Pada puisi di atas mengekspresikan perasaan pengarang yaitu sedih, kesepian, takut, dan rindu. Pada baris "Bagaimana aku telah menjadi orang asing di rumah sendiri" menandakan bahwa ia merasa sedih dikarenakan ia tidak merasa rumah adalah tempatnya pulang. Kemudian pada baris "tidak ada lagi yang membuat hati ramai" menandakan bahwa ia merasa kesepian, suasana tetap ramai tetapi tidak dengan hatinya. Pada baris selanjutnya "Kenangan telah menjadi peristiwa mengerikan sekaligus menakutkan kalau dibayangkan" yang berarti ia merasa ketakukan disetiap mengingat kenangan tersebut. Kemudian pada baris terakhir "membayangkan rupa beliau, setiap kubuka mata" yang menandakan ia sangat merindukan sosok ibu sehingga selalu membayangkan ibu setiap membuka matanya.
Selanjutnya pada puisi ketiga yaitu Jahit Tubuh karya Emma Hanubun.
Pada puisi di atas mengekspresikan perasaan pengarang yaitu sedih, khawatir, kekecewaan, semangat. Pada bait pertama dan kedua menggambarkan kesedihan dikarenakan terdapat kalimat "kuhabiskan tubuhku, sebab kau butuh" dan "pelan-pelan jiwaku, luruh layaknya debu" itu artinya ia sangat sedih karena melihat tubuh orang lain yang membutuhkan bantuannya. Pada bait ketiga "kusisakan mataku, jaga-jaga bila perlu" yang berarti kekhawatiran penulis untuk sesuatu yang mungkin saja akan dibutuhkan. Baris selanjutnya "tetapi punggungmu memilih buru-buru, ia menjauh" yang menggambarkan bahwa ia sangat kecewa dikarenakan orang tersebut pergi meninggalkannya. Pada bait terakhir mengekspresikan perasaan yang semangat dikarenan yang ia butuhkan adalah diri sendiri bukan orang lain, jadi ia harus bangkit dan tidak boleh menyerah.
Selanjutnya pada puisi terakhir yaitu Seragam Sekolah karya Galeh Pramudianto.
Pada puisi di atas mengekspresikan perasaan kecewa dan sedih. Pada bait pertama mengekspresikan perasaan kecewa karena ibu guru melabelnya murid berandalan dikarenakan bajunya tidak dimasukan ke dalam celana. Pada bait dua ia merasa kecewa dikarenakan ia mempunyai alasan tidak memasukan baju, dikarenakan bajunya yang sudah kecil dan orang tuanya tidak mampu membelikannya seragam.
4. Kesimpulan
Pada analisis beberapa puisi dari buku kumpulan puisi berjudul "Sesudah Zaman Tuhan" para pengarang lebih mengekpresikan perasaan kecewa, sedih, marah, dan kegelisahan. Dari hasil analisis di atas dapat kita lihat 4 puisi tersebut mengandung banyak kesedihan. Walaupun setiap pengarang mempunyai kesedihan yang berbeda tetapi dapat dilihat dari tulisannya bahwa ia mengekspresikan perasaan sedih dari karyanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H