Mohon tunggu...
Dyan Agus
Dyan Agus Mohon Tunggu... Buruh - Cinta di atas senja

Harta yang paling berharga di atas dunia ini adalah keluarga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kematian: Sebuah Perenungan

28 Juni 2021   22:42 Diperbarui: 28 Juni 2021   22:46 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sepanjang hidup ini, tuhan tidak henti hentinya berusaha membersihkan diri kita yang tidak kita bersihkan dengan taubat. Al-quran menyebutkan beberapa orang yang tidak akan diterima taubatnya diantaranya : dosa orang yang terus menerus kita lakukan, dan pada akhirnya menjadi kebiasaan  kemudia kita kita memberikan hukuman terhadapdosa-dosa itu, dan pada akhirnya kita tidak menganggap lagi itu sebagai satu dosa, konsekuensinya sih... tidak akan ada perasaan bersalah dan pada gilirannya tidak ada keinginan untuk bertaubat, karena itulah saat kita mati nanti dosa-dosa itu masih mengotori diri kita, dosa dosa itu belum dibersihkan dengan taubat.

Banyak sekali contohnya, sama dengan seorang lelaki yang melamar seorang perempuan, kemudia ia di tololaknya, pertama kali ia merasakan sakit yang mendalam, ketika ditolak dua kali sakit yang ia raskan akan berkyrang, kalau ia selalu ditolak, ia tak pernah sakit hati lagi. Demikian pula bagi orang yang melakukan maksiat, lalu kemudian maksiatnya menjadi kebiasaan, maka tidak ada lagi perasaan berdosa sehingga merasa tak ada kewajiban untuk melakukan taubat.

Banyaklah dosa-dosa yang tidak kita sadari, biasanya dosa yang tidak kita ketahui tidak pernah kita bersihkan dengan taubat, dari besarnya kasih sayang allah pada hambanya, dia melakukan penyucian diri kita dengan musibah( at-tamhish ), bencana bencana yang menimpa kita itu musibah yang dapat menghapus dosa kita sebaimana di dakam hadis sahih bukhari-muslim menyebutkan : Rasulullah saw bersabda " kalau seorang mukmin ditimpa musibah, kelelahan atau keresahan duri yang melukainya, maka ia menjadi penghapuspada dosa-dosanya" di dalam kehidupan ini banyak sekali kesusahan dan keresahan kita sebagai musibah maka terimalah dengan ikhlas dan lapang dada karen itu jalan untuk menebus dsa-dosa kita yang pernah kita lakukan.  

Proses pembersihan                

Yang kedua: di alam barzakh stelah kita meninggal dunia, masih banyak dosa-dosa kita yang belum terputihkan ketika didunia, baik oleh taubat maupun musibah, karena itu dari kasih sayang allah swt maka tuhan lakukan lagi proses pembersihan. Hanya saja proses pembersihan itu tidak lagi berasal dari amal kita sebab kita telah mati, maka putuslah segala amalnya. Ibnu qayyim, pada waktu kita mati ada beberapa proses pembersihan terhadap diri kita, pertaama : sakitnya pada saat sakratul maut, ia menjadi penebus dosa yang paling besar memberikan kontribusi pada sakitnya sakaratul maut, dan mengadu kepada tuhan bahwa dulu dirinya di zalimi atau disakiti maka dia dapat merampas haknya karena dia di sakiti.

Kemudian, menurut ibnu qayyim yang dapat menghapuskan dosa setelah kita meninggal adalah istighfar dari saudara-saudaranya kaum muslimin. Dalam al-quran di sebutkan, " tuhan kami, ampunilah diriku, kedua orang tuaku, dan seluruh kaum mulminin dan mulminat pada hari perhitungan nanti", istighfar yang kita doakan untuk saudara-saudara kita yang meninggal dunia, agar bisa menjadi penghapus dosa-dosanya, sebagaimana firman tuhan yang artinya " hendahklah kamu saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan", dan doa dari orang-orang saleh dan anak yang soleh juga dapat menjadi pembersih dosa.

Dulu nabi muhammad saat melewati sebuah kuburan, lalu beliau berkata, "Tahun yang lalu kbubur ini mendapat siksa, tapi kali ini allah bebaskan dia dari azab kuburnya, karena amal saleh yang ia lakukan oleh anaknya" , dalam hadis lain di sebutkan, amal yang tak putus-putus adlah anak yang sholeh yang mendoakan orang tua nya. Kemudian dialam barzakh itu ada orang-orang yang belum terhapus dosa-dosanya karena di dunia dia tidak terbersihkan oleh taubar, istighfar, dan musibah.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengatakan" nanti di hari kiamat ada orang ketakutan Sebab Dia tidak tahu betapa ringan timbangan amal baiknya, dia tutup matanya tak sanggup melihat amal-amalnya tapi kemudian dia melihat gulungan amal seperti gulungan awan yang disimpan pada timbangan amal dan karena di akhirat semua orang jujur, orang itu kemudian berkata Tuhan amal-amal ini tidak saya lakukan?..., Tuhan berkata: ini adalah amalan kebaikan yang kamu kerjakan kepada murid-murid Mu kemudian mereka mengamalkannya" dan doa murid untuk gurunya akan menjadi syafaat juga, kalau kita juga mempunyai ilmu yang berkah   jangan lupa mendoakan guru guru kita, doa guru orang tua orang dan semua itu  juga akan menjadi syafa'at.

Dan kalau dengan semua itu masih saja belum terhapuskan dosa-dosa kita, pembersihan yang terakhir adalah ampunan allah swt dan kasih sayang-nya. Mari kita pahami kematian sebagai pensucian, sebagai kamar mandi, dan supaya kita bisa berlabuh di pangkuan kasih sayang tuhan dalam keadaan bersih, maka dari itu kita tidak uah takut mati. Dalam buku Mizan Al 'Amal, Imam Ghazali menjelaskan beberapa alasan mengapa manusia takut terhadap kematian. Pertama, karena ia ingin bersenang-senang dan menikmati hidup ini lebih lama lagi. Kedua, ia tidak siap berpisah dengan orang-orang yang dicintai, termasuk harta dan kekayaannya yang selama ini dikumpulkannya dengan susah payah. Ketiga, karena ia tidak tahu keadaan mati nanti seperti apa. Keempat, karena ia takut pada dosa-dosa yang selama ini ia lakukan.

Alhasil, manusia takut karena ia tidak pernah ingat kematian dan tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut kehadirannya. Manusia, kata Ghazali, biasanya ingat kematian hanya kalau tiba-tiba ada jenazah lewat di depannya. Seketika itu, ia membaca istirja': ''Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.'' Namun, istirja' yang dibaca itu hanyalah di mulut saja, karena ia tidak secara benar-benar ingin kembali kepada Allah dengan ibadah dan amal saleh. Jadi, kalau demikian, agar tidak alergi dan fobia dengan kematian, manusia, menurut Ghazali, harus sering-sering ingat kematian sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ''Perbanyaklah olehmu mengingat kematian, si penghancur segala kesenangan duniawi.'' (HR Ahmad).

Menurut Ghazali, ingat kematian akan menimbulkan berbagai kebaikan. Di antaranya, membuat manusia tidak ngoyo dalam mengejar pangkat dan kemewahan dunia. Ia bisa menjadi legawa (qonaah) dengan apa yang dicapainya sekarang, serta tidak akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisi pribadinya. Kebaikan lain, manusia bisa lebih terdorong untuk bertobat alias berhenti dari dosa-dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil. Lalu, kebaikan berikutnya, manusia bisa lebih giat dalam beribadah dan beramal saleh sebagai bekal untuk kebaikannya di akhirat kelak. Dengan berbagai kebaikan ini, orang-orang tertentu seperti kaum sufi tidak takut dan tidak gentar menghadapi kematian. Mereka justru merindukannya, karena hanya lewat kematian mereka dapat menggapai kebahagiaan yang sebenar-benarnya, yaitu berjumpa dengan Allah dalam ridha dan perkenan-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun