Puisi sebagai salah satu karya sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsunya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sasaran kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji jeni-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu juga, puisi dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya dari waktu kewaktu puisi selalu di tulis dan selalu dibaca orang.Â
Sepanjang jaman puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuan (inovasi) Teeuw (dalam Pradopo, 2010:3). Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya Riffaterre (dalam Pradopo, 2010:3).
Meskipun demikian, orang tidak akan dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Oleh karena itu, sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu terlebih dahulu puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis.
Ratna (2004:68), mengatakan pendekatan ekspresif tidak semata-mata memberikan perhatian terhadap bagaimana karya sastra itu diciptakan, seperti studi proses kreatif dalam studi biografis, tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya sastra yang dihasilkan. Pendektan ekspresif adakah pendektan dalam kajian sastra yang menitik beratkan kajian pada ekspresi perasaan atau temperamen penulis (Abrams, 12 1981:189) sedangkan menurut Teeuw (1984:98) menyatakan bahwa karya sastra tidak bisa dikaji dengan mengabaikan kajian terhadap latar belakang sejarah dan sistem sastra: semesta, pembaca, dan penulis. Informasi tentang penulis memliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan kajian dan apresiasi sastra. Ini dikarenakan karya sastra pada hakikatnya adalah tuangan pengalaman penulis.
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan karya sastra dengan cara menghubungkan karya satra dengan pengarangnya. Pendektan ekspresif menitik beratkan pengarang, dan ekspresif pengarang dalam memadang karya sastra sebagai ekspresi, luapan, ucapan perasaan sebagai hasil imajinasi, pemikiran, dan perasaanya. Orientasi ini cenderung menimbang karya sastra dengan keasliaanya, kesejatiannya, atau kecocokannya dengan keadaan pikiran dan kejiwaan pengarang. Pendektan ekpresif mengenai batin atau perasaan sesorang yang kemudian diekspresikan dan dituangkan kedalam bentuk karya dan tulisan hingga membentuk sebuah karya sastra yang bernilai rasa tersendiri, dan menurut isi kandungan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
3. Hasil Analisis
Penulis hanya mengambil 4 puisi dari kumpulan puisi berjudul "Sesudah Zaman Tuhan" dengan pengarang yang berbeda-beda. Langsung saja pada puisi pertama berjudul Habis karya Almer Kasa.
Pada puisi di atas sangat mengekspresikan perasaan pengarang yang merasa senang, sedih, dan kecewa. Seperti pada bait pertama "kau kenang lagi kejadian tempo hari; tanah memberikan tubuhnya untuk anak-anak, gembala, dan kerbau-kerbau" yang berarti tanah memberinya kebahagiaan dimasa lalunya. Lalu pada bait kedua "Sebab disini, ku tahu sendiri: buruan kehilangan hutan; tanah tidak lagi milik anak gembala dan kerbau; sungai kehilangan jernih- keruh dan bau" makna kata kehilangan pada bait tersebut adalah mendandakan kekecewaan karena kehilangan apa yang dahulu dimiliki. Hutan, tanah, dan sungai keadaannya sudah berubah tidak seperti dahulu. Â Selanjutnya pada bait ketiga ia merasa sedih seperti pada baris "tetapi kau telah kehabisan banyak air mata" yang menandakan ia sudah sering menangis karena sedih semuanya telah berubah tidak seperti dahulu lagi.
Kemudian pada puisi kedua yang berjudul Memikirkan Ibu karya Arif P. Putra.