Mohon tunggu...
Dyajeng LaylyPurbaningtyas
Dyajeng LaylyPurbaningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - enjoy ur life

u can do it

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melalui Kegiatan KKN Mahasiswa UNTAG Surabaya Melakukan Pendampingan UMKM

20 Desember 2021   20:04 Diperbarui: 20 Desember 2021   20:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 memaksa para pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bermigrasi dari bisnis offline ke daring. Karena itu, pemerintah telah menetapkan target pada 2023, paling tidak ada 30 juta dari 64 juta UMKM di Indonesia telah go digital. Saat ini baru sekitar 12 juta UMKM yang telah memanfaatkan teknologi digital. 

Digitalisasi UMKM dinilai membawa banyak manfaat, terutama dalam perluasan pasar. 

Kemudian, digitalisasi juga membuka kesempatan yang luas bagi UMKM untuk mengembangkan usaha dan naik kelas, bahkan bila mungkin lompat kelas. 

Ada banyak contoh UMKM yang berhasil mengembangkan usahanya, bahkan di tengah terpaan krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. 

Mereka tak cuma kreatif dan pintar memanfaatkan internet, tapi juga ulet dan tahan banting. Seperti cerita dari Pendiri Batik Trusmi Cirebon, Sally Giovanny. 

Ia mengaku mengalami perubahan cara usaha karena adanya pandemi Covid-19. Perubahan cara usaha itu salah satunya dengan memanfaatkan teknologi atau menjual produk secara online. Sally menuturkan, saat ini apabila pelaku UMKM tidak beradaptasi dengan perubahan zaman, maka bisa saja. tertinggal. 

"Saya sangat merasakan dampak pandemi, tapi tidak boleh menyerah, kami justru berinovasi. Saya terkena pandemi sempat tutup (toko), lalu kita buat produk masker kain batik. Jadi, walaupun pandemi kita harus beradaptasi, melihat apa kebutuhan pasar. Supaya pengerajin tetap bisa bekerja, karyawan tetap bisa berjualan,” kata dia dalam Webinar #JagaUMKMIndonesia, dengan tema UMKM Sukses di Tengah Pandemi, Kamis (5/8). 

Namun demikian, selain memanfaatkan digital, Sally pun menyampaikan pelaku UMKM juga harus memiliki niat kuat, ulet, kerja keras, serta tidak cepat merasa puas dengan hasil yang ada. 

“Kita juga butuh disiplin segala hal. Misal menata keuangan, menata diri kita, mengatur kebiasaan kita, itu kunci. Kalau kita enggak disiplin, semua akan berantakan. Upgrade skill, sebab dalam bisnis banyak ilmu-ilmu baru yang perlu kita update,” jelas dia. 

Sementara itu, “Jualan online itu sebenarnya gampang-gampang susah. Tapi, kita pasti bisa kalau kita mau belajar, melihat orang lain seperti apa atau kita berusaha belajar dari yang sudah lebih mapan atau lebih baik dari kita,” ucap dia. Sekretaris Jenderal Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Eddy Misero mengatakan bahwasanya baru ada sekitar 20% pelaku UMKM, dari total 64 juta, yang beralih dari konvensional ke digital. 

Karena itu, pihaknya mengaku akan terus mendorong pelaku UMKM secara bertahap, agar mereka dapat beradaptasi dengan teknologi baru. Ia menuturkan, keterbatasan terhadap pengetahuan digitalisasi, serta kurangnya pembinaan terhadap teknologi, kerap menjadi kendala utama mengapa pelaku UMKM banyak belum beralih ke digital. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun