahkan kita sendiri pun dapat melakukan coaching dengan diri kita sendiri. Karena coaching sendiri merupakan keterampilan yang penting bagi guru dalam membantu menggali suatu masalah murid, rekan guru, menyadari potensi diri untuk mengembangkan kompetensi dirinya, dan menjadi mandiri dengan semangat memberdayakan  melalui tuntunan kita dengan menggunakan alur TIRTA, yaitu kita dapat menanyakan tujuan pembicaraan yang akan berlangsung, kemudian kita mengidentifikasi dengan melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan atau masalah apa yang sebenarnya terjadi, sehingga bisa membuat rencana aksi sebagai pemecahan masalah atau solusi, dan tanggungjawab dengan membuat komitmen atas hasil solusinya untuk Langkah selanjutnya. Dalam pengambilan keputusan konsep coaching TIRTA ini sangat membantu apabila dikombinasikan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai refleksi atau evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Dengan kematangan emosi atau kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. Guru tidak serta merta langsung melakukan pengambilan keputusan begitu saja tetapi juga harus memperhatikan 4 paradigma dalam pengambilan keputusan yaitu apakah kasus dilema itu merupakan kasus individu lawan kelompok (masyarakat), keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, jangka pendek lawan jangka panjang. Dan 3 prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas, ketiga prinsip tersebut yaitu berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rules-based learning), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking). Sehingga kita sebagai pendidik dalam memberikan pelayanan kegiatan/proses pembelajaran kepada murid harus mampu memahami kebutuhan belajar (minat) murid dan gaya belajar murid, serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional muridnya. Disinilah pentingnya kita membuat perencanaan pembelajaran (RPP) berdiferensiasi berbasis KSE. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru dalam menetapkan media dan metode pembelajaran memperhatikan kompetensi sosial dan emosional seperti kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan bertanggungjawab. Sehingga keputusan yang diambil berdasarkan kesadaran penuh (mindfullnes) terbangun well-being.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pada pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri (self-awareness), kesadaran sosial (social-awareness), dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk pengambilan keputusan. Kita dapat menggunakan 9 langkah konsep pengambilan keputusan dan pengujian keputusan terutama uji legalitas "apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? untuk menentukan apakah masalah itu termasuk bujukan moral yang berarti membuat keputusan antara benar dan salah ataukah dilema etika yang harus memilih dua opsi dimana kedua-duanya secara moral benar, tetapi saling bertentangan. Apabila masalah yang dihadapi merupakan situasi bujukan moral yaitu situasi kasus yang mengarah pada ranah hukum maka dengan tegas sebagai seorang pendidik kita kembalikan ke nilai-nilai kebenaran secara hukum.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentu akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Kondisi seperti inilah yang kita inginkan dan harapkan. Maka untuk melakukan perubahan, diperlukan suatu pendekatan, kita bisa menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif tahapan BAGJA seperti yang telah kita pelajari pada modul 1.3 untuk melakukan perubahan diri kearah yang lebih baik dan bijak. Dengan kita melakukan identifikasi awal buat pertanyaan utama, ambil pelajaran, gali mimpi, jabarkan aksi, dan atur eksekusi untuk mewujudkan lingkungan sekolah sesuai visi dan yang kita harapkan.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Memang ada tantangan-tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika Ini, karena kita ada dalam ekosistem yang heterogen baik nilai budaya masyarakat lingkungan sekolah, karakter atau latar belakang murid, guru atau staff TU, wali murid, maupun stockholder sekolah. Sebagai tantangan adalah bagaimana kita bisa mengakomodir semua itu dalam pengambilan keputusan sehingga hasil keputusan tepat, bijak dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan. Pada kasus dilema etika, pada dasarnya apa pun keputusan yang kita ambil dapat dibenarkan secara moral karena memilih dua opsi dimana kedua-duanya secara moral benar tetapi saling bertentangan, hanya saja kita perlu memperhatikan 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu kita harus berpikir berbasis hasil akhir (endbased thinking), kita juga harus berpikir berbasis peraturan dengan melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (rulebased thinking), serta kita harus menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai prinsip berpikir berbasis rasa peduli (carebased thinking).
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita yaitu dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, dimana usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Dengan pembelajaran  yang membuat suasana belajar yang menyenangkan dengan kesiapan belajar murid, kebutuhan belajar (minat) murid, dan profil belajar murid. Keputusan seorang guru sebagai pamong "menuntun", membimbing, mengarahkan dan  menggali potensi diri murid sesuai kodrat, memberikan kebebasan belajar sesuai minat belajar (menulis, membaca, wawancara, dan menonton) dan gaya belajar (audio, visual, audio visual, kinestetik), dan kebebasan mengekspresikan diri dalam kegiatan pembelajaran hasil produk (diferensiasi produk -- seperti rekaman audio, rekaman video, infografis, PPT, artikel) sehingga murid mendapatkan kebebasan belajarnya.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Iya guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya dengan memperhatikan kesiapan belajar murid seperti yang saya sampaikan sebelumnya, bahwa guru melakukan kesiapan belajar murid, kebutuhan belajar murid, gaya belajar murid sesuai perencanaan pembelajaran yang dibuatnya. Ini sebagai acuan atau pedoman guru dalam menerapkan pembelajaran di kelas yang diampunya. Sehingga guru dapat menggali potensi yang dimiliki murid, lebih terarah, dan sesuai kebutuhan belajarnya. Seorang pendidik yang mampu mengambil keputusan secara bijak dan tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu mewujudkan masa depan yang cerah, keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya bagi murid
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul 3.1 materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya yaitu sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan berpihak pada murid, sesuai filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan itu menuntun dengan menggali potensi kodrat yang sudah dimiliki murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Karena sekolah merupakan 'institusi moral', yang dirancang untuk mengajarkan norma-norma sosial. Sehingga keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. Disini visi maupun nilai-nilai dan peran guru sebagai pendidik merupakan contoh tauladan bagi murid dalam mewujudkan karakter profil pelajar Pancasila untuk tumbuhnya budaya positif baik dilingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dengan adanya karakter maka terbentuk budaya positif (disiplin positif) sehingga dibutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang tidak berkonsekuensi. Dalam pengambilan keputusan diperlukan pemahaman 4 paradigma (individu lawan kelompok, kebenaran lawan kesetiaan, keadilan lawan rasa kasihan, jangka pendek lawan jangka panjang), 3 prinsip (berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, berpikir berbasis rasa peduli), serta 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan (apa nilai-nilai yang saling bertentangan, siapa yang terlibat dalam situasi; kumpulan fakta-fakta yang relevan; pengujian benar atau salah terhadap situasi seperti uji legal, uji regulasi/standar profesi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan; pengujian benar lawan benar;melakukan prinsip resolusi;investigasi opsi trilema; buat keputusan; lihat lagi keputusan dan refleksikan). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Pada modul 3.1 ini saya belajar mengenai pengambilan keputusan pemimpin pembelajaran terutama kasus-kasus dilema etika ataupun bujukan moral.  Saya memahami bahwa situasi dilema etika yang biasa ada di lingkungan kita merupakan suatu situasi ketika kita harus memilih antara dua opsi dimana kedua-duanya secara moral benar, tetapi saling bertentangan. Sebagai satu contoh dilema situasi individu lawan kelompok (masyarakat) ini  bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil. Dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar.  Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap ke pelajaran berikutnya. Ini sebagai salah satu dari 4 paradigma yang dikategorikan individu lawan kelompok. Tiga paradigma yang lain yaitu  keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka Panjang. Sedangkan bujukan moral itu ketika sesorang harus memilih dan membuat keputusan antara benar dan salah. Guru bisa melihat ini sebagai ranah hukum atau tidak. Kalau sudah merupakan ranah hukum maka situasi gagal, keputusan mau tidak mau kita serahkan kepada hukum yang berlaku. Kemudian dari 4 paradigma tadi, langkah selanjutnya untuk membantu kita dalam pengambilan keputusan dari 2 permasalahan menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan, yaitu berpikir berbasis hasil (endbased thinking), kita juga harus berpikir berbasis peraturan dengan melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (rulebased thinking), serta kita berpikir berbasis rasa peduli (carebased thinking). Untuk memandu pengambilan keputusan dan pengujian kita bisa menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dan diluar dugaan saya ketika kita menemukan dalam pengujian uji legalitas ternyata terdapat pelanggaran hukum maka langkah berikutnya tidak dilanjutkan karena hal tersebut sudah menghasilkan keputusan yang salah dan tidak bisa dilanjutkan uji langkah berikutnya, berarti situasi gagal seperti yang saya sampaikan sebelumnya.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, sebelumnya saya pernah mengambil keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Dalam pemilihan ketua kelas XI IIS 2 di tahun ajaran lalu 2021/2022 dilakukan secara daring karena memang saat itu tahun 2020 semester ganjil kita masih dalam masa Pandemi covid 19. Ruang pemilihan daring (GMeet) sudah saya buat dan anak-anak XI IIS 2 masuk. Dalam pemilihan pengurus kelas tersebut masing-masing formasi pengurus saya minta memunculkan 3 nama. ketua kelas 3 nama, bendahara 3 nama dan seterusnya. Dari Kandidat nama-nama di voting melalui raise hand maupun memberikan suara voice secara langsung saat itu. Di akhir saya ketuk hasil pemilihan pengurus kelas XI IIS 2 sesuai suara yang masuk dan semua menyetujui. Setelah ruang daring saya tutup, ada WA masuk dari salah satu murid yang terpilih menjadi sekertaris. Ia menyatakan bahwa belum pernah menjadi sekertaris dan pernah menjadi ketua kelas di kelas X nya, intinya ia ingin bergeser menjadi ketua kelas dan ketua kelas yang terpilih sebelumnya bersedia menjadi sekertaris. Dari apa yang disampaikan murid itu, saya sebagai wali kelas tetap keputusan mengacu pada hasil poling. Namun untuk sekarang setelah mempelajari dan memahami modul 3.1 saya akan mengambil keputusan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang saya rasakan setelah mempelajari konsep modul 3.1 sebagai seorang guru pemimpin pembelajaran maupun pemimpin suatu kegiatan saya semakin bisa bijak dalam pengambilan keputusan, dengan mempertimbangkan 4 paradigam, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan apabila dihadapkan pada situasi dilema etika maupun bujukan moral. Sehingga saya mengambil keputusan yang tepat, bijak, dapat dipertanggungjawabkan sesuai nilai-nilai kebajikan tidak menimbulkan pro kontra.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting bagi saya untuk mempelajari materi di modul 3.1 ini karena sebagai wacana atau pengetahuan dasar dalam pengambilan keputusan beretika bermanfaat bagi saya bagaimana kita memahami situasi dilema etika maupun bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip berpikir dalam pengambilan keputusan, maupun 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Apalagi saya telah mendapat ilmu 'berpraktik baik' melalui wawancara dengan 3 pimpinan kepala sekolah secara langsung sebagai tugas Demonstrasi kontekstual modul 3.1, ini semakin memperkuat pemahaman saya bagaimana sebagai pemimpin kepala sekolah dalam pengambilan suatu keputusan.
Link video wawancara saya bersama 3 pimpinan kepala sekolah di lingkungan sekolah bisa di lihat disini:
https://drive.google.com/file/d/1G0eGlqaOaBTCqXvbY8c8lK3dFfihelTL/view?usp=sharing
Demikian tulisan jurnal perjalanan saya dalam memahami modul 3.1 pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran berbasis nilai-nilai kebajikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. Tetap semangat berpraktik baik  dalam merefleksikan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran kelas yang kita ampu maupun di lingkungan sekolah
Lamongan 17 April 2023
Salam Guru Penggerak
DYAN TRI SHANDY_CGP A7_SMAN 2 LAMONGAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H