Mohon tunggu...
Dyanti Nadila
Dyanti Nadila Mohon Tunggu... Mahasiswa - blog pribadi

PBSI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perasaan Pengarang pada Puisi dalam Buku Kumpulan Puisi "Sesudah Zaman Tuhan" Menggunakan Pendekatan Mimetik

8 Januari 2022   15:51 Diperbarui: 19 Januari 2022   09:49 10910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada puisi di atas mengekspresikan perasaan pengarang yaitu sedih, kesepian, takut, dan rindu. Pada baris "Bagaimana aku telah menjadi orang asing di rumah sendiri" menandakan bahwa ia merasa sedih dikarenakan ia tidak merasa rumah adalah tempatnya pulang. Kemudian pada baris "tidak ada lagi yang membuat hati ramai" menandakan bahwa ia merasa kesepian, suasana tetap ramai tetapi tidak dengan hatinya. Pada baris selanjutnya "Kenangan telah menjadi peristiwa mengerikan sekaligus menakutkan kalau dibayangkan" yang berarti ia merasa ketakukan disetiap mengingat kenangan tersebut. Kemudian pada baris terakhir "membayangkan rupa beliau, setiap kubuka mata" yang menandakan ia sangat merindukan sosok ibu sehingga selalu membayangkan ibu setiap membuka matanya.

Selanjutnya pada puisi ketiga yaitu Jahit Tubuh karya Emma Hanubun.

tangkap layar pribadi
tangkap layar pribadi

Pada puisi di atas mengekspresikan perasaan pengarang yaitu sedih, khawatir, kekecewaan, semangat. Pada bait pertama dan kedua menggambarkan kesedihan dikarenakan terdapat kalimat "kuhabiskan tubuhku, sebab kau butuh" dan "pelan-pelan jiwaku, luruh layaknya debu" itu artinya ia sangat sedih karena melihat tubuh orang lain yang membutuhkan bantuannya. Pada bait ketiga "kusisakan mataku, jaga-jaga bila perlu" yang berarti kekhawatiran penulis untuk sesuatu yang mungkin saja akan dibutuhkan. Baris selanjutnya "tetapi punggungmu memilih buru-buru, ia menjauh" yang menggambarkan bahwa ia sangat kecewa dikarenakan orang tersebut pergi meninggalkannya. Pada bait terakhir mengekspresikan perasaan yang semangat dikarenan yang ia butuhkan adalah diri sendiri bukan orang lain, jadi ia harus bangkit dan tidak boleh menyerah.

Selanjutnya pada puisi terakhir yaitu Seragam Sekolah karya Galeh Pramudianto.

tangkap layar pribadi
tangkap layar pribadi

Pada puisi di atas mengekspresikan perasaan kecewa dan sedih. Pada bait pertama mengekspresikan perasaan kecewa karena ibu guru melabelnya murid berandalan dikarenakan bajunya tidak dimasukan ke dalam celana. Pada bait dua ia merasa kecewa dikarenakan ia mempunyai alasan tidak memasukan baju, dikarenakan bajunya yang sudah kecil dan orang tuanya tidak mampu membelikannya seragam.

4. Kesimpulan

Pada analisis beberapa puisi dari buku kumpulan puisi berjudul "Sesudah Zaman Tuhan" para pengarang lebih mengekpresikan perasaan kecewa, sedih, marah, dan kegelisahan. Dari hasil analisis di atas dapat kita lihat 4 puisi tersebut mengandung banyak kesedihan. Walaupun setiap pengarang mempunyai kesedihan yang berbeda tetapi dapat dilihat dari tulisannya bahwa ia mengekspresikan perasaan sedih dari karyanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun